Satu persatu dimakan waktu

12 6 0
                                    

Yang udah hilang jangan dicari lagi.

***

Dengan almet biru berdiri dibarisan paling kanan, barisan anak kelas 10. Wajah yang tersinari sinar matahari, Esha menghalaukan sinar itu dengan tanganya dibawa merenggang disamping jidat.

Teman teman Osisinya berjalan mondar mandir merapihkan barisan sebelum upacara dimulai.

"ITU YANG UJUNG LIAT BARISANNYA," teriak teman disampingnya dengan tangan mengatur barisan.

"MUNDUR MUNDUR," teriaknya lagi.

Esha masuk menerobos barisan itu untuk membentuk barisan dari ujung ke ujung.

"Liat sampingnya, jangan ngobrol terus," ujar Esha berjalan menyamping.

"Sa itu sa, barisan anak kelas 12nya belum rapih," ujar Rere teman osisnya berbisik disampingnya.

"Males ah, nanti dirapihin malah marah marah," balas Esha berjalan kebarisan belakang teman temannya berbaris.

Esha berdiri dibarisan paling ujung belakang dekat perbatasan barisan anak laki laki. Tentu saja barisan anak laki laki sangat kacau. Esha sangat kesal melihat tingkah laki laki yang tidak mau diatur disaat seperti ini.

"BARISAN TENGAH, LAKI LAKI. JANGAN NGOBROL, LIAT SAMPINGNYA UDAH LURUS BELUM?!" Teriak Esha mengeluarkan semua suaranya, diujung barisan laki laki.

"Uset uset.. Esha serem amat," celetuk dari barisan laki laki anak kelas 11.

Ya begitulah, kalau teriak mengatur dibilang galak, engga teriak ngga bakal sadar. Ngga diatur barisannya keliatan berantakan diomelin sama atasan, diatur anak anaknya ngga pernah dengerin.

Esha dengan muka juteknya mode on, memanggil rekan osis laki lakinya untuk masuk barisan.

"Sa, gua gabawa dasi sama topi," ucap seseorang yang menghentikan jalan Esha.

Esha menoleh kebelakang, Gemma dibarisan anak kelas 10 laki laki.

Esha memutar tubuhnya, berjalan kearah Gemma lalu mengernyit dahi. "Kenapa lu ada dibarisan kelas 10?"

"Ngga tau nyasar," jawab Gemma enteng melihat sekitarnya, lalu nyegir kuda.

Esha melihat penampilan Gemma. Memakai seragam rapih dengan kemeja putihnya dimasukan kedalam celana, tetapi kancing kemejanya dibiarkan terbuka 3 kancing memperlihtkan kaos hitamnya. 

Esha menyipitkan matanya kesal sekali, padahal laki laki itu sudah Esha ingatkan dari rumah tadi pagi melalui chatannya.

Menghentikan Fernan yang kebetulan ingin lewat didepannya. "Tolong tarik dia ke barisan belakang dong," ujar Esha.

"Yeh Gem, lu berulah melulu deh!" ujar Fernan menarik Gemma mengikuti jalan Esha.

***

"TANPA PENGHORMATAN. BALIK KANAN. BUBAR.. JALAN!" teriak tegas setiap petugas barisan membubarkan siswa siswi yang upacara.

Esha masih diam dibarisan belakang, melihat anak laki laki yang tidak memakai atribut ditanya satu persatu oleh guru kesiswaan.

"Engga kekelas sa?" tanya Nayara yang melewati depannya.

"Nanti, duluan aja," jawab Esha yang masih melihat Gemma dari belakang.

"Ngerti gua sa," ledek Nayara menyenggol tubuhnya, lalu berjalan pergi dengan teman temannya yang menahan tawa ingin ikut meledeknya.

"Besok kalau Miss liat kalian masih ngga pakai atribut, Miss hukum nyapuin sekolah seminggu ya," ujar Miss Lina guru kesiswaan.

"Yes, Miss," jawab semua laki laki dalam satu barisan itu, yang berjumlah 15 lebih.

SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang