Hari ini dia tidak terlihat dimana pun. Dia kemana sih? Masih hidup kan? Nggak tau apa kalau ga ada dia kan aku ga semangat belajar! Err oke..aku memang dasarnya males sih.
"Ran! Ran! Ranaaa!" Panggilan seseorang membuatku terkaget, aku langsung melirik dimana suara itu berasal, dan ternyata suara itu tepat dari sampingku, ya Sena teman semeja ku sedang memasang tampang kesal yang menurutku benar-benar menggemaskan! Liat deh pipinya yang menggembung dan bibirnya yang menekuk ke bawah. Hahahaha pengen nyubit deh..
Langsung saja ku cubit pipinya dengan gemas! Sudah pasti setelah ini dia akan marah! Biarin sajaaa..aku suka sekali dengan pipinya yang tembem itu.
"Ih Ran, kebiasaan banget sih nyubit-nyubit pipi gue! Sini-sini gue bales lo ya!" Benar kan dugaanku dia pasti marah? Makanya aku sudah siaga memasang ancang-ancang untuk kabur, daripada di cubitin sampe pipi aku meleber ya kan?
Tangan Sena dengan gencar beraksi untuk mencapai pipiku tapi aku langsung kabur keluar kelas dengan cepat, dari luar aku mendengar geraman Sena yang cukup keras dan mencekam. Oke, sepertinya dia kesel beneran. Hahaha...biar saja, nanti juga jinak sendiri dia.
Ku lanjutkan melangkah menuju kantin sekolah, saat melewati lapangan basket terlihat banyak orang berkerumunan di sisi lapangan, hmm... ada apa sih nih? Tumben banget pada ngumpul begini.
Karena penasaran aku berjalan ke arah kerumunan dan mencoba menyelipkan tubuhku diantara orang-orang disini, pertama kalinya aku bersyukur karrna tubuhku yang mungil macam kurcaci ini.
Saat sampai di barisan terdepan aku menyadari, sepertinya sedang terjadi pertandingan sengit, saat melihat papan score tertulis yang sedang bertanding adalah anak kelas XI VS XII. Walaupun cukup menarik tapi menimbang perutku sudah kelaparan sejak tadi karena melewatkan sarapan pagi aku akhirnya kembali ke tujuan awal ku menuju kantin.
Memasuki kantin yang terlihat lenggang, aku mengambil tempat duduk di pojok kantin, bukan apa-apa tapi disini ini tempat strategis, karena bisa melihat ke segala arah, dari lapangan basket, lorong kelas, juga taman sekolah. Keren kan? Oke abaikan.
"Bu, saya pesan mie rebus sama teh botol nya satu yaa.." ucapku pada ibu kantin.
"Iya neng. Dimasak dulu ya." Aku mengangguk sambil tersenyum dan kembali duduk. Tidak beberapa lama bu kantin mengantarkan makanan yang kupesan, aku berterima kasih dan langsung menyantapnya dengan lahap. Ingat kan aku belum makan? Jadi jangan protes!
Setelah selesai aku langsung membayar dan duduk kembali. Berhubung kelas ku sedang jam kosong karena guruku berhalangan hadir, dan entah kenapa tidak memberikan tugas.
Ngomongin pelajaran jadi inget Gana. Dia kemana sih? Aku kan kangen..hihihi. Oya stalking twitternya aja ya? Kali aja kan dia update gitu?
Dengan cepat aku meraih handphone di saku seragamku dan menggeser layarnya, menuju menu, lalu menekan icon burung biru, mengetikkan GanaPratama di kotak search. Saat menemuka accountnya, aku meng-scroll down dan menemukan dua buah update tweet picture, gambar pertama terlihat Gana memeluk seorang gadis berambut cokelat madu dari belakang, yang sepertinya aku kenal. Di gambar kedua Gana memegang tangan gadis itu sambil tersenyum menatapnya. Di update sekitar 1 jam yang lalu.
Aku terdiam.
Jadi mereka sengaja bolos sekolah?
Jadi mereka sedang bersama sekarang?
Jadi mereka sedekat ini ya?
Melihat ini, malah membuat hatiku terasa nyeri, seperti di remas genggaman tangan yang besar, sakit.
Mataku mulai terasa perih, padanganku mulai terasa semakin buram. Ada yang menggumpal di ujung mataku, dan akhirnya menetes dengan deras.
Aku menangis tanpa suara di pojok kantin, sambil memegang dadaku.
Tuhan, apa lagi ini? Kenapa sesakit ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Fiksi RemajaKarena mencintaimu tak butuh waktu. Karena menyanyangimu adalah bahagiaku. Karena bahagiamu adalah mimpiku. Maka ketika jumpa tak jua jadi jembatan, rasa telah menjadikanmu tujuan. Kita? Belum. Nanti, setelah dia juga menjadikan aku tujuannya.