Di halaman sebuah sekolah elit terlihat normal. Banyak perabotan sesuai kelas nya, kelas elit. Tapi jangan salah, thats not like ur mind. Disini menyimpan banyak rahasia, termasuk dua orang siswa di sekolah ini.
Di kelas 10-2, adalah kelas cowok itu, Rendra. Ia sedang mencoba tetap fokus pelajaran di tengah perbatasan antara hidup dan mati nya. Walaupun nafas nya sendiri terengah-engah seperti habis lari maraton. Mata nya sayu, kulit mulai pucat. Tetapi di ruangan itu, tidak ada yang menyadari nya. Kecuali diri nya sendiri.
Ia mengalihkan pandangan ke arah jam dinding. Pukul 9.20 . Ia mulai membatin.
“masih 10 menit lagi. Apa aku akan baik-baik saja?” Ia mengangkat tangan, mencoba menggerakkan nya. “Tubuhku mulai terasa kaku.” ia tetap terengah-engah.
“Tenanglah! Everything gonna be OK. It just 10 minutes.” Rendra mulai mencoba fokus kembali pada pelajaran nya. “Aku bisa menahan nya... Dibanding dengan kematian ini, tidak ada apa-apa nya.”
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
Tak terasa, 10 menit berlalu. Bunyi bel istirahat menggema di penjuru sekolah. Teng! Teng! Teng! Semua siswa merayakan kemerdekaan dari jajahan pelajaran.
"Waktu nya istirahat!"
"Oi oi! Ayo ke kantin!"
"Bentar, temenin ke toilet dong!"Antusiasme siswa sangat jelas. Seketika semua berhamburan keluar. Tak terkecuali Raya, gadis itu keluar dari kelas nya dengan perasaan riang. Ia menelusuri koridor sendirian menuju tempat janjian.
Hingga sampailah Raya di halaman belakang sekolah. "Sorry for late. My teacher are–" ucapan Raya terhenti ketika melihat Rendra tidak bereaksi.
Segera, Raya panik. "Ehh!! R u OK?!" Rendra tertunduk lesu bersandar dengan dinding. "Oh... Hey... I think im not OK... Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku." Rendra mengeluarkan suara gemetar dan tetap tersengal. "Im so sorry Ren... I will *fix it now." Kata Raya merasa bersalah.
Ia ikut duduk di sebelah Rendra, mengulurkan dan menggamit tangan Rendra dengan lembut. SYURR! Cahaya lembut toska mengelilingi tangan mereka.
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
Rendra POV
“Aku sudah mati. Dan cewek ini menghidupkan ku kembali.” Ku perhatikan tangan ku yang dipegang oleh Raya.
“Ada banyak cara menghidupkan kembali seseorang. Contoh nya menjadikan seseorang zombie, atau hantu. Tetapi, terlepas dari metode apa yang digunakan, we always have a price were must pay.”
“Jadi hantu misalkan... Because not have a body... Maka tidak bisa berinteraksi dengan apapun karena akan menembus.” kubayangkan, aku yang ingin mengambil gelas tapi tidak bisa karena hanya ada jiwa tanpa raga. “Or be a zombie. Tubuh akan membusuk dan akan terobsesi dengan otak.” kubayangkan, aku dengan tubuh busuk ku berusaha mencari otak.
“Jadi... Tidak ada yang nama nya menghidupkan lagi dengan sempurna. Termasuk aku.”
“Cewek ini, Raya... Menemukan cara yang tidak biasa untuk menghidupkan ku kembali.” Ku perhatikan wajah Raya yang sedang serius. “Dia menggunakan sisa hidup nya sendiri untuk menghidupkan ku. Itulah kenapa secara fisik aku sempurna.”
“Tapi tetap selalu ada bayaran nya.”
“Aku dihidupkan kembali menggunakan sisa hidup nya. Yes i know its *distracted. If u're not understand, coba bayangkan sebuah balok panjang milik Raya, berisi full cairan / sisa hidup Raya. Lalu, aku dihidupkan kembali dan mengambil cairan milik nya kira-kira seperempat sisa hidup Raya. Kau mengerti? Artinya dia mempercepat kematian nya sendiri, dengan memberi bagian hidup nya padaku.”
“And again, ini tidak sesederhana 50:50 per cairan milik Raya. Ini tidak sekadar memberikan setengah hidup nya padaku.”
“Ada batas sebanyak apa tubuh ku ini dapat menyimpan sisa hidup nya. Penuh (full 100%) nya sekitar setengah hari berarti 12 jam waktu hidup. If let it, dalam setengah hari aku akan mulai merasa lemah dan kaku. Hingga aku kehabisan energi dan kembali mati. Oke jika tidak paham, aku akan beri gambaran. Bayangkan aku dengan kondisi full cairan energi hidup. Karena aku beraktivitas, cairan energi hidup itu berkurang sedikit demi sedikit. Jika tetap dibiarkan hingga habis (0%) , aku kehabisan energi dan akhir nya mati seperti sedia kala.”
“Untuk mencegah itu terjadi, aku harus di 'isi kembali' seperti baterai. Dengan cara bersentuhan langsung dengan Raya seperti saat ini. Dan menyerap sisa hidup nya.”
Aku memandang pepohonan yang ada di depan ku. “Dengan begitu aku tetap bisa hidup. Tapi aku merasa menjadi parasit untuk nya. Semakin lama aku disini, semakin pendek sisa hidup nya.”
Kini ku beralih menatap Raya, “Meski begitu, aku ragu Raya akan membiarkan aku mati.” "Bagaimana keadaan mu? Masih tidak bisa bergerak?"
"No. Im totally OK now. Sekarang aku bisa menggerakkan tangan ku." “I hope jawaban ku bisa menenangkan dia.”
Mimik wajah Raya berubah menjadi murung. "Maafkan aku..." “waduh, dia nangis.” "Maaf telah membuatmu menderita seperti ini." Raya menyeka air mata. “Please Ray, aku lemah kalo lihat cewek nangis. Apalagi kamu.”
"Hey hey... Tidak perlu menangis... Im OK." Aku menyeka air mata nya. “Oh my, ma girl is sad.”
“Maka dari itu, aku putuskan... Untuk menemani nya sampai Raya puas...” Tak sadar, aku tersenyum simpul sembari menghela nafas tipis. “Dan pada akhir nya dia akan merelakan ku pergi.” Dan Raya tersenyum kembali.
“Jadi... This is my life after im death.”
Kamus OOBB
*Fix = memperbaiki
*Distracted = membingungkanGimana nih cerita nya?? Biasakan follow, vote, sama komen ya... Biar author nya tau apa yang dipikirin pembaca nya. Author bukan cenayang btw 😵👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Body Batteries
FantasyWARNING! before reading, u must prepare ure mental. don't forget to follow, vote or comment after reading. txu ! ^•^ berawal dari Raya yang tidak bisa merelakan kepergian Rendra, sahabat laki-laki dari jaman orok. inilah hidup kedua Rendra yang sang...