[E]go

251 45 5
                                    

Cerita ini fiktif, dimohon untuk tidak membawa karakter ke dunia nyata.


Hari ini Hyunjin senang, senang bisa kembali melihat Yeji di hadapannya. Ia kira akan kehilangan Yeji untuk yang kedua kalinya, tapi dia salah.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Yeji heran melihat Hyunjin yang terus tersenyum sembari menatapnya.

"Kamu cantik," puji Hyunjin.

Mendengar pujian itu, Yeji tersenyum simpul dan mengangguk setuju. "Hyun, mau jalan-jalan gak?"

"Mau, emang rencana kemana? 

"Kemana aja, tapi kali ini gak usah ke taman bunga lagi. Kamu aja yang nentuin mau kemana."

Laki-laki di hadapan Yeji mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja, berusaha memutar otak untuk mencari tempat yang memungkinkan. 

"Art gallery ku aja gimana? Mau gak?"

Mendengar itu Yeji mengangguk antusias. Alhasil mobil Hyunjin melesat menuju art gallery miliknya.

Selama di art gallery Hyunjin membiarkan Yeji berkeliling, menyuguhkan berbagai macam pertanyaan, dan memotret beberapa lukisan yang ia sukai.

Kali ini pengunjung tidak seramai biasanya, mungkin karena masih pagi.

"Ada lukisan kamu?"

"Ada, tapi gak aku pajang."

"Kenapa?"

"Gak untuk dipamerkan," jelas Hyunjin singkat.

"Kenapa gak dipamerin?"

"Koleksi pribadi."

"Ada ya gitu?"

"Ada."

Yeji mengangguk paham dan kembali berjalan menyusuri tangga yang membawanya menuju air mancur di lantai atas yang terlihat begitu indah dari bawah. 

Gemericik air berhasil menarik penuh atensi Yeji.

"Indah," komentar Yeji, seulas senyum terukir di wajahnya.

Mereka sama-sama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mata Yeji masih saja berbinar melihat air mancur yang berjarak beberapa meter di depannya.

"Yeji," panggil Hyunjin yang membawa kembali kesadaran Yeji.

"Iya, Hyun? kenapa?"

"Balikan yuk?"

Seketika, mata sipit itu membola sempurna. Beberapa kali mengerjap tak percaya dengan perkataan Hyunjin. Apa dia sedang bergurau?

Dua kata itu begitu bermakna, dua kata yang berhasil memadukan berbagai jenis perasaan hingga sulit untuk dideskripsikan. Akankah pertanyaan sakral itu mampu merubah kehidupan dua hati yang telah terluka?

"Kamu gak perlu jawab sekarang, selama apapun itu, aku tunggu," ujar Hyunjin, ia tak ingin memberi tekanan pada Yeji.

Hanya dehaman singkat yang Yeji lontarkan, tubuh perempuan itu berbalik, ia berjalan kembali ke arah tangga dan menuruninya.

Mungkin Yeji kaget, atau perasaan sejenis itu.

Entah bagaimana dua kata itu meluncur mulus dari mulut Hyunjin, laki-laki bermarga Hwang tersebut hanya tidak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi.

Enam tahun, bukan waktu yang singkat. Enam tahun, tidak mudah dilalui oleh Hyunjin. Selama enam tahun, Hyunjin terus berharap bahwa Yeji akan kembali dan hadir di hadapannya.

My Last ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang