|| Asmaraloka Sang Letnan : 10 ||

3.4K 361 18
                                    

Seorang pria paruh baya tengah fokus melihat sebuah rekaman video di laptop itu. Kedua matanya menajam dengan rahang yang mengeras. Di dalam video itu, terdapat interaksi antara dua pria di dalam sebuah ruang yang gelap. Salah satu diantara mereka, memberikan suatu barang ilegal. Satu kotak berisi senjata senpi Glock 19 Austria.

Di tutupnya laptop itu dengan kasar. Pria tua itu menghembuskan nafasnya. Netra matanya menatap tajam pria muda di depannya. "Siapa yang memberimu video ini, Lettu Andra?! ". Andra memberikan hormat. Lalu, mulai angkat bicara.

"Izin menjawab, Kapten Rendra! "

Pria tua itu mengangguk singkat. "Izin, Letkol! Ada sesuatu yang harus saya berikan kepada anda! " ucap Andra sambil memberikan sebuah foto pria yang dia lihat kemarin malam. Pria paruh baya itu menerimanya dan mulai melihat isi foto tersebut.

Tiba-tiba, kedua matanya membulat. Telunjuknya mengarah ke dalam foto itu. "Bukankah dia, Ali Kalora? ". Andra mengangguk.

"Siap, benar! "

"Bukankah dia sudah mati? "

Andra menggelengkan kepalanya. "Sepertinya, sebelum bom itu diturunkan, dia berhasil keluar dari pulau tersebut.. " jawab Andra dengan serius. Kedua tangannya menyilang di belakang tubuhnya. Pria tua itu menghela nafas.

"Izin, menurut informasi dari Mayor Faraz, Ali Kalora terakhir dia lihat berada di desa Sukamaju. Dia melihat Ali tengah berbincang dengan para penduduk disana.. memang sampai saat ini, tidak ada pergerakan aneh yang dapat kami jadikan bukti. Sepertinya, dia belum bisa melakukan penyerangan dikarenakan kekurangan anggota, pak! Dan karena dia begitu cepat berbaur dengan warga, membuat kami sedikit kesulitan untuk mencari lebih dalam informasi tentangnya.. "

Dika mengangguk mendengar ucapan dari Andra. Pria tua itu berdiri. "Lettu Andra, saya meminta kamu untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Ali Kalora. Kabari saya jika kamu mendapat info terbaru! "

Andra mengangguk sambil memberikan hormat kepada Dika. "Siap, pak! " jawab Andra dengan tegas.

Dika mengangguk singkat. Kedua kakinya melangkah mendekati Andra. "Sertu Yudha akan membantumu untuk menyelesaikan kasus ini! Saya akan beri waktu kalian selama dua bulan! Gunakan waktu itu dengan sebaik mungkin! Jika kalian gagal, misi ini akan saya gantikan dengan anggota lain. Mengerti?! "

Empers Of Heart

"Assalamu'alaikum.. " ucap Andra sambil menutup knop pintu.

"Dek?"

Kedua matanya menatap ruangan sekitar. Tidak ada sedikitpun tanda-tanda kehadiran Syila. Andra mengernyit bingung. Dimana Syila?

Prraaangg

"Aaaaaa!! "

Dengan cepat, Andra melangkahkan kakinya menuju sumber suara. Netra matanya menatap Syila yang terlihat ketakutan. Kedua mata wanita itu terpejam. Dengan kedua tangan yang menutupi kepalanya.

"Dek? Kamu kenapa?! " tanya Andra sambil memegang lembut pundak Syila. Syila mendongak. Lalu, memeluk erat tubuh Andra. "I-itu ada-- "

"Ada apa, sayang?! " tanya Andra dengan raut wajah khawatir. Syila semakin mengeratkan pelukan itu. Telunjuknya mengarah ke belakang. "I--itu ada kecoa!!! "

Seketika, Andra memasang wajahnya dengan datar. "Dimana? ". Telunjuk wanita itu mengarah ke arah wajan yang tergeletak di pojok ruang dapur.

Andra melepaskan pelukan itu dengan pelan. Lalu, melangkahkan kedua kakinya ke arah hewan tersebut. Seketika, kecoa itu lari menjauhi Andra.

Andra mengambil wajan tersebut. Lalu, berbalik dan menatap wajah sang istri."Kecoanya sudah pergi.. ". Syila membuka pelan kedua matanya. Dia menghela nafas dengan pelan.

"Kamu ngapain di dapur? "

Syila berjalan mendekati Andra. "Gue mau buat makan siang. Waktu ambil wajan, gue liat kecoa.. mana gede banget lagi! Kan gue takut, refleks teriak deh.." jawab Syila sambil menyengir kuda kepada Andra. Andra menggeleng pelan.

"Kamu kan bisa beli makanan di depan.. "

Syila memajukan kedua bibirnya. "Gue kan juga mau belajar masak. Masa harus makan instant terus! Gue mau belajar, dikit-dikit lah! "

"Gue juga mau buat Nan bangga.. bisa masak kaya ibu-ibu persit yang lain" lanjut wanita itu sambil meletakkan wajan itu di atas kompor. Andra mengulas senyum. Dia berjalan ke arah Syila. Lalu, memeluk tubuh sang istri dari belakang. "Kamu tidak perlu seperti itu. Jika kamu tidak bisa, yasudah. Kalau kamu mau belajar, saya bisa bantu kamu. Jangan pernah sungkan meminta bantuan kepada saya, dek! "

"Bagi saya, cukup kamu lengkapi kekurangan saya dan sebaliknya. Pada hakikatnya, setiap pasangan harus saling melengkapi satu sama lain. Kamu tidak perlu cemas supaya saya bisa bangga dengan kamu! Cukup terima semua yang ada dalam diri saya, itu sudah lebih dari cukup.. " lanjut Andra sambil mengecup leher Syila yang tertutup kain hijab.

Syila membalikkan tubuhnya dan menatap Andra."Nan, gue emang gak pantes buat lo kan? Nan itu pria sempurna, punya karir yang mapan, baik, perhatian, jabatan tinggi, kurang apa coba? Sedangkan gue? Gue gak pantes kalau disandingin sama lo"

Andra tersenyum. Ditangkupnya kedua pipi chubby sang istri dengan lembut. "Dek, saya juga manusia biasa. Pasti memiliki kesalahan, baik disengaja maupun tidak. Jadi, jangan memuji saya terlalu berlebihan.. karena saya tidak pantas mendapatkan itu.. "

"Kamu adalah istri saya, itu berarti kamu pantas bersanding dengan saya! Jadi, jangan pernah merendahkan diri kamu lagi! Saya tidak suka! " tegas Andra sambil mengusap lembut pipi wanita itu.

Syila menatap manik mata Andra."Kenapa Nan selalu sabar ngadepin sikap gue? Gue selalu buat Nan emosi, tapi kenapa justru Nan malah sabar? ". Andra tersenyum. Dikecupnya kedua pipi Syila secara bergantian. Lalu, bibirnya beralih mengecup lembut kening sang istri.

"Karena saya akan memperjuangkan apa yang pantas untuk diperjuangkan.. dan kamu, pantas untuk saya perjuangkan". Ibu jarinya mengusap lembut pucuk hijab Syila. Syila terdiam. Lalu, dia memalingkan wajahnya. Andra mengulas senyum.

"Sekarang kamu siap-siap! Kita pergi cari makanan. Untuk masalah dapur, saya akan membantumu.. "

Empers Of Heart

Asmaraloka Sang Letnan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang