20. Detention ❨ KazuKisa ❩

345 53 27
                                    

Kisaki langsung mengurungkan niatnya melahap sepotong roti stroberi tatkala salah seorang anggota OSIS muncul kemudian memberitahunya bahwa ia sedang di tunggu oleh Kanamori-sensei, sang guru konseling.

Saat istirahat pertama? Tumben banget. Yah, mungkin ada masalah mendesak seperti Gunung Fuji akan meletus dalam beberapa jam lagi.

"Masuk."

Setelah ketukannya mendapat sahutan dari dalam, Kisaki segera masuk dan menemukan sesosok manusia yang sangat dikenalnya. "Kazutora-san?"

"Ah, yahoo Kisaki!" Balas si pemilik nama dengan ceria.

"Duduklah dulu," Kisaki duduk di sebelah Kazutora sembari berusaha menerka-nerka maksud dari pemanggilannya. "Hanemiya-kun kujatuhi detensi penuh hari ini."

Tebakannya cukup benar. "Kenapa bisa begitu, sensei?"

"Kau tau," Potong Kazutora cepat. "Tadi aku menghajar salah satu adik kelas sampai pingsan karena dia ngeghibahin kamu. Dia—"

"Curhatnya nanti saja, Hanemiya-kun," Kanamori-sensei balas memotong. "Intinya, kuserahkan dia padamu, Kisaki."

Detensi adalah sebuah hukuman khusus untuk si pembuat onar tingkat tinggi, dimana ia harus membersihkan seluruh sudut sekolah di bawah pengawasan Kisaki, selaku ketua OSIS. Bila tidak mau mengerjakannya, maka pilihan satu-satunya hanyalah skorsing serta pengurangan nilai di semua mata pelajaran sebanyak 70%.

"Baik, sensei. Kalau begitu kami izin undur diri," Berlama-lama di ruang konseling bukanlah hal baik, jadi Kisaki langsung menyeret Kazutora keluar dari sana.

"Heee... Kisaki nggak mau mendengar lanjutan ceritaku?" Kazutora memajukan bibirnya beberapa centi.

"Mau, tapi lebih bagus kalo sambil nyapu taman. Gimana, senpai?"

"Setuju deh. Kita bakal menghabiskan banyak waktu buat berduaan saja, hehe."

"Jangan sampai Hanma mendengarnya."

"HEI HANMA AKU—"

Sebelum perang dunia ketiga pecah, Kisaki buru-buru membekap kuat mulut Kazutora. "Aku juga akan mati, senpai! Tolong jangan lakukan itu!"

"Hmmm... Mmmf mmff!" Setelah Kazutora menganggukkan kepala, barulah Kisaki melepaskannya. "Kalo gitu ayo ke taman depan dulu."

Sejujurnya, menjadi pengawas detensi merupakan kesukaan Kisaki. Kerjanya cuma duduk, melihat, lalu memberi perintah. Bisa skip pelajaran sekaligus aktivitas klub pula.

"Jadi... Apa yang dia katakan tentangku, senpai?" Tanya Kisaki saat Kazutora mulai menyapu.

"Dia bilang... Kau penjilat ulung, soalnya bisa menjinakkan aku, teman-temanku, dan semua guru di sekolah ini," Mendadak muncul sebuah urat di pelipis Kazutora. "Padahal kan Kisaki diakui para guru berkat usahanya sendiri! Karena Kisaki pintar, berbakat, keren! Kisaki juga bisa berteman dengan kita-kita karena Kisaki memang baik! Bajingan itu... Akan kucabuti semua kukunya dan kuku keluarganya!"

"Kazutora-san, tenang," Kisaki segera bangkit dari duduknya, kemudian memegangi kedua tangan sang senior. "Tak apa. Biarlah dia berkata sesukanya, toh Kazutora-san sudah memberinya pelajaran kan?"

Kazutora membeku di tempat, cukup lama. Hingga tiba-tiba saja wajahnya mulai memerah. "U-Uh, ya! Aku menghantamnya sekuat tenaga tadi! Kanan, kiri, atas, bawah, depan, kupukuli pokoknya!"

"Bagus," Kekeh Kisaki. "Terima kasih atas pembelaannya. Tapi kuharap senpai nggak mengulanginya lagi."

"Eh, kenapa?"

"Kazutora-san bisa di drop out nanti."

"Kisaki mengkhawatirkanku?"

"Tentu."

Terbanglah roh Kazutora sampai ke Mars—warna merah di wajahnya masih belum menghilang juga. "Hanma sialan... Pacarmu gemesin banget bangsat," Bisiknya selirih mungkin.

Oh ya, terima kasih cahaya matahari. Berkatmu Kisaki tidak bisa melihat blushing nya Kazutora.

"Senpai mengatakan sesuatu?" Andai bukan punya Hanma, udah disosornya Kisaki daritadi.

"Nggak, nggak. Bukan apa-apa!" Setelahnya Kazutora mengingat sesuatu. "Sekarang lagi jam istirahat kan? Kamu udah makan?"

"Belum. Pas tadi mau makan keburu dipanggil."

"Kalo gitu kamu ke kantin aja sana. Beli makanan terus balik ke sini."

"Senpai gak apa-apa kutinggal sendirian?"

"No problemo~ ayo cepet, keburu bel nya bunyi. Kasihan kamu kalo nanti kelaperan sampe mau meninggal."

"Baiklah, senpai mau nitip?"

"Gak dulu. Mau puasa."

Kisaki pun berlalu, meninggalkan Kazutora yang terus tersenyum kecil sembari menyapu. Pekerjaan pertamanya pun selesai bersamaan dengan kembalinya Kisaki. "Makan dulu, senpai."

"Iya silahkan. Aku akan menunggumu," Balas Kazutora, hampir mleyot. Panas boi.

"Kita makan bersama," Kisaki duduk di hadapannya, lalu menyodorkan beberapa hidangan. "Ada pisang, air putih, nasi karage, yoghurt."

Lagi, Kazutora terdiam lama. "Kenapa sampai serepot ini?"

"Udah jelas kan? Soalnya senpai udah ngorbanin diri sendiri buat ngebela aku. Lagipula aku nggak mau senpai kelaperan terus sakit."

"...huaaaaa...!"

"K-Kazutora-san?! Kok nangis?!"

Tak semua malaikat memiliki sayap, karena ada satu yang memakai kacamata.

.
.

Skip

.
.

Hukuman Kazutora resmi dinyatakan selesai setelah ia berhasil membersihkan bak mandi toilet pria di lantai empat.

"Selamat atas kerja kerasnya, Kazutora-san."

"Semua juga berkat dukunganmu, Kisaki. Makasih ya!"

"Sudah menjadi kewajibanku."

Mereka pun mengambil tas di kelas masing-masing dan berjalan bersama menuju ke gerbang depan. "Ah, Kisaki mau pulang bareng aku?"

"Nggak ngerepotin?" Mungkin lebih tepatnya 'ngelelahin'. Maklum, energi Kazutora sudah terkuras sampai 80%.

"Kapan sih kamu ngerepotin aku?" Kazutora tertawa lepas. "Buruan naik!"

"Yaudah deh, makasih ya senpai," Kebingungan Baji kemarin rupanya tertular ke Kazutora.

"Eh? Kamu udah naik?"

"Udah, kenapa?"

"Njir nggak kerasa. Motorku bahkan gak goyang."

"Aku emang pelan-pelan kalo naik, senpai."

"Gemes deh."

Kalau Hanemiya Kazutora masih percaya sama yang namanya cinta pertama, mungkin ia akan mencoba merebut Kisaki dari tangan Hanma.

.
.

TBC

.
.

A/N : Tadi awalnya mau di kasih judul Banana 🍌('ω'🍌)

What the ✨Poop✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang