3. Apple

76 2 5
                                    

Aku berjalan dengan sangat perlahan-lahan, berusaha agar suara sepatuku tidak membuat kegaduhan. Lorong kelas masih sangat sepi, tentu saja ini bahkan belum jam 06.00. Sebenarnya berlaripun toh tak akan ada yang denger, tapi siapa tahu kan ada murid yang kurang kerjaan datang kesekolah di pagi buta begini?
Aku mengernyitkan dahi, hmm.. murid kurang kerjaan yang aku sebutkan tadi sedikit melukai egoku rasanya. Okelah aku ralat lagi kata-kata ku. Siapa tahu kan ada murid yang rajin pake banget datang ke sekolah di pagi buta begini?
Aku membuka pintu kaca dengan sisi berwarna silver dari luar, lalu masuk kedalam kelasku sambil menoleh kesana-kemari. Harus extra hati-hati kalau tidak mau sampai ketahuan. Melihat keadaan sudah cukup aman aku langsung berjalan cepat menuju meja di sisi jendela. Membuka laci mejanya dan menemukan buah apple yang kemarin ku masukkan masih utuh ada didalamnya beserta notenya. Inget kan dia tidak masuk sekolah kemarin?
Dengan cekatan seperti sudah terbiasa, aku mengeluarkan apple hijau dari tas selempangku, kutempelkan note yang sudah ku siapkan tadi malam, dan langsung saja ku masukkan ke laci mejanya. Hmm, awas aja deh kalau ga sekolah hari ini, disusulin kerumah tau rasa lo!
Memikirkan itu membuatku geli sendiri. Bicara padanya saja aku tidak berani, apalagi mendatangi rumahnya. Mau ngapain aku disana? Buat malu diri sendiri saja.
Berhubung urusanku sudah selesai, seperti biasa aku pergi ke kantin sekolah, supaya tidak menimbulkan kecurigaan oke? Kalau ada yang lihat aku datang pertama kan siapa tahu bisa sampe ke telinganya terus aku ketahuan, double gawat kan? Seperti biasa lagi aku akan diam di kantin selama beberapa waktu, menunggu sampai sekolah atau kelas ku ramai.

..........aku mulai mati bosan. Ini beneran. Daritadi hanya nyamuk-nyamuk yang cerewet sekali mengelilingi kupingku. Sudah begitu tangan ku digigit pula. Kenapa sih nyamuk bertingkah macam vampire? Hisap-hisap darah gitu. Apa enaknya coba? Melihat darah saja sudah membuatku mual. Uhhh...
Aku melirik jam tangan ku dan melihat jarumnya sudah menunjuk angka 06. 20. Bagus.
Dengan semangat aku meninggalkan kantin dan berjalan menuju kelas XI IPA-1. Jangan tanya kenapa aku ada di kelas ini, aku juga bingung. Padahal nilai-nilaiku biasa saja. Mungkin sedang beruntung saja.
Saat melongokkan kepala ke dalam, terlihat kelas lumayan ramai, Sena juga sudah duduk di kursinya. Aku melangkah mendekat sambil tersenyum cerah padanya. Yang malah membuat Sena mengernyit heran dan menatapku sinis. Kenapa sih dia? Memang aku ada salah ya? Salah ku ap--oh kemarin kan aku berantem ya sama dia. Ih kok bisa lupa! Terus kok Sena-nya masih kesel? Biasanya juga marah bentar doang kok.
"Hehehe liatinnya gitu banget deh. Biasa aja kali, senyum dong senyum..." Kataku sambil memasang wajah tanpa dosa di depannya. Sena hanya mendengus pelan lalu memainkan handphonenya. Terlihat sekali dia sedang mengabaikan aku.
"Ih Sena masih marah sama gue-nya ya? Soal kemarin kan ya? Tumben ihhh... biasanya juga marah bentar doang kan." Ucapku merajuk persis anak balita yang ingin dibelikan ice cream oleh ibunya.
Karena tidak ada tanggapan, aku akhirnya duduk di kursi ku. Sesekali melirik Sena lalu mengehela napas. Sedikit aneh dengan suasana yang seperti ini. Kami bukan teman yang sering marahan lama-lama.
Nanti juga pas istirahat pasti Sena udah nggak marah deh.....yaa pasti gitu!

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang