Waktu terus berputar mengelilingi setiam menit , detik dan jam , hingga mereka saling di pertemukan kembali di dalam lingkaran yang sama , namun dengan cerita yang berbeda .
Ezlar terus mencoba mendekati Naraya namun gadis itu terus menghindar , hatinya di penuhi rasa bersalah , entah bagaimana ia bisa menebus kesalahannya , Ezlar terus memikirkan itu , hingga ia tak aadar namanya di panggil ."Ezlar" pangil Wina setengah berteriak .
"Iya bak" jawab Ezlar kaget , ternyata di sana sudah berdiri bos nya juga .
"Eh bapak " ucap Ezlar sembari bersalaman pada pemilik lestoran tempatnya bekerja .
"Ezlar" panggil pemilik lestoran itu .
"Iya pak"
"Ini gaji kamu , untuk bulan ini" Ezlar mengernyit bingung , seingatnya ini belum saatnya gajihan , lagi pula biasanya Wina yang akan membagikan ua gaji pada kariawa .
"Tapi pak , bukanya sekarang belum waktunya gajian ?" heran Ezlar .
"Ini gaji terakhir kamu" ucap pemilik resto .
"Maksud bapak" Ezlar mencoba untuk tetap berpikir positif .
"Kamu saya pecat" seketika pikiran positif Ezlar buyar saat tiga kalimat itu terlontar dari mulut sang pemilik resto .
"Salah saya apa pak?"
"Kemarin ada kastamer yang kompleks sama saya tentang pelayanan kami yang buruk " ucap sang pemilik resto .
"Maaf kan saya pak , tapi saya mohon jangan pecat saya pak , saya butuh sekali pekerjaan ini pak " mohon Ezlar .
"Maaf Ezlar bukan saya tak kasihan kepada kamu , tapi saya juga gak bisa memperkerjakan orang yang gak profesional " ucap pemilik resto .
"Saya janji pak , gak akan gulagi kesalahan saya lagi "
"Maaf Ezlar saya benar-benar tidak bisa mempekerjakan kamu lagi "
Ezlar hanya bisa pasrah menerima keadaan , dengan lesuh ia berjalan meninggalkan restoran itu , bagaimana ia bisa mendapat uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari , selama ini ia hanya bergantung pada pekerjaannya ini dan les pianonya saja , hari belum terlalu sore ia masih bisa mencari pekerjaan .
Ezlar terus berjalan walau tak tentu arah , hingga ia berhenti di sebuah taman , matanya terus menatap sekitar , hingga ia melihat seorang bapak yang mengenakan kostum boneka beruang tengah membagikan selembar kertas pada setiap orang yang melintas di hadapannya ."Sore pak" sapa Ezlar , bapak itu membuka kostumnya dan membalas senyum Ezlar .
"Sore juga , nak ada apa yah?"balasnya .
"Bapak keliatan capek sekali , apa boleh saya tolong bapak sebarka brosur ini?" Tawar Ezlar .
"Tentu saja nak , tapi apa adek ini mau berpakaian seperti ini?"
"Gak papah kok pak " ucap Ezlar , megambil alih kepala beruang itu .
Kini Ezlar sudah berdandan seperti beruang yang lucu dan mengemaskan dengan ceria ia membagikan brosur di tanganya , banyak anak-anak juga yang mengerumuninya membuat Ezlar semakin bersemangat , bapak tadi melihat Ezlar penuh bangga , jarang sekali ada anak muda yang seperti Ezlar .
Hari sudah semakin sore dan lembaran kertas itu pun sudah habis tak bersisa ."Makasih nak sudah mau bantuin saya "
"Iya sama-sama pak , kalo begitu saya pamit dulu pak" pamit Ezlar .
"Iya , oh ini buat kamu " ucap bapak itu menyodorkan beberapa lembar uang pada Ezlar .
"Gak usah pak , kan niat saya bantun bapak" tolak Ezlar .
KAMU SEDANG MEMBACA
De Javu
Teen FictionSenyumnya masih sama seperti dulu tak ada yang berubah darinya , hanya aku yang tak pernah tau akan rapuh mu , kau terlalu rapih memasang topeng mu , hingga tak ada celah bagi aku untuk tau , tentang rapuh mu ___ Naraya Michela .... Hanya kebahagian...