Naraya tertunduk ia menangis tersedu-sedu , hari itu hari terburuk dalam hidupnya ia tak pernah menyadari hal itu akan terjadi pada dirinya , ia begitu trauma saat tangan kotor itu menyentuhnya wajah pria berengsek itu selalu muncul , membuatnya ketakutan dan menggap semua lelaki di dekatnya sama dengan ayah tirinya itu .
Ezlar yang mendengar dan melihat Naraya pun ikut merasa sedih , ia tak dapat melihat Naraya yang ia kenal , Naraya yang ceria dan cerewet , Naraya benar-benar terlihat hancur mungkin ini alasan Naraya menghindarinya saat pertama kali ia datang kesekolahan itu ."Maaf" Ezlar mencoba meraih tangan Naraya untuk memberi gadis itu kekuatan meski ia tau ia juga sangat rapuh .
Ezlar menyesal ia tak ada untuk Naraya saat itu , namun apa boleh buat , semua telah berlalu dan tak mungkin bisa di ulang , hanya mencoba untuk menerima dan menjalani semua sebaik mungkin .
Naraya menepis kasar tangan Ezlar tentu itu membuat Ezlar terkejut dengan mudah gadis itu merubah sikapnya , baru saja gadis itu tersenyum dan kembali ceria namun sekarang ia kembali hancur ."Maaf , maaf gue gak bisa ada buat Lo , saat Lo butuh seseorang untuk sekedar bercerita "
"Gue tau ini berat bagi Lo , ini gak mudah bagi Lo , dan ini sulit buat Lo laluin , tapi Lo gak bisa terus begini , ada Tante Naya yang udah berkorban buat Lo , dan Lo jangan sia-sia ini pengorbanan Tante Naya , Lo harus bisa jadi Naraya yang dulu yang ceria bukan Naraya yang murung " ucap Ezlar .
"Lo bisa ngomong begitu karna Lo gak , ngerasain apa yang gue rasain" sentak Naraya , ia benar-benar tak bisa mengendalikan emosinya , semenjak kejadian itu mental Naraya tergagu ia sulit mengontrol amarahnya bahkan sampai sekarang ia harus pergi ke psikiater .
"Iya , gue gak tau apa yang Lo rasain gue gak tau seberapa hancurnya Lo , seberapa terlukanya Lo , gue gak tau , tapi coba Lo pikir apa dengan Lo seperti ini semua akan berubah , gak kan ?" Naraya terdiam ia tak bisa menjawab , apa yang dikatakan Ezlar memang benar ia tak bisa terus seperti ini , ia harus bisa menjadi Naraya yang dulu , ia tak boleh terus larut dalam kubangan kelam ia harus bangkit , ada sang ibu yang telah berkorban untuknya , ia rela menjadi seorang pembunuh hanya untuk dirinya jadi sebisa mungkin Naraya akan membuat pengorbanan itu menjadi pengorbanan yang tak sia-sia .
Ezlar bankit rasanya kepalanya masi begitu pusing namun ia tak bisa terus berbaring di tempat tidur , Naraya masih diam tertunduk mungkin tengah berpikir dan kembali menata hatinya ."Lo siap-siap , kita ke kantor polisi" ucap Ezlar sembari melangkah pergi ke kamar mandi .
"Mu apa?"
"Penjarain hati Lo , dan gue yang bakal jadi sipirnya " ucap Ezlar , Ezlar tak pernah berubah ia selalu bisa mengubah suasan menjadi lebih cair , tak lama terdengar gemericik air dari kamar mandi , Naraya masih terdiam sibuk dengan pikirannya .
Sudah cukup ia bergelut dengan pikirannya yang tak akan ada habis-habisnya , ia beralih menatap lemari pakaian Ezlar , iseng ia membukanya saat di buka Naraya dapat melihat pelangi yang bersembunyi di lemari milik cowok itu , warna pakaian Ezlar begitu berwarna-warni seperti pelagi di siang hari , namun ada satu pakaian yang menarik perhatian Naraya , baju yang tak sempat di pakai , dulu Naraya membuatkan sebuah baju untuk tiga sahabat cowoknya tapi belum sempat di pakai .
Dari kamar mandi sayup-sayup terdengar suara merdu Ezlar , Naraya pun tersenyum , ia mengambil selembar kertas yang tergeletak di meja dekat kasur Ezlar menulis sebuah rangkaian kalimat , setelah selesai Naraya meletakan kertas itu bersama baju tadi di atas kasur Ezlar , Tampa berpamitan pada Ezlar Naraya pun pergi .
Setelah beberapa menit Ezlar pun selesai , ia tak dapat melihat keberadaan Naraya di ruangan itu , mungkin dia sudah pergi , netra redup miliknya pun melihat sebuah baju yang tergeletak di atas kasur , Ezlar mengambil baju dan kertas itu .Bajunya belum sempet ke pake yah , hari ini Lo pake yah
Awas kalo Lo gak pake.Tulis Naraya dalam kertas itu , Ezlar pun tersenyum namun ada rasa sesak saat melihat baju itu , semua yang terjadi sangat sulit di terima , Ezlar tak mau membuang waktunya ia pun langsung memakai , sebuah Hoodie sweat berwarna pink dengan sebuah emoticon tersenyum di sisi kiri Ezlar kenakan , Ezlar menatap pantulan dirinya di cermin dan kembali tersenyum , setelah dirasa cukup Ezlar pun ke luar untuk menemui Naraya , Ezlar mengentuk pintu di sebelah kamarnya , tak lama seorang anak kecil membukakannya pintu , gadis kecil itu langsung memeluk Ezlar , dengan sepenuh hati Ezlar pun membalas pelukan gadis itu .
"Kak Ezlar gak papa kan?" Tanya gadis itu .
"Kak Ezlar baik-baik aja kok" jawab Ezlar dengan senyum manisnya .
"Tapi malem kak Ezlar kaya mau mati"memang mulut anak-anak itu susah di saring , antara susah di saring atau terlalu jujur .
"Emang Yona tau gimana orang yang mau mati?"
"Yah kaya kak Ezlar" Ezlar hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi ocehan anak itu , tak lama Naraya datang dengan baju yang sama denga yang Ezlar kenakan .
"Kak milcel mu ke mana ?" Tanya Yona .
"Eh kok bajunya samaan , cieee Kakak pacaran yah sama kak Ezlar" celetuk anak itu dengan polosnya .
"Anak kecil udah tau pacar-pacaran , siapa yang ajarin ?" Ucap Naraya .
"Tuh kak Ezlar"merasa di tunjuk Ezlar langsung membuang muka mengalihkan pandangannya pada apapun yang bisa ia lihat asalkan jangan ke mata Naraya .
"Sana kamu kedalem lagi , mamah nyariin "
"Ahhh , kakak ini alasan saja , bilang saja kalian ingin berduaan , yah sudah aku Takan mengganggu kalian ,Have fun" ucap gadis itu kemudian masuk , Ezlar mencoba menahan tawanya , lucu saja melihat gadis itu berkata demikian .
"Pasti Lo yang ngajari"
"Bukan" elak Ezlar .
"Dasar racun , nih pake" Naraya memasangkan sebuah topi berwarna senada dengan baju yang Ezlar kenakan .
"Lo tau gue keliatan kaya anak perawan " ungkap Ezlar .
"Enggak kok , malahan Lo kaya baby" ucap Naraya kemudian ia tertawa melihat penampilan Ezlar yang membuatnya gemas sendiri .
"Nih"
"Apa lagi ini " tanya Ezlar .
"Sarapan buat Lo , Lo kan belum makan"
"Sebenernya kita tuh mu ke , kantor polisi atau ke sekolahan TK sih"
"Katanya ke sekolahan TK dulu deh" ucap Naraya sambil berjalan namun seekor kucing menghampiri mengendus kakinya .
"Masih inget dia sama ibunya" celetuk Ezlar , Naraya mengambil kucing oranye itu dan mengedongnya .
"Hey , emoy , kamu kangen yah sama mamah , apa papa jahat pada mu , oh lihat bulu mu sangat kusut pasti kau tak terus" lihatnya Naraya sudah seperti orang gila berbicara dengan seekor kucing .
"Emoy tunggu di sini yah , mamah sama papah mu pergi dulu , jangan nakal yah" Naraya kembali meletakan kucing itu .
Ezlar dan Naraya pun kembali melangkah meninggalkan anak mereka , eh maksudnya kucing mereka , memang kelakuan mereka aneh kucing pun mereka jadikan anak .
KAMU SEDANG MEMBACA
De Javu
Teen FictionSenyumnya masih sama seperti dulu tak ada yang berubah darinya , hanya aku yang tak pernah tau akan rapuh mu , kau terlalu rapih memasang topeng mu , hingga tak ada celah bagi aku untuk tau , tentang rapuh mu ___ Naraya Michela .... Hanya kebahagian...