Pemuda itu melajukan mobil sportnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali, ia menengok ke arah belakang, di mana sekelompok pemuda lain yang mengendarai motor-motor sport mengejarnya dengan kecepatan tinggi pula. Seketika, suasana di tengah malam itu menjadi teramat bising. Jalanan yang mereka lalui tak ubahnya seperti sirkuit balapan liar.
Ckiiiit.
Pemuda yang mengendarai mobil sport hitam itu spontan menginjak pedal rem ketika sebuah ninja putih berhasil menahan laju kendaraannya. Setelah beberapa saat saling berkejaran, ninja putih itu berhasil melampaui kecepatan si pengendara mobil sport hitam, lantas memberhentikan motornya menghalangi laju kendaraan sang lawan.
"Turun lo!" seru si pengendara ninja putih tanpa menanggalkan helmnya. Ia turun dari motornya, lantas beranjak mendekat ke arah mobil sport yang telah berhasil ia lampaui.
"Sial! Padahal gue tabrak aja tuh orang!" dengus si pengendara mobil sport sembari memukul kemudi. Namun, seketika ia sadar bahwa hal itu hanya akan menjadi masalah baru baginya. Masalah baru yang tidak akan menjadi solusi bagi masalah yang kini tengah mengintainya.
Pemuda di dalam mobil sport itu masih enggan keluar dari kendaraannya. Terlebih saat lima pengendara motor lain yang tadi turut mengejarnya telah berada di sekelilingnya. Ia benar-benar terkepung. Entah apa yang harus ia lakukan. Melawan pun rasanya takkan sanggup, ia hanya seorang diri sementara mereka bergerombol. Namun untuk menyerah pun ia ogah.
Seorang pengendara motor yang berada paling dekat dengannya mengetuk kaca mobil dengan keras, membuatnya nyaris terperanjat. Ia pun akhirnya memutuskan keluar dari kendaraannya, menghadapi para gerombolan itu yang tiada lain adalah kawan-kawan ganknya sendiri, D'Brandals. Sungguh, menjadi pecundang tak pernah ada dalam kamus hidupnya.
"Lo pikir lo bisa lari, hah? Nggak semudah itu, Bro!" gertak si pengendara ninja putih ketika pemuda pemilik mobil sport hitam itu mulai menampakkan diri.
Kini, kedua pemuda tersebut yang tiada lain sang ketua dan ex. ketua gank D'Brandals itu saling berhadapan, dikelilingi lima anggota gank lainnya.
"Gue harap lo berubah pikiran. Nggak semudah itu lo lepas status ketua gank yang udah gue percayain sama lo." Si pengendara ninja putih mencoba bernegosiasi.
"Sorry, Bro. Tapi keputusan gue udah final," ujar si pengendara mobil sport sembari matanya terus mencari celah agar ia bisa membebaskan diri dari kepungan kawan-kawan ganknya.
Mendengar hal itu, si pengendara ninja putih memberi suatu isyarat pada kawanannya. Bersamaan dengan itu, si pengendara mobil sport melihat celah baginya untuk melarikan diri. Namun, baru saja ia hendak beranjak, seseorang menendang punggungnya dari arah belakang, sehingga ia jatuh tersungkur di atas aspal. Disusul berbagai pukulan dan tendangan yang serta-merta menghujani tubuhnya, tanpa memberi kesempatan baginya untuk bangkit. Ia pun lantas menjadi bulan-bulanan kawan-kawan ganknya sendiri. Dalam tatapan nanarnya, ia melihat Fredy--ex ketua gank D'Brandals itu, tersenyum puas di atas ninja putihnya.
Namun, pemuda yang kini berada dalam bulan-bulanan para anggota gank D'Brandals itu bukanlah sosok yang mudah ditaklukkan. Setelah mengumpulkan segenap tenaga, ia pun bangkit menghalau berbagai pukulan dan tendangan yang tak henti menghujani tubuhnya. Di saat itulah, ia melihat celah untuk meloloskan diri. Ya, tiada pilihan lain baginya selain lari untuk menyelamatkan diri.
"Huuh ... Dasar pengecut lo!" seru kawanan itu setelah pemuda yang menjadi bulan-bulanan mereka berhasil meloloskan diri.
Dengan tubuh yang hampir remuk dan wajah yang sudah lumayan babak belur, pemuda itu terus memacu langkah secepat yang ia bisa. Ia tahu, sebentar lagi mereka pasti akan kembali mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muhasabah Putih Abu 2
Teen FictionSepasang remaja berusaha istiqomah dalam hijrah di tengah bayang-bayang kelam masa lalu