sinar mentari yang merayap mesuk melewati jendela nampak mengganggu tidur lelep seorang remaja , perlahan mata itu terbuka mulai menyesuaikan dengan sinar yg masuk ke iris redup itu .
"Hah jam berapa ini" kaget Ezlar yang baru saja bangun ia meraih ponselnya .
"Hah jam 07 . 30, mati gue" dengan cepat Ezlar pergi kekanae mandi , nampaknya ia akan kesiangan , sudah pasti ia akan mendapat hukuman lagi .
15 menit berlalu , Ezlar sengera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan cepat , ia berharap ia tak ketinggalan bus ."Lan baru berangkat?" Tanya salah satu penghuni apartemen itu .
"Iya om"jawab Ezlar tak berhenti berlari .
"Pagi Bu" sedang buru-buru pun Ezlar masih sempat-sempatnya menyapa .
"Eh pagi juga lan , baru berangkat kamu ?"
"Iya Bu , kesiangan , Ezlar pergi dulu yah Bu"
"Iya hati-hati di jalan" Ezlar hanya mengacungkan jempolnya , sembari terus berlari , para penghuni apartemen mengenal Ezlar dengan sosoknya yang baik soban , ceria dan murah senyum , twrkadan mereka merasa heran , sejak pertama kali Ezlar tinggal di sana belum sekali pun mereka melihat keluarga Ezlar , jika kedua orang tuanya sudah tiada setidanya ada saudara atau kerabat yang menjenguknya namun ini sama sekali tak ada seolah Ezlar adalah anak yang terbuang , tak ada yang menginginkan hidupnya , padahal Ezlar anak yang baik , tak mungkin ada orang tua yang setegai itu membuang anaknya membiarkannya sendirian dalam sepi , entah lah mereka hanya bisa menjadi tetangga yang baik bagi anak itu , untuk masalah itu semua biarkan Ezlar saja yang tau .
Ezlar nampak celingak-celinguk mencari bus yang lewat , namun yang di nanti tak kunjung datang , bahkan taksi pun tak ada yang lewat , apakah kendaraan umum tengah berlibur sekarang , pikir Ezlar ."Gak bisa begini terus nih , bisa-bisa gue makin kesiangan" Ezlar pun memutuskan untuk berlari ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa sampai tepat waktu .
Beberapa meni telah di lalui akhirnya Ezlar pun sampai , namun ternyata perjuangannya tak membuahkan hasil ia tetap saja terkambat , gerbang di deoanya sudah tertutup , tak mau menyerah di situ Ezlar mengambil jalan pintas ."Eh kok Lo di sini?" Tanya Ezlar pada seorang gadis yang berusaha memanjat tembok penghalang di depannya .
"Yah terserah gue lah , gue mau di mana jaga , hidup-hidup gue" jawab gadis itu dengan ketus .
"Oh gitu yah" ucap Ezlar dengan nada yang di buat-buat .
"Lo ngapain sih lompat-lompat gitu , mu berubah jadi kanguru?"
"Bisa diem gak , lagian Lo juga ngapain di sini"
"Gue disini , pengen masuklah , Lo juga kan " tebak Ezlar .
"Kata siapa?" Ucap Naraya berusaha menutupi pakta .
"Udah lah gak usah ngeles , sini gue bantui Lo manjat " Ezlar maju selangkah mendekat Naraya namun ....
"Stop" peringat Naraya ia terlihat ketakutan saat akan mendekat .
"Lo jangan macem-macem yah"
"Enggak macem-macem kok , cuman satu macem aja "ucap Ezlar.
"Jangan macem-macem atau gue teriak" ancam Naraya terlihat gadis itu sangat ketakutan .
"Teriak aja " Ezlar semanin mendekati Naraya sebaliknya Naraya malah semakin mejau dengan langkah gemetar .
"Naik" titah Ezlar yang sudah berjongkok .
"Enggak" tolak Naraya .
"Lo mau masuk gak"
KAMU SEDANG MEMBACA
De Javu
Teen FictionSenyumnya masih sama seperti dulu tak ada yang berubah darinya , hanya aku yang tak pernah tau akan rapuh mu , kau terlalu rapih memasang topeng mu , hingga tak ada celah bagi aku untuk tau , tentang rapuh mu ___ Naraya Michela .... Hanya kebahagian...