nine

12 3 0
                                    

  Waktu terus berputar mengelilingi setiam menit , detik dan jam , hingga mereka saling di pertemukan kembali di dalam lingkaran yang sama , namun dengan cerita yang berbeda .
   Ezlar terus mencoba mendekati Naraya namun gadis itu terus menghindar , hatinya di penuhi rasa bersalah , entah bagaimana ia bisa menebus kesalahannya , Ezlar terus memikirkan itu , hingga ia tak aadar namanya di panggil .

"Ezlar" pangil Wina setengah berteriak .

"Iya bak" jawab Ezlar kaget , ternyata di sana sudah berdiri bos nya juga .

"Eh bapak " ucap Ezlar sembari bersalaman pada pemilik lestoran tempatnya bekerja .

"Ezlar" panggil pemilik lestoran itu .

"Iya pak"

"Ini gaji kamu , untuk bulan ini" Ezlar mengernyit bingung , seingatnya ini belum saatnya gajihan , lagi pula biasanya Wina yang akan membagikan ua gaji pada kariawa .

"Tapi pak , bukanya sekarang belum waktunya gajian ?" heran Ezlar .

"Ini gaji terakhir kamu" ucap pemilik resto .

"Maksud bapak" Ezlar mencoba untuk tetap berpikir positif .

"Kamu saya pecat" seketika pikiran positif Ezlar buyar saat tiga kalimat itu terlontar dari mulut sang pemilik resto .

"Salah saya apa pak?"

"Kemarin ada kastamer yang kompleks sama saya tentang pelayanan kami yang buruk " ucap sang pemilik resto .

"Maaf kan saya pak , tapi saya mohon jangan pecat saya pak , saya butuh sekali pekerjaan ini pak " mohon Ezlar .

"Maaf Ezlar bukan saya tak kasihan kepada kamu , tapi saya juga gak bisa memperkerjakan orang yang gak profesional " ucap pemilik resto .

"Saya janji pak , gak akan gulagi kesalahan saya lagi "

"Maaf Ezlar saya benar-benar tidak bisa mempekerjakan kamu lagi "
      Ezlar hanya bisa pasrah menerima keadaan , dengan lesuh ia berjalan meninggalkan restoran itu , bagaimana ia bisa mendapat uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari , selama ini ia hanya bergantung pada pekerjaannya ini dan les pianonya saja , hari belum terlalu sore ia masih bisa mencari pekerjaan .
     Ezlar terus berjalan walau tak tentu arah , hingga ia berhenti di sebuah taman , matanya terus menatap sekitar , hingga ia melihat seorang bapak yang mengenakan kostum boneka beruang tengah membagikan selembar kertas pada setiap orang yang melintas di hadapannya .

"Sore pak" sapa Ezlar , bapak itu membuka kostumnya dan membalas senyum Ezlar .

"Sore juga , nak ada apa yah?"balasnya .

"Bapak keliatan capek sekali , apa boleh saya tolong bapak sebarka brosur ini?" Tawar Ezlar .

"Tentu saja nak , tapi apa adek ini mau berpakaian seperti ini?"

"Gak papah kok pak " ucap Ezlar , megambil alih kepala beruang itu .
     Kini Ezlar sudah berdandan seperti beruang yang lucu dan mengemaskan dengan ceria ia membagikan brosur di tanganya , banyak anak-anak juga yang mengerumuninya membuat Ezlar semakin bersemangat , bapak tadi melihat Ezlar penuh bangga , jarang sekali ada anak muda yang seperti Ezlar .
    Hari sudah semakin sore dan lembaran kertas itu pun sudah habis tak bersisa .

"Makasih nak sudah mau bantuin saya "

"Iya sama-sama pak , kalo begitu saya pamit dulu pak" pamit Ezlar .

"Iya , oh ini buat kamu " ucap bapak itu menyodorkan beberapa lembar uang pada Ezlar .

"Gak usah pak , kan niat saya bantun bapak" tolak Ezlar .

De Javu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang