Teng! Teng! Teng! Suara pengingat kembali terdengar. "Istirahat udah selesai ya..." ‘To be* honest, i want to belong in here with Raya.’
"How *now? R u OK? Uhmm... Or we need to get *alpha later?" Kulihat Raya khawatir saat menghentikan kegiatan charger nya.
Ku terdiam dan mengalihkan pandangan. Lalu mulai fokus berpikir. ‘Cara menghidupkan nya hanya bisa digunakan sekali. Aku akan mati dan tidak dapat dihidupkan kembali jika telat diisi ulang. Dalam perhitungan kasar...’
‘Charging selama 30 menit, dapat membuatku bertahan sekitar 3 jam. Istirahat berlangsung selama 40 menit... Sedangkan pulang sekolah masih 3 jam dari sekarang. Seharus nya cukup tapi Raya datang terlambat 10 menit. Mungkin beberapa menit...’
"Rendra!" ‘Aduh aku terlalu fokus sampai tidak memedulikan Raya.’ "Maaf aku sedang berpikir." Kilah ku. ‘Hhhh... Jika saja aku sekelas dengan Raya. Problem like this will never begin’
"I think... We're no need alpha."
"Yakin?" Ku lirik Raya, "iya."
"Really?" "Sure."
"Not *doubt?" "No."
"Beneran?" "Iya, Rayaaa..."
"DONT *LIE!"
‘Waduh mimik Raya... Mleyot aku.’ Ku hela nafas lelah. "Ra... Aku baik-baik saja kok." Ku beralih mengacak rambut nya. "Masih nggak percaya juga?" Raya tertawa, "iya! Iya! Percaya kok!" “Syukurlah.”Rendra POV end
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
"Kalau begitu... I will go back to my class. If u need something or something was happened, please tell me!" Raya bangkit dari duduk simpuh nya. "Okay!" Rendra balas lambaian Raya. “I hope, i will OK later.” gumam Rendra was-was.
Rendra balik menuju kelas nya. “Guru nya belum datang ya... Tumben banget kelas sepi, biasa nya rame kalau udah ngumpul di kelas gini.” batin nya.
"Hei hei! Rendra!" Terdengar sebuah suara cempreng tak bermoral menyapa Rendra. Rendra spontan menoleh ke sumber suara. "Aku lihat lho..." Kata lelaki dengan muka tak biasa minta disetrum. Dan malang nya, dia teman Rendra.
"Lihat apaan hah?! Itu muka kondisiin napa... Udah kayak lihat mangsa aja." Rendra balas tatap ngeri. "Lihat kau dan Raya di belakang sekolah. Ngapain tuch?" Dia tetap berkata dengan muka ngeselin nya. ‘Shit!* Dia lihat?!’ batin Rendra terkejut saat baru saja duduk di depan teman nya. "Pake pegangan tangan lagi! Aduch! Romantys bingits. Ehem ehem cie cie!" Lanjut nya.
‘Padahal aku dan Raya udah milih tempat yang paling sepi... Yah, mustahil sih kalo berharap gak bakalan ada orang lihat. But, why? Diantara ratusan siswa lain, why must him to see are?!’ batin Rendra mulai merasakan akan ada nya masalah baru.
"Hey! Come on! Tell me! Kalian udah sejauh mana?" Si cepak jeder ini makin menjadi-jadi menggoda si Rendra, kini ia mulai mencolok-colokkan bulpen hasil nyolong nya di kelas. "U cant *silent!? We're not like ur mind!" Rendra mulai kesal. "Come on dude! Cerita dong! Aku kepo nih." Dia tidak menghiraukan Rendra.
"But, *hold on. Dari dulu kalian dekat. I think u like her too. So... what r u waiting for?" Dia protes, mungkin sudah lelah dengan jones nya Rendra. Tapi kan ini hidup Rendra, why him join to setting? Uhm no, ini ‘after death’ nya Rendra.
Rendra terdiam, tak membalas nya. ‘Apa yang ku tunggu ya?... Sayang nya... Its being so late now.’ Batin nya terluka.
┈─ ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ── ꕀ ─┈
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Body Batteries
FantasyWARNING! before reading, u must prepare ure mental. don't forget to follow, vote or comment after reading. txu ! ^•^ berawal dari Raya yang tidak bisa merelakan kepergian Rendra, sahabat laki-laki dari jaman orok. inilah hidup kedua Rendra yang sang...