Perayaan ulang tahun

21 7 0
                                    

Ditoilet rumah sakit. Esha keluar dari satu bilik kamar mandi dengan keadaan berantakan. Rambutnya yang berantakan sehabis dijambak jambaki, pakaiannya yang sudah lusuh, mata dan pipinya matanya yang basah dan semabab.

Esha kecewa. Kecewa sekali dengan dirinya sendiri.

Ia mengaca dicermin panjang kamar mandi rumah sakit itu. Membasuh mukanya dengan air kran dan membenarkan rambutnya.

Esha keluar dari kamar mandi itu dan berjalan dikoridor rumah sakit. Ia harus kembali, kembali melihat Gemma dan mantannya itu, dan juga harus kembali ke Alfa untuk berpamitan pulang.

Langkah demi langkah, mengantarkan Esha didepan pintu untuk masuk keruangan rawat inap Gemma dan faujan. Ia menghembuskan napas kasar, sebelum melangkah untuk masuk kekoridor barisan pintu ruang ruang inap itu.

Sosok Alfa terlihat sedang menyender didinding samping pintu ruang inap Faujan, menyilangkan tangan ke dada dan meundukan kepala.

Esha harus menyembunyikan semua kekacauan didirinya sebelum Alfa menyadari keadaannya. 

Esha berdiri didepan Alfa saat ini. Alfa yang menyadari seseorang berada didepannya mendongkan kepala dan membenarkan posisi berdirinya.

"Maaf," ujar Esha.

Alfa masih diam.

"Maaf tadi ngga sopan, ninggalin lu gitu aja," ujar Esha gugup.

Alfa menatapnya, tetapi Esha memelih untuk tidak balik menatap laki laki didepannya. Esha takut jika melihat matanya Alfa, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak meneteskan air matanya lagi.

"Gapapa," jawab Alfa, "Siapa yang kecelakaan? temen kamu?" tanyanya. 

Esha diam tidak menjawab pertanyaan itu.

"Bilang ke pacarnya Faujan gua pulang," ujar Esha menahan tangisnya.

Entah kenapa hari ini lagi mode nangisnya Esha. Padahal Alfa tidak menyingung perasaan apapun kepadanya, tetapi Esha ingin terus menangis.

"Aku anter," ujarnya sigap.

Isakan tangis Esha terdengar tidak bisa terbendung.

"Esha, are you oke? Kamu nangis? Jangan nangis," ujar Alfa memegang pundaknya.

Semakin menjadi jadi tangisannya, jika disuruh jangan nangis. Esha menunduk malu, rambutnya menutupi wajahnya, air matanya terus mengalir.

Pelukan itu membawa tubuh Esha didalam hangatnya pelukan Alfa. Tidak ada energi apapun untuk Esha mengelak dari pelukan itu, tetapi Esha juga tidak menerima pelukan itu. Pelukan Alfa membuatnya menjadi lemah.

Pintu ruang inap di ujung terbuka dan suara roda tempat tidur terdengar didorong banyak orang. Esha mendorong tubuh Alfa untuk mengurai pelukannya. Esha melihat kesumber suara yang semakin dekat.

Tempat tidur dengan Gemma dibawa cepat menuju ICU. Mantan Gemma dan teman temannya turut membantu mendorong tempat tidur itu. Mereka semua melihat kearah Esha dengan tatapan tidak percaya dan kaget, mungkin mereka pikir Esha berselingkuh kepada Gemma saat kondisi Gemma sedang sekarat seperti ini.

Saat mereka semua melewati Esha, perasaan Esha benar benar hancur. Ia melihat muka pucat Gemma yang tertawa dan meledeknya menjadi satu saat Gemmapun tidak sanggup membuka matanya.

Esha memutar tubuhnya, melihat jalannya tempat tidur itu terdorong hingga menghilang dipandangan matanya. Kakinya lemas untuk bisa menyusul langkah orang orang itu. Air matanya mengalir deras tanpa hambatan.

SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang