"Hilang? Buku yang tadi kita omongin waktu istirahat beneran ilang?!" Rendra mencoba memahami. "Iyaa..." Raya menjawab dengan mata berkaca-kaca. Hening seketika. ‘Ahahaha... Padahal barusan istirahat tadi bilang 'serahkan saja pada ku!' Sekarang malah udah ilang aja.’ batin Rendra mengeluh.
"Maaf..." Raya bersuara getir tersedu-sedu. ‘Ampun deh... Hamba ga kuat liat Raya nangis.’ "Udah... Jangan nangis." Rendra mengusap lembut rambut Raya. "Tenang dulu... Ceritain ke aku coba gimana cara nya itu buku bisa ilang?" Raya terdiam, mengingat-ingat kronologi kejadian.
"Aku yakin... Buku itu ada di tas ku saat tadi pagi. Tapi waktu aku balik setelah istirahat... Buku nya udah nggak ada, Rendra..." Raya meremas tangan nya. ‘Jadi... Kemungkinan besar ada seseorang yang mengambil nya saat aku bersama Raya. But who? And why?’
"Jadi aku harus gimana?" Raya mendongak menatap Rendra. "We're go home." Timpal Rendra santai. "Loh kok pulang? Nanti kalau buku nya makin hilang gimana?" Rendra mengambil keputusan yang membuat Raya kaget.
"Karena pulang adalah keputusan masuk akal." Alasan Rendra. Raya mengernyitkan dahi nya. "Ra... Dokter itu yang menginginkan agar buku nya kembali, bukan? Jadi bisa saja dia yang mengambil nya..."
"Emang sih... Tapi kalo bukan dia yang ambil gimana?" Raya berspekulasi. "Dan dia juga gak bicara sama aku dulu saat mengambil nya."
Rendra balik badan, "maybe, she just care about her book. Dia mungkin ga peduli siapa pelaku nya." "Mungkin..." Raya getir. "Kita akan tahu besok. Kalo dokter itu berhenti cari buku itu... Or maybe berhenti jadi guru. She r take her book." Rendra membetulkan posisi tas selempang nya. "Maka nya... Kita pulang aja." Rendra berjalan meninggalkan raya yang masih mencoba memahami perkataan Rendra. "Ah!! Aku paham!" Raya tersenyum riang. "Let's go back!" "OK!" Raya menyusul Rendra.
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
Besok pagi nya saat sekolah, Bu Sara tetap masuk ke kelas Rendra. "Good morning! Sebelum kelas mulai, ada yang punya informasi tentang buku kemarin?"
DEG!
Rendra terkejut. "Come on! Jangan malu. Ive prepare the prize! Kalo ada informasi jangan ragu hubungi saya." Lanjut nya. ‘Dia masih mencari nya?’ Rendra mengalihkan pandangan cemas.
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
"Ra... Bukan dokter itu yang mengambil." Rendra mengatakan saat jam istirahat. "Dia nggak pura-pura. Arti nya buku itu ada di tangan orang lain." "Eh?... Tapi siapa?" "Idk! Thats d problem. Harus nya cuma kita dan dokter itu yang tahu seberapa berharga nya buku ini." ‘kira-kira siapa yang mengambil nya? Dia tahu buku itu? Atau lebih buruk nya, ia tahu tentang Raya?’ Rendra mencari hipotesa.
Raya memilih memegang tangan Rendra. Rendra menoleh, "maaf ya... Kalo aja aku menjaga nya dengan baik. Ini semua tidak akan terjadi..." Raya menyesal.
Rendra menghela nafas, "yahh... Ini salah mu." "EHH?!" Raya terlonjak kaget. "Raya tidak mengharapkan pembelaan dari ku, kan?" Muka jahil Rendra nampak. "NGGAK KOK!!" Seru Raya.
"Aku hanya heran saja... Biasa nya kebanyakan orang nggak akan bicara gitu." Raya tertawa. "Semua orang pernah salah kok. Dan menurut ku itu wajar, jadi gak usah dipikirin. Yang harus kita pikirin itu... Siapa dan kenapa pelaku nya mengambil buku itu."
"Kamu bilang buku itu ada dalam tas mu dan hilang setelah istirahat kan?" "Iya..." "Kalau begitu, kemungkinan besar yang mengambil adalah teman sekelas mu."
"Kok bisa?" Raya tidak mengerti. "Coba bayangkan, kalau ada siswa kelas a membuka-buka tas siswa kelas b. Pasti akan menarik perhatian seluruh siswa kelas b bukan?"
"Tapi kalau siswa kelas a membuka-buka tas siswa kelas a, pasti akan lebih sedikit menarik perhatian. Apalagi jika ia teman dekat si pemilik tas." Rendra menjelaskan. "Oke! Aku paham!" Tukas Raya.
"OK, kita ke kelas mu sekarang." Rendra bangkit dari duduk nya, membuat Raya kaget. "Rendra! Charging mu gimana?" Tanya Raya dengan menarik ujung jaket Rendra. "Ohh itu... Jangan bilang kamu lupa?" Raya menatap Rendra tak mengerti.
"Tadi pagi jam 5 kan kamu ke rumah ku untuk charging... Yang aku heran nya itu, sepagi itu dan kamu udah pake seragam." Rendra menggelengkan kepala nya. "Yah... Im worried about that book. Jadi aku ga sengaja datang ke tempat mu. Ya kan masa ke rumah kamu cuma pake baju tidur?? Malu dong sama Mama Rendra." Raya mengusap tengkuk nya.
"Mama ga peduli kamu mau pake baju apa. Yang penting sopan. Udah ah ayo buruan ke kelas mu. Mumpung energi ku lagi penuh." Rendra berjalan duluan.
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
Mereka berjalan berdua bersisian. Tetapi, saat tiba di selasar yang agak sepi...
Rendra dan Raya melihat ada kucing hitam. ‘kucing hitam? Jarang banget disini ada kucing warna bulu nya hitam.’ Rendra bereaksi ala kadar nya. Sedangkan Raya bereaksi heboh. "Lihat Rendra! Ada kucing!" Spontan mimik wajah Raya riang. Kucing itu melihat ke arah mereka berdua.
Kucing itu memiliki heterochromia, atau kondisi pupil hewan yang berbeda satu sama lain. Warna mata kucing itu, yang kanan kuning, yang kiri biru. "Dia melihat kemari! Ihh lucu bang–" Seru Raya terputus karena sesuatu yang tidak terduga. "BERHENTI MENATAP KU MANUSIA!!!" Hardik kucing itu garang.
Seketika mereka berdua shock. SRAK! Kucing itu pergi menghilang diantara semak-semak. Sementara itu, kucing nya meninggalkan jejak kekagetan yang luar biasa.
Krik krik
Baik Raya maupun Rendra masih mencerna apa yang baru saja didengar. "R-Ra! Tadi kucing itu bicara kan?!" Tanya Rendra panik. Raya tidak menjawab, badan ia bergetar hebat dan mata nya membelalak. ‘nggak lucu! Nggak lucu! Nggak lucu!’ batin nya lebih panik. ‘lah lebih shock dia...’ batin Rendra. "Oke. Ku anggap jawaban mu iya..."
‘jadi aku gak salah dengar... Kucing itu beneran bicara kayak manusia. Tapi kenapa kucing itu bisa bicara?? Benar-benar tidak masuk akal.’ batin Rendra mulai panik lagi. ‘eh bentar...’ Rendra menoleh ke Raya yang masih panik. ‘bukankah Raya juga melakukan hal yang tidak masuk akal seperti charging? Berarti kemungkinan besar, kucing tadi ada hubungan nya...’
‘dengan kata lain... Kemungkinan besar ada orang yang baru saja memakai buku itu.’ "yes, i got it.” Rendra mendapatkan ide. "Ra, this is d chance." Rendra membuka obrolan tak peduli dengan Raya yang kebingungan. "Kesempatan apaaa?!"
"D cat give me one idea. Gimana cara nya nangkap pelaku pencurian buku itu." Rendra tersenyum licik.
please vote, follow author and comment! done? then, txuu!! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Body Batteries
FantasyWARNING! before reading, u must prepare ure mental. don't forget to follow, vote or comment after reading. txu ! ^•^ berawal dari Raya yang tidak bisa merelakan kepergian Rendra, sahabat laki-laki dari jaman orok. inilah hidup kedua Rendra yang sang...