[A]void

259 53 7
                                    

Cerita ini fiktif, dimohon untuk tidak membawa karakter ke dunia nyata.



Memandang rintik-rintik hujan yang berjatuhan silih berganti sudah menjadi rutinitas Hyunjin dan Yeji.

"Hyun, kamu itu mirip hujan," celetuk Yeji seraya menengok ke arah Hyunjin yang masih fokus memandang keluar kaca jendela.

"Kenapa jadi mirip hujan?"

"Terkadang kasih tanda, tapi juga suka datang tiba-tiba. Terkadang kehadiran mu dinanti-nanti, tapi bisa juga gak pernah diharapkan."

"Bisa buat nyaman sekaligus meresahkan," sambung Yeji. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk lengkungan.

Mendengar penuturan Yeji, laki-laki itu hanya tersenyum simpul seraya menatap ke arah perempuan di sampingnya.

"Aku balik yaa," ujar Hyunjin saat menyadari hujan sudah mulai mereda.

"Sekarang?" 

Dengan mantap Hyunjin mengangguk. 

"O-oh.. oke."

"Salam sama Yejun yaa," ujar Hyunjin sebelum melangkah pergi menuju pintu rumah Yeji. 

Kepergian Hyunjin membuat rumahnya kembali sepi, walau ada Yejun, tapi anak itu sedang tidur. Yeji melirik jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul 21.00 PM. Ia pun bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri, sejak tadi dirinya belum sempat mandi karena harus menemani Hyunjin.

Hyunjin pergi menuju taman bunga tadi untuk mengambil mobil, setelah membayar ongkos taksi, ia berlari kecil menemui mobilnya. Dengan sigap ia memasuki mobil lalu menstater mobil tersebut. 

Menyibak jalanan kota di tengah malam yang mendung, tidak ada bintang sebagai tanda bahwa malam ini sedang mendung mengingat hujan tadi mengguyur. Sejak tadi Hyunjin bersenandung sembari tersenyum, ia sangat senang bisa bertemu mantan kekasihnya itu.

"Aduhh... Hyunjin bego banget!" gerutunya saat menyadari sesuatu. 

"Kenapa bisa lupa?" kesal dirinya lagi.

Hyunjin lupa meminta nomor telepon Yeji, walau ia sudah tau rumahnya, tapi tidak mungkin ia kembali ke rumah itu hanya untuk meminta nomor telepon. Ada-ada saja.


05.15 AM
Studio


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah Hyunjin menyelesaikan sesi foto-nya, ia bergegas ke ruang ganti. Ia cukup sibuk untuk pagi hari ini.

"Oyy Jin!" seru Jeno.

 "Oit!" 

"Ditunggu Karina tuh," ujar Jeno sembari menunjuk ke arah gadis bersurai hitam yang sedang menyilangkan tangan di depan dada.

"Ngapain? dia ada jadwal hari ini?"

"Ya ada, gue udah selesai. Mana utang lo?" tagih Karina dengan muka juteknya.

"Nanti gue kirim," sahut Hyunjin malas, padahal memang dia yang bersalah sih.

"Ck! emang cowok itu nyebelin," dengus Karina.

"Gak semua cowok kali," kementar Jeno yang tak terima dengan perkataannnya itu. 

Karina hanya berdeham singkat. "Ya udah gue duluan," ucap Jeno yang bergegas pergi keluar studio sembari menenteng jaketnya.

Sama halnya dengan Hyunjin yang mengikuti langkah Jeno, disusul oleh Karina. Belum sempat Hyunjin keluar tangannya ditarik oleh Karina, "Lo mau makan gak? laper," ujar Karina. 

"Boleh deh, tapi gue mampir ke mini market mau beli roti sama susu aja," sahut Hyunjin dan kembali melanjutkan langkah kakinya, berjalan beriringan dengan Karina.

Sesampai mereka di depan pintu masuk studio, Hyunjin sibuk mencari kunci mobilnya sedangkan Karina melihat ke sekeliling. "Oh! itu Jeno sama pacaranya bukan? samperin yuk Jin!" ajak Karina.

Belum sempat Hyunjin menjawab, Karina sudah menarik tangannya menuju Jeno yang sedang mengobrol dengan seseorang yang diklaim 'pacar' oleh karina.

"Jen! belum pulang?!" seru Karina seraya berlari kecil ke arahnya.

Otomatis Jeno berbalik badan dan tersenyum manis, "Ini mau pulang," sahut Jeno.

"Oh! Hai," sapa Karina pada seorang perempuan di sebelah Jeno. 

"Oiya, kenalin ini pacar gue," ujar Jeno melihat Karina dan Hyunjin bergantian. 

Dengan senang hati Karina mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh perempuan di sebelah Jeno itu. "Karina, sahabatnya Jeno."

"Hyu-Hyunjin," ucap Hyunjin terbata dan menatap nanar ke arah perempuan itu.

"Hwang Yeji," ujar perempuan itu yang membuat atmosfer diantara Hyunjin dan Yeji menjadi sangat canggung.

"Oke, gue sama Yeji duluan ya. Bye!" ujar Jeno lalu merangkul Yeji pergi menuju mobil.

Memori tentang ucapan maaf Yeji terputar kembali di kepala Hyunjin, sekarang Hyunjin tahu, kata maaf itu untuk apa.

Bukankah sudah jelas, selama enam tahun berlalu, tidak mungkin kalau Yeji masih sendiri. 

Namun, kenapa kemarin Yeji tetap membalas pelukan Hyunjin? kenyataan itu sungguh menyayat hatinya.

Selama berjalan menuju mini market bersama Karina ia terus menunduk. Hatinya tak tenang, ingin rasanya Hyunjin berteriak sekencang mungkin dan mengutuk takdir yang mempertemukan mereka kembali.

"Oy! kenapa sih?" tanya Karina heran melihat laki-laki di sampingnya yang terus menunduk. 

"Emang ada duit di bawah?" tanya Karina lagi.

"Langsung ke tempat lo makan aja deh, gak usah ke mini market," sahut Hyunjin.

Karina yang kebingungan hanya menganggukan kepala dan kembali melanjutkan langkah kaki menuju tempat makan yang ingin ia kunjungi.


***

Selama duduk di kursi penumpang, Yeji hanya terdiam. Arah pandangnya terfokus menatap lampu jalan yang memancarkan sinar di tengah gelapnya pagi hari ini. 

Matahari masih belum muncul, atau mungkin akan tertutupi oleh awan berwarna abu yang siap menumpahkan air dari atas langit?

"Kenapa?" tanya Jeno tiba-tiba, memecah keheningan itu.

"Habis ini lo kemana?" tanya Yeji balik.

Bukannya menjawab, Jeno malah mengerutkan alisnya lalu segera menepikan mobil. "Ji, gue takut deh," ujar Jeno menatap serius ke arah Yeji yang masih setia melihat ke luar kaca mobil.

"Gue gak mau persahabatan gue sama Hyunjin renggang. Lagian lo ada-ada aja deh! Kenapa sih? balikan aja gih!" cerocos Jeno.

"Gak segampang itu. Gue sama dia udah berakhir, kalau kak Minhyun tau, dia pasti akan maksa gue untuk pergi lagi."

"Terus sekarang? lo sengaja ngelakuin ini supaya apa? sama aja Ji, Hyunjin bakal ngejauhin lo apalagi gue sahabatnya dia."

Yeji mengubah posisi duduknya, dan berdeham singkat lalu ia menutup mata, sebagai tanda bahwa ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini.

"Gue heran, ada apa sama lo dan Hyunjin di masa lalu? kayaknya permasalahan kalian cukup serius, kalau gak serius kak Minhyun gak akan bersikap berlebihan kayak gini," monolog Jeno dan ia kembali melanjutkan perjalanan.



Ternyata udah lama aku gak up ini :'

19 Oktober 2021

My Last ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang