Chapter 4

2.2K 235 135
                                    

"Raka." Kian Santang tercengang melihat rakanya berdiri memunggunginya.

Gagak Ngampar berdiri dengan gagah memegang pedang sepanjang 90cm di tangannya.
"Jangan kau berani-berani menyentuh adikku." Ancamnya seraya mengacungkan senjatanya pada Sadewa.

"Aku tidak takut padamu, anak Siliwangi bedebah!" Sadewa langsung menerjang maju dengan kekuatan penuh dan menyerang Gagak Ngampar secara membabi-buta.

Kian Santang yang menyaksikannya merasa cemas. Dengan perlahan ia berdiri.

"Raka Gagak Ngampar masih belum tau tentang kemampuan dari senjata milik Sadewa. Cepat atau lambat Sadewa pasti akan menggunakannya."

Kian Santang tetap diam di tempatnya untuk menetralkan nafasnya yang sebelumnya terengah-engah. "Aku harus membantu raka Gagak Ngampar."

Tanpa ragu Kian Santang langsung terjun ke pertarungan sengit antara Sadewa dan Gagak Ngampar.

Mereka beradu pukul dan jurus tanpa henti. Sadewa sudah hampir kewalahan menghadapi serangan dari mereka.

"Raka! Dia memiliki senjata yang dapat menyerap hawa murni siapapun yang disentuhnya. Kita tidak tau kapan Sadewa akan mengeluarkannya, jadi berhati-hatilah, raka." Kian Santang menjelaskan di tengah-tengah pertarungan mereka.

Gagak Ngampar melirik dari sudut matanya dan mengangguk mengerti. "Terima kasih telah memperingatkanku, rayi."

Sadewa berhasil memukul mundur mereka berdua dengan satu serangan dahsyat yang tiba-tiba.

Kian Santang dan Gagak Ngampar sama sama terhempas cukup jauh.

Disaat Kian Santang dan Gagak Ngampar masih sibuk mengumpulkan tenaga untuk bangkit, Sadewa menyiapkan jurus dahsyat lainnya untuk menghabisi mereka.

Dikarenakan jarak Kian Santang yang cukup jauh, Sadewa memutuskan untuk menghabisi Gagak Ngampar lebih dulu.

"Raka!!" Dengan tenaga yang semakin lemah, Kian Santang berlari dengan cepat dan berdiri di depan rakanya untuk melindunginya dengan menggunakan sisa-sisa energinya.

Gagak Ngampar tidak sempat membantu adiknya saat jurus milik Sadewa berhasil mematahkan jurus Kian Santang hanya dalam hitungan detik.

"RAYI!!!"

Jurus itu mengenai tepat pada dada Kian Santang dan membuatnya terlempar mundur.
Gagak Ngampar yang berlari menangkap Kian Santang tidak menyadari bahwa ada sebuah pisau kecil yang masuk menembus dada Kian Santang bersamaan dengan jurus dari Sadewa. Bahkan Kian Santang sendiri pun tidak menyadari hal tersebut.

"Rayi!!" Gagak Ngampar berteriak histeris pada tubuh yang ambruk ke dalam dekapannya.

"R-Raka..." Kian Santang bersuara dengan lirih sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya. Padahal mereka baru saja bertemu setelah sekian lama. Namun malah ini yang terjadi.

"SADEWA!!!! KAU AKAN MEMBAYAR UNTUK INI!!!!!" Gagak Ngampar akan sangat puas jika Sadewa lenyap dari muka bumi ini dengan tangannya sendiri, namun itu semua tidak akan ada artinya jika Kian Santang tiada. Jadi dia lebih mengutamakan keselamatan Kian Santang untuk saat ini dan tidak mengejar Sadewa yang kabur.

"Sepertinya ini cukup untuk hari ini. Tenagaku juga sudah terkuras habis." Sadewa menyeringai puas melihat Kian Santang yang tak sadarkan diri. "Aku akan pergi sekarang, Kian Santang. Aku sangat tidak sabar untuk bermain-main denganmu." Sadewa langsung menghilang di tempat.

______________________________________

Gagak Ngampar telah sampai di istana Pajajaran dengan Kian Santang yang digendongnya ala pengantin. (Lu gak usah suudzon nuduh gw mikir yang enggak² ye, emang adanya begini kalimatnya.)

Raden Kian Santang (Mahkota Baru Pajajaran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang