4. Mengikuti Langkah

38 2 0
                                    

Aku mengeluarkan buku cetak Matematika dan alat tulis dari tas, persiapan sebelum Pak Roni memasuki kelas, iya pelajaran pertama hari ini itu Matematika. Pagi-pagi langsung dikuras saja otak, gimana murid-murid mau semangat sekolah ya kan?
Kemudian tiba-tiba ada yang memasuki pintu kelas dengan langkah cepat seperti dikejar sesuatu yang mendesak, sekilas orang itu melihat padaku dan hampir saja aku akan menyunggingkan senyum, tapi kemudian dia memalingkan mukanya dalam seperkian detik. Dia menaruh tasnya di kursi dan buru-buru melangkah keluar kelas. Bahkan suara langkahnya masih kudengar memantul di lorong kelas. Sedangkan aku hanya terdiam dan berpikir keras. 'Gana kenapa sih? Mau kemana juga buru-buru gitu? Mencurigakan.' pikirku dalam hati.
Karena penasaran setengah mampus eh mati. Aku mengikuti Gana diam-diam, berjalan tanpa suara dibelakangnya, tentu saja supaya dia tidak tahu keberadaanku. Bisa gawat kalau dia sampai menyadari ada yang mengikutinya, dan itu adalah teman sekelasnya sendiri. Betapa memalukannya itu. Tapi itupun andai dia mengenali aku sebagai teman sekelasnya. Kalau tidak? Entah aku harus bersyukur atau sedih.
Gana terlihat berlari kecil di lorong yang hanya selebar beberapa meter ini, dia berlari menuju gerbang depan sekolah kami. Hal yang sukses membuatku mengerutkan dahi dan sibuk berpikir keras. Elah mau apa sih Gana? apa bolos ya? Tapi masa sih orang jenius cem cucu einstein main bolos kelas di jam pertama pula, kalau gitu kan mending ga usah ke sekolah sekalian.
Sampai kemudian aku lihat Gana berhenti berlari dan terdiam di sisi jalan depan gerbang sekolah, terlihat seperti menunggu sesuatu atau seseorang, entahlah. Aku menyandarkan diri ditembok kelas yang jaraknya dekat dengan gerbang. Ikut menunggu dengan penasaran. Iya anggap saja aku penguntit atau stalker atau apalah terserah kalian. Tunggu kalian rasakan sendiri menyukai seseorang diam-diam. Rasanya itu.... ah kalian tidak akan mengerti kalau tidak merasakannya sendiri.
Beberapa menit kemudian sebuah mobil dengan ukuran lumayan besar menepi disisi jalan depan sekolah, mobil berwarna silver sepertinya merk SUV. Lalu pintu belakangnya bergeser terbuka, dan terlihat Gana membantu seseorang turun dari mobil itu. Sepertinya seorang perempuan, karena ia menggunakan rok dan rambutnya panjang sepunggung, tapi dari jarak ini aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu. Dengan telaten kulihat Gana membantu perempuan itu berjalan dengan perlahan, sepertinya pergelangan kaki perempuan itu keseleo atau retak entahlah, tapi kenapa dia tidak pakai tongkat saja? Bukannya akan lebih mudah untuk berjalan?
Dengan tidak sabar aku menunggu mereka berjalan mendekat, sampai kemudian aku melihat wajah perempuan itu, aku merasa pernah melihatnya. Rambut cokelat madu itu... perempuan itu.. dia yang ada di ruang musik dan di foto itu kan?
Sesaat kemudian Gana dan perempuan itu melewatiku, meneruskan jalan di lorong menuju entah kemana, dan aku berdiam disini tak habis pikir dengan hubungan apa yang terjalin diantara mereka. Apa mereka mempunyai hubungan khusus semacam kekasih? Ya ampun pikiran apa itu! Demi tattoo neptunus setauku Gana itu single! Single!!!! Gimana bisa dilur sepengetahuanku dia punya pacar? Huhuhu aku harus bagaimana andai mereka beneren punya hubungan?
'Tett.. tett.. tettt..' bell masuk sekolah berbunyi nyaring.
Aku berlari menuju kelas, begini-gini juga aku masih takut kalau sampe terlembat masuk kelas. Apalagi terlambat di kelas Pak Roni. HAHAHA tidak, terimakasih. Aku sudah cukup puas dulu dihukum berlari sekaligus memungut sampah di lapangan sekolah yang luasnya mengalahkan stadion sepak bola. eh hehe ngga deng ga begitu juga, maklum abegeh imajinasinya selangit.
Aku sampai di kelas dengan selamat, dan berhasil menduduki kursi tanpa halangan dan rintangan. Okesip.
Setelah menghela napas panjang, aku pun melirik ke sebelahku, Sena hanya menatapku sekilas dan kembali fokus pada handphonenya.
Kenapa akhir-akhir ini aku selalu diabaikan orang-orang ya? Hufttt.....nasib.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang