Ehee, doubel update.
Lagi baik aku hari ini.
🥀
🥀"Yang aneh-aneh aja kamu. Meski manusia dikasih pilihan hidup, bukan berarti nggak menikah juga bisa dianggap kebenaran. Nantinya kamu akan tua, sakit dan membutuhkan seseorang yang dampingi kamu."
"Kalau menikah buat mengurusi pasangan pas lagi sakit aja, ada perawat, Mbak."
"Ya bukan cuma itu, Gan. Ada masa di mana kamu akan butuh teman buat berbagi waktu dan perasaan. Ini kamu butuhkan selain salah satu cara penyempurnaan ibadah."
"Aku bisa beribadah dengan cara lain, Mbak."
"Cen udah edan koen!" sahut Mbak Lintang dengan nada sedikit keras. Kemudian aku tak tahu lagi dia berbicara apa, karena mereka berbicara menggunakan bahasa surabaya.
"Ya terus kenapa kamu ajak Hilda buat pulang? Biar namamu aman?" Baru ketika Mbak Lintang menyebut kata pulang dan mengajak Hilda, aku mencoba mengabungkan jika kemungkinan Hilda akan turut pulang bersama mereka.
"Kalau nggak gitu Ibu pasti akan nanya-nanya calonku mbak. Terlebih, ini nikahan Wulan."
"Ya kamu tinggal bilang ke Ibuk sama bapak kalau anak lelakinya ini memilih enggak menikah. Jadi jaka tua."
"Mbak hargai keputusanku dong. Ini pilihanku, mbak. Nggak ada yang aku rugikan juga kalau aku nggak nikah. Aku enggak akan repotin Mbak, Wulan atau anak kalian nantinya."
"Edan!" sahut Mbak Lintang kemudian. "Kalau gitu jangan bawa Hilda. Kamu nggak mikirin ya, gimana kalau ternyata Hilda suka sama kamu dan berharap lebih setelah kamu kenalkan ke Ibu dan Bapak?"
Aku menghela napas keras, kemudian mengetuk pintu meski pintu unit Bang Jaya terbuka dan aku mendengar apa yang mereka bicarakan sedari tadi.
Keduanya yang kini berada di ruang TV menemani Gusti menonton kartun kompak menoleh padaku. Mbak Lintang langsung tersenyum sementara Bang Jaya memutus pandangan kami.
"Alana, sini masuk!" pinta Mbak Lintang seraya melambaikan tangan. "Mau pergi, ya?" dia nampak memperhatikanku, "Mau joging atau kerja?"
Aku yang berniat mengembalikan box makanan yang semalam Bang Jaya bawa ke unitku akhirnya melangkahkan kaki ke dalam.
"Mau jogging mbak di taman bawah," jawabku kemudian. Entah kenapa saat Bang Jaya enggan melihatku, ada rasa kesal yang menyelinap di dada.
"Balikin tempat makan, ada bubur ayam, tadi beli, Mbak"
Mbak Lintang lebih dulu berdiri menyambutku. "Repot-repot deh, Al. Pengin ikut joging tapi harus siap-siap."
"Hari ini jadi pulang ya, mbak?"
Mbak Lintang mengangguk setelah menaruh box makanan yang kubawa tadi.
"Jam sepuluh jalan ya, Gan?"Yang ditanya Mbak Lintang hanya mengumam pelan tanpa melihat kami. Dia mengajak main Gusti seakan-akan aku tak berada diantara mereka.
"Tante mau jogging?" tanya Gusti.
Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya, "Gusti mau ikut tante jalan-jalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jay, I Love You [ TERBIT ]
ChickLitNOTE: Part sudah tidak lengkap. Setelah mengalami patah hati yang begitu dalam, Gani Brawijaya bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya. Bertahun-tahun dia memperjuangkan perasaannya, tapi harus kalah karena perempuan yang dicintainya justru men...