Part 11 : Dua Sisi yang Berbeda

24 2 0
                                    

Ulfa dan Vania adalah dua remaja dengan latar belakang yang berbeda. Namun, dalam satu hal, mereka sama. Sama-sama tengah menempuh jalan hijrah.

Ulfa memutuskan berhijrah sejak satu tahun lalu. Ia terinspirasi dengan kedua kakak kelasnya yang tak lain adalah Nadia dan Zahara. Keduanya telah memberi contoh nyata tentang bagaimana memulai langkah hijrah dan mempertahankan keistiqomahan dalam hijrah tersebut.

"Istiqomah itu tak cukup hanya sekadar disemogakan, sebab ia berada di ranah ikhtiar. Namun perlu untuk diperjuangkan sehingga kita benar-benar bisa mendekap istiqomah itu," terang Nadia ketika Ulfa mengeluhkan betapa sulitnya untuk bisa istiqomah di jalan hijrah.

Ulfa menunduk dalam, merenungi ucapan Nadia. Selama satu tahun perjalanan hijrahnya, belum banyak perubahan menuju ketaatan yang bisa ia wujudkan. Salah satunya dalam hal menutup aurat. Gadis bertubuh mungil itu sebenarnya sudah tergerak untuk mengenakan busana syar'i, termasuk ketika di sekolah. Namun, ia belum mengantongi restu orang tuanya, terutama sang ibu. Bahkan untuk sekadar mengenakan kerudung saja, ia harus melobi orang tuanya dengan susah payah.

"Demi bakti Ulfa pada Papa dan Mama, tolong restui Ulfa untuk menunaikan kewajiban Ulfa sebagai muslimah. Sungguh, jika Ulfa tidak menunaikannya, maka Papa dan Mama juga turut berdosa karena sejatinya Ulfa masih di bawah tanggung jawab Papa dan Mama ...."

Seketika Ulfa kembali teringat saat ia bersimpuh di hadapan kedua orang tuanya, memohon restu mereka untuk suatu kewajiban yang sebenarnya tak perlu persetujuan manusia. Namun sebagai bentuk adab dan dakwah kepada orang tuanya, ia pun berusaha menjelaskan apa yang kini dipahaminya, berharap mereka akan mendukung keputusannya.

"Ya sudah, Ma, biarkan saja jika Ulfa ingin berhijab." Papa Ulfa akhirnya luluh, terlebih setelah Ulfa mengingatkannya tentang tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang meliputi tanggung jawab dunia dan akhirat.

"Baiklah. Kamu boleh berhijab. Tapi Mama tetap tak setuju jika anak Mama berbeda dari kebanyakan orang. Mama nggak mau kamu terlalu fanatik, Ulfa!" ujar Mama Ulfa.

Ya, Ulfa memang diperkenankan untuk mengenakan hijab. Namun untuk berbusana syar'i, terlebih ketika berada di sekolah, masih dipertentangkan oleh sang ibu. Ibunya berpikir bahwa dengan mengenakan busana syar'i akan membuat anaknya terlihat lebih tua dari usianya. Padahal ia ingin anaknya tampil trendy dan fashionable sebagaimana remaja pada umumnya. Pandangan yang tak jauh berbeda dengan Tania--ibunda Nadia, saat awal-awal putrinya memutuskan untuk berhijrah.

Ya, kisah hijrah Ulfa memang cukup serupa dengan apa yang pernah dialami Nadia. Karenanya, Ulfa merasa Nadia adalah orang yang cocok untuk dijadikan teman sharing dan curhat. Sebaliknya, Nadia pun merasa senang setiap Ulfa meminta bertemu secara khusus dengannya.

Masih teringat dalam benak Nadia ketika Tania membelikannya beberapa set pakaian dengan hijab modis. Itulah pula yang dilakukan ibunya Ulfa.

"Meski berhijab, kamu harus tetap tampil trendy. Biar nggak kelihatan kampungan gitu, lho," ujar Mama Ulfa senada ucapan Tania waktu itu.

"Ma, menutup aurat adalah perintah Allah, mengamalkannya adalah ibadah demi meraih keridaan-Nya. Karenanya agar bernilai ibadah, maka harus sesuai dengan aturan yang telah Allah tetapkan. Bukan berdasarkan standar yang ditetapkan manusia, yang justru menjauhkan dari keridaan-Nya," ucap Ulfa senada dengan penjelasan Nadia pada Tania.

Jika pertentangan terkait hijab syar'i di antara Nadia dan ibunya tidak berlangsung lama, sebab ia pun mendapat dukungan dari sang kakak--Naufan, yang berhasil menaklukkan sifat keras kepala Tania. Maka berbeda halnya dengan Ulfa. Sampai saat ini, Ulfa masih belum berkenan mengenakan hijab syar'i. Ia pun tak bisa menolak ketika ibunya memaksa untuk mengenakan hijab-hijab modis itu. Setidaknya, itu lebih baik baginya saat ini, daripada ia tidak diperkenankan berhijab sama sekali. Namun pemahamannya kini seolah menentang, sampai kapan ia belum juga bisa mengupayakan totalitasnya dalam berhijrah?

Tak jarang, dari rumah ia mengenakan hijab modis dan menggantinya dengan hijab syar'i di tengah perjalanan menuju kajian. Tentu saja ia tak memberitahukan kepada sang ibu jika hendak pergi ke kajian, karena sudah pasti tidak akan diberi izin. Sang ibu sangat takut putrinya akan menjadi fanatik. Rupanya ia telah terinfeksi virus islamophobia yang cukup parah.

"Sampai kapan aku harus kucing-kucingan begini, Kak? Aku capek. Rasanya ingin menyerah saja, tapi selalu saja ada alasan yang membuatku tetap bertahan," keluh Ulfa dengan air mata yang menganak sungai. Nadia berusaha menenangkan dengan rangkulannya.

Lain halnya dengan Vania. Vania berasal dari keluarga yang religius. Sejak kecil orang tuanya membiasakan dirinya untuk menutup aurat, terlebih setelah baligh. Ia mulai ikut hadir di agenda-agenda kajian sejak beberapa bulan terakhir. Namun, hijrah sepertinya masih belum menjadi pilihannya sepenuh hati dan hanya Ulfa saja yang tahu akan hal itu. Meski Vania tidak pernah menyatakannya secara langsung, namun semua itu tergambar dari sikapnya.

Kehadiran Vania di berbagai kajian dan agenda diskusi bersama Nadia adalah atas ajakan Ulfa. Mereka telah berteman sejak kecil, bahkan keduanya bertetangga. Lain halnya dengan orang tua Ulfa, orang tua Vania malah sangat mendukung putrinya mengikuti kajian Islam. Karenanya, ibunya Vania meminta Ulfa untuk selalu mengajak Vania jika akan menghadiri agenda kajian Islam.

"Hari Minggu besok kamu akan ikut datang ke kajian lagi, kan, Van?" tanya Ulfa sebelum mereka berpisah.

"Hmmm... Gimana nanti aja deh kayaknya," ucapnya yang kemudian berlalu menuju ke arah rumahnya.

Ulfa masih mematung memandangi kepergian sahabatnya, hingga sosoknya menghilang di balik pintu gerbang rumahnya.

Ya, saat awal-awal menyatakan ingin hijrah, Vania memang tampak bersemangat. Namun, akhir-akhir ini rupanya ia tengah dilanda futhur.

"Andai aku ada di posisimu, Van. Tak ada lagi alasan bagiku untuk menunda totalitas dari hijrahku," lirih Ulfa.

"Ulfa!"

Sebuah suara membahana memanggil namanya, sontak membuat gadis bertubuh mungil itu terperanjat.

"Ke mana saja jam segini baru pulang? Jangan bilang kalau kamu .... "

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Muhasabah Putih Abu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang