two

15 4 0
                                    

     Bel tanda pelajaran pertama pun berbunyi , Ezlar  yang mendengar suara bel pun  langsung berlari , bukanya berlari ke kelas, ia malah berlari ke kantin .

"Bu es teh dua" ucap Ezlar  pada salah satu penjanga kantin .

"Tapi ini benlum waktunya jam istirahat , saya gak berani ngasi , saya takut Bu Lisa tau "

"Emang ibu tega liat saya kehausan gini , saya udah gak kuat Bu , ayolah Bu " bujuk Ezlar .

"Ngapain kamu di sini?" Tanya seorang guru BK yang sialnya melihat Ezlar  tengah berada di kantin .

"Eh bapak , gak lagi ngapa-ngapain kok pak , permisi pak saya balik kelas dulu" Ezlar  langsung main nyelonong saja , ia tak mau di hukum untuk kedua kalinya , bisa-bisa kulit saljunya berubah menjadi kulit arang .
   Saat pintu terbuka semua langsung melirik termasuk Naraya , ia menatap kedatangan Ezlar dengan tatapan yg sulit untuk di artikan , Ezlar  malangkah cepat , meraih sebotol air yang hedak di tenguk salah satu siswa .

"Kampret Lo" umpat siswa itu , Ezlar meneguk air itu hingga tandas .

"Sorry aus"

"Aus sih aus , tapi jangan Lo abisin juga " proses Riko , seorang siswa yang terkenal fatboy .

"Udah iklasin aja , gak baik ngoceh terus , entar gak jadi pahala" nasihat Ezlar .

"Vin Lo punya minum gak ?, Masih aus nih" tanya Ezlar pada seorang cowok yang duduk di samping Riko .

"Ambil aja" ucap vino cowok impor dari kutub  , ia terkenal dengan sifatnya yang dingin ,

"Dimana?" Tanya Ezlar tersenyum sumringgah , ia benar-benar sangat kehausan saat ini .

"Di toilet" ucap vino dengan ekspresi datar .

"Garing" kompak Ezlar  dan Riko .

"Woy siapa pun yang punya kuping , apa ada yang punya minum?" Teriak Ezlar , namun semua tak acuh .

"Itu kuping apa kerupuk , mending tuh kuping jual aja lebih berpaedah " celetuk Ezlar yang di kacangi seisi kelas , ia memilih tuk duduk saja daripada berceloteh tapi tak ada yang menggangapnya .
   Ezlar terduduk lesu dengan bibir yang maju beberapa senti , ia kesal saja dari banyaknya orang yang ada didalam kelas hanya ada dua orang yang menggangapnya , yaitu vino dan Riko , kedua cowok itu telah cukup lama menjadi teman Ezlar dari banyaknya siswa yang ada hanya dua orang itu yang betah bersamanya .

"Nih" tiba-tiba Naraya menyodorkan sebotol air pada Ezlar , Ezlar  menatapnya bingung .

"Buat gue?" Tanya Ezlar ragu .

"Iya , itu juga kalo Lo mau" ucap Naraya cuek .

"Thanks" dengan senang hati Ezlar menerimanya , meminumnya hingga tersisa setengahnya saja .
    Suasana pun kembali hening , rasanya begitu canggung , Ezlar sangat tak suka suasana seperti ini , tak lama guru pun datang , mulai memberi materi , pertanyaan , tugas dan lainya . Sesekali Ezlar melirik pada teman sebangkunya .
   Waktu berjalan dengan cepat , tak terasa jam pulang pun telah tiba , para murid pun mulai meninggal gedung sekolah , semua berlomba-lomba untuk keluar , begitu juga dengan Ezlar  dan Riko lain halnya dengan vino yang santuy .

"Santuy amat Lo Vin " ucap Riko .

"Emang mau apa buru-buru , kaya orang yang mau di bagi sembako aja" meski Cold vino juga memiliki sifat humoris yang tinggi .

"Naraya cantik yah" celetuk Ezlar .

"Gak nyambung Lo zlar" komentar Riko .

"Sorry kita gak satu frekuensi" ucap Ezlar , vino hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah  kedua sahabatnya .

"Emang otak gue mah masih lurus gak kaya otak Lo yang udah miring "

"Miring pun ganteng gak kaya Lo , buluk " puji alan pada dirinya sendiri .

"Lo langsung pulang zlar?" Tanya vino .

"Enggak , mampir ke rumah Ana dulu" Jawab Ezlar  , tanpa aba-aba Ezlar  berhenti begitu saja , kedua sahabatnya pun ikut berhenti menatap heran Ezlar yang nampak memperhatikan sesuatu .

"Ada apa sih zlar?" Tanya Riko mengikuti arah pandang Ezlar , Ezlar  tak menjawab pertanyaan Riko ia malah langsung berlari .

"Gila gapain tuh anak "

   Ezlar menghadang langkah seorang gadis yang berjalan sendiri dengan kepala tertunduk , karena keadaan ramai dan ia yang tak hati-hati membuatnya tersandung .

Brak

  Suara detak itu senada dengan ritme napas yang berhembus dengan lembut , bukan aroma maskulin yang Naraya cium melainkan aroma peremen mins , yang sangat ia hapal milik siapa , entah kenapa rasanya seluruh persendian Naraya menjadi kaku , perlahan ia mendongak .
    Saat melihat siapa pemilik aroma mins itu , Naraya langsung mendorong orang itu hingga terjatuh .

"Lo hobi banget bikin gue jatoh" ucap Ezlar yang telah di buat jatuh untuk kedua kalinya oleh Naraya .
    Naraya mengepalkan kedua tanganya hingga buku-buku tanya terlihat dengan jelas , Ezlar  dapat melihat ekspresi Naraya yg nampak ketakutan dan tak tenang , Ezlar bingung kenapa dengan gadis di depannya ini .
    Jangan kan mengulurkan tangan untuk menolong Ezlar, meninggalkan sepata kata pun tidak , Naraya langsung berlalu begitu saja dengan langkah seperti orang yang sedang di kejar-kejar .
      vino dan Riko pun menghampiri teman malanya itu  , yang masih terduduk di atas tanah

"Kalo belum mampu jangan maksain" celetuk Riko .

"Ini baru permulaan , liat aja entar , dia gak akan bisa lupain gue" optimis Ezlar  , atau lebih condong pada terlalu pd .

"PD amat Lo , mana mungkin Naraya mau sama Lo , kelakuannya aja udah kaya seten  " ledek Riko .

"Biarin usaha itu harus ada"

"Gue duluan " lebih baik vino pergi dari pada terus meladeni dua sahabatnya itu .

"Woy tunggu Vin" teriak Riko .

"Gak solid Lo Vin" timpal Ezlar  yang juga ikut berteriak , kedua cowok itu pun berlari mengejar vino , padahal nantinya juga mereka akan berpisah karna arah jalan mereka yang tak searah .

"Ngapain Lo pada ngejar gue?" Tanya vino ketika kedua kawannya berhasil mengejarnya .

"Gr" ucap Ezlar dan Riko kompak , mereka balik meninggalkan vino .
    Kedua kawanya itu memang bar-bar , selalu ada saja tingkah nyeleneh keduanya , apa lagi Ezlar yang sudah seperti alien .
    Mereka pun berpisah di persimpangan , Ezlar  tak lansung pulang , ada hal yang harus ia kerjakan sebelum pulang , Ezlar  berjalan dengan agak terburu-buru , ternyata ia sudah terlambat , kaki jenjangnya mempercepat langkahnya menyesuri trotoar yang lumayan sepi .
       Hingga langkah Ezlar  berhenti di sebuah rumah megah bergaya kelasik , dikelilingi taman bunga yang indah .

"Permisi" ucap Ezlar , tak perlu menunggu lama seorang pria paruh baya berpakayan seragam satpam lengkap menghampirinya .

"Eh , nak Ezlar " gerbang tinggi itu mulai terbuka senyum ranah juga menyertai Wajah keriput pria paruh baya itu , Ezlar pun turut membalas senyuman itu .

"Kirain bapak , nak Ezlar  gak bakal Dateng , non Ana sudah marah-marah tuh" ucap pak satpam , Ezlar  menepuk jidatnya .

"Waduh , yah udah pak , Ezlar  masuk dulu yah" hanya anggukan tanda setuju yang di dapat Ezlar , ia pun segera melangkahkan kakinya , untuk menemui seseorang yang telah menantinya , kaki Ezlar terus melangkah hingga ke teras depan dapat di lihatnya seseorang yang tengah duduk dengan muka masamnya .

"Hello , Ana" sapa Ezlar  pada seorang gadis yang duduk di kursi roda , benar apa yang di katakan pak satpam tadi , terlihat muka gadis di depannya tak enak di pandang  .

"Kak  Ezlar  telat" ucap Ana dengan muka masan , Ezlar  melihat jam di ponselnya .

"Cuman telat 5 menit aja "

"5 menit juga waktu "

De Javu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang