thirteen

12 2 0
                                    

     Naraya tertunduk ia menangis tersedu-sedu , hari itu hari terburuk dalam hidupnya ia tak pernah menyadari hal itu akan terjadi pada dirinya , ia begitu trauma saat tangan kotor itu menyentuhnya wajah pria berengsek itu selalu muncul , membuatnya ketakutan dan menggap semua lelaki di dekatnya sama dengan ayah tirinya itu .
    Ezlar yang mendengar dan melihat Naraya pun ikut merasa sedih , ia tak dapat melihat Naraya yang ia kenal , Naraya yang ceria dan cerewet , Naraya benar-benar terlihat hancur mungkin ini alasan Naraya menghindarinya saat pertama kali ia datang kesekolahan itu .

"Maaf" Ezlar mencoba meraih tangan Naraya untuk memberi gadis itu kekuatan meski ia tau ia juga sangat rapuh .
  Ezlar menyesal ia tak ada untuk Naraya saat itu , namun apa boleh buat , semua telah berlalu dan tak mungkin bisa di ulang , hanya mencoba untuk menerima dan menjalani semua sebaik mungkin .
   Naraya menepis kasar tangan Ezlar tentu itu membuat Ezlar terkejut dengan mudah gadis itu merubah sikapnya , baru saja gadis itu tersenyum dan kembali ceria namun sekarang ia kembali hancur .

"Maaf , maaf gue gak bisa ada buat Lo , saat Lo butuh seseorang untuk sekedar bercerita "

"Gue tau ini berat bagi Lo , ini gak mudah bagi Lo , dan ini sulit buat Lo laluin , tapi Lo gak bisa terus begini , ada Tante Naya yang udah berkorban buat Lo , dan Lo jangan sia-sia ini pengorbanan Tante Naya , Lo harus bisa jadi Naraya yang dulu yang ceria bukan Naraya yang murung " ucap Ezlar .

"Lo bisa ngomong begitu karna Lo gak , ngerasain apa yang gue rasain" sentak Naraya , ia benar-benar tak bisa mengendalikan emosinya , semenjak kejadian itu mental Naraya tergagu ia sulit mengontrol amarahnya bahkan sampai sekarang ia harus pergi ke psikiater .

"Iya , gue gak tau apa yang Lo rasain gue gak tau seberapa hancurnya Lo , seberapa terlukanya Lo , gue gak tau , tapi coba Lo pikir apa dengan Lo seperti ini semua akan berubah , gak kan ?" Naraya terdiam ia tak bisa menjawab , apa yang dikatakan Ezlar memang benar ia tak bisa terus seperti ini , ia harus bisa menjadi Naraya yang dulu , ia tak boleh terus larut dalam kubangan kelam ia harus bangkit , ada sang ibu yang telah berkorban untuknya , ia rela menjadi seorang pembunuh hanya untuk dirinya jadi sebisa mungkin Naraya akan membuat pengorbanan itu menjadi pengorbanan yang tak sia-sia .
   Ezlar bankit rasanya kepalanya masi begitu pusing namun ia tak bisa terus berbaring di tempat tidur , Naraya masih diam tertunduk mungkin tengah berpikir dan kembali menata hatinya .

"Lo siap-siap , kita ke kantor polisi" ucap Ezlar sembari melangkah pergi ke kamar mandi .

"Mu apa?"

"Penjarain hati Lo , dan gue yang bakal jadi sipirnya " ucap Ezlar , Ezlar tak pernah berubah ia selalu bisa mengubah suasan menjadi lebih cair , tak lama terdengar gemericik air dari kamar mandi , Naraya masih terdiam sibuk dengan pikirannya .
    Sudah cukup ia bergelut dengan pikirannya yang tak akan ada habis-habisnya , ia beralih menatap lemari pakaian Ezlar , iseng ia membukanya saat di buka Naraya dapat melihat pelangi yang bersembunyi di lemari milik cowok itu , warna pakaian Ezlar begitu berwarna-warni seperti pelagi di siang hari , namun ada satu pakaian yang menarik perhatian Naraya , baju yang tak sempat di pakai , dulu Naraya membuatkan sebuah baju untuk tiga sahabat cowoknya tapi belum sempat di pakai .
     Dari kamar mandi sayup-sayup terdengar suara merdu Ezlar , Naraya pun tersenyum , ia mengambil selembar kertas yang tergeletak di meja dekat kasur Ezlar menulis sebuah rangkaian kalimat , setelah selesai Naraya meletakan kertas itu bersama baju tadi di atas kasur Ezlar , Tampa berpamitan pada Ezlar Naraya pun pergi .
    Setelah beberapa menit Ezlar pun selesai , ia tak dapat melihat keberadaan Naraya di ruangan itu , mungkin dia sudah pergi , netra redup miliknya pun melihat sebuah baju yang tergeletak di atas kasur , Ezlar mengambil baju dan kertas itu .

     Bajunya belum sempet ke pake yah , hari ini Lo pake yah                
      Awas kalo Lo gak pake.     

   Tulis Naraya dalam kertas itu , Ezlar pun tersenyum namun ada rasa sesak saat melihat baju itu , semua yang terjadi sangat sulit di terima , Ezlar tak mau membuang waktunya ia pun langsung memakai , sebuah Hoodie sweat berwarna pink dengan sebuah emoticon tersenyum di sisi kiri Ezlar kenakan , Ezlar menatap pantulan dirinya di cermin dan kembali tersenyum , setelah dirasa cukup Ezlar pun ke luar untuk menemui Naraya , Ezlar mengentuk pintu di sebelah kamarnya , tak lama seorang anak kecil membukakannya pintu , gadis kecil itu langsung memeluk Ezlar , dengan sepenuh hati Ezlar pun membalas pelukan gadis itu .

"Kak Ezlar gak papa kan?" Tanya gadis itu .

"Kak Ezlar baik-baik aja kok" jawab Ezlar dengan senyum manisnya .

"Tapi malem kak Ezlar kaya mau mati"memang mulut anak-anak itu susah di saring , antara susah di saring atau terlalu jujur .

"Emang Yona tau gimana orang yang mau mati?"

"Yah kaya kak Ezlar" Ezlar hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi ocehan anak itu , tak lama Naraya datang dengan baju yang sama denga yang Ezlar kenakan .

"Kak milcel mu ke mana ?" Tanya Yona .

"Eh kok bajunya samaan , cieee Kakak pacaran yah sama kak Ezlar" celetuk anak itu dengan polosnya .

"Anak kecil udah tau pacar-pacaran , siapa yang ajarin ?" Ucap Naraya .

"Tuh kak Ezlar"merasa di tunjuk Ezlar langsung membuang muka mengalihkan pandangannya pada apapun yang bisa ia lihat asalkan jangan ke mata Naraya .

"Sana kamu kedalem lagi , mamah nyariin "

"Ahhh , kakak ini alasan saja , bilang saja kalian ingin berduaan , yah sudah aku Takan mengganggu kalian ,Have fun" ucap gadis itu kemudian masuk , Ezlar mencoba menahan tawanya , lucu saja melihat gadis itu berkata demikian .

"Pasti Lo yang ngajari"

"Bukan" elak Ezlar .

"Dasar racun , nih pake" Naraya memasangkan sebuah topi berwarna senada dengan baju yang Ezlar kenakan .

"Lo tau gue keliatan kaya anak perawan " ungkap Ezlar .

"Enggak kok , malahan Lo kaya baby" ucap Naraya kemudian ia tertawa melihat penampilan Ezlar yang membuatnya gemas sendiri .

"Nih"

"Apa lagi ini " tanya Ezlar .

"Sarapan buat Lo , Lo kan belum makan"

"Sebenernya kita tuh mu ke , kantor polisi atau ke sekolahan TK sih"

"Katanya ke sekolahan TK dulu deh" ucap Naraya sambil berjalan namun seekor kucing menghampiri mengendus kakinya .

"Masih inget dia sama ibunya" celetuk Ezlar , Naraya mengambil kucing oranye itu dan mengedongnya .

"Hey , emoy , kamu kangen yah sama mamah , apa papa jahat pada mu , oh lihat bulu mu sangat kusut pasti kau tak terus" lihatnya Naraya sudah seperti orang gila berbicara dengan seekor kucing .

"Emoy tunggu di sini yah , mamah sama papah mu pergi dulu , jangan nakal yah" Naraya kembali meletakan kucing itu .
   Ezlar dan Naraya pun kembali melangkah meninggalkan anak mereka , eh maksudnya kucing mereka , memang kelakuan mereka aneh kucing pun mereka jadikan anak .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

De Javu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang