bagian empat💫

7 2 0
                                    

Pagi sekali Azyla sudah berdiam diri di jepney, selang beberapa jam ia sudah berada di pagar rumah yang besar itu.

Azyla segera meminta untuk dibukakan pagarnya, ketika ingin masuk ke dalam melalui pintu utama Azyla sudah curiga kalau ada yang mengikutinya sejak tadi.

Baru saja kaki sebelah kanan melangkah tiba-tiba...

"AAA!!" jerit Azyla kaget, tiba-tiba kakinya seperti ada yang mengikat. Kini tubuh Azyla terbalik, kepada dibawah dan kaki diatas. Untung saja ia menggunakan celana lagi kalau tidak, hm...

Ia melihat pemuda yang sedang cekikikan disana, ia menggeram dan segera menjerit.

"DASAR LAKI-LAKI MESUM!"

Pak saptam datang karena mendengar jerita dari Azyla, ia segera membantu Azyla untuk terlepas dari tali sialan itu.

"Apa kau baik-baik saja nona?"

"Ya, terimakasih pak."

"Oh iya, dia adalah anak nyonya Haira dan tuan Mike, sangat berbahaya kan? Aku saja tidak yakin jika kau bertahan dalam seminggu ini."

"Aku juga tidak yakin, tapi... Demi Mama bear dan Papa bearku!"

"Semangat ya, kau pasti bisa. Hati-hati."

Setelahnya Azyla masuk, sudah ada Haira dan Mike yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Hai nyonya, tuan, maaf kalau aku telat jalannya sangat macet sekali," ucap Azyla dengan menempelkan kedua tangannya.

"Ah tidak Azyla, bahkan kami terkejut pagi-pagi sekali kau sudah datang."

"Perkenalkan, suamiku Mike."

"Hai, Mike."

"Azyla tuan,"

"Semoga kau aman disini ya."

Azyla mengangguk, lalu meminta izin untuk segera membuat makanan untuk mereka.

Sepuluh menit mereka sudah berada di meja makan, keluarga Erlangga sedangkan Azyla hanya memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Dafda Ibu tidak mau mendengar lagi kalau Azyla diganggu, tolong bantu Ibu ya kali ini jangan berbuat yang tidak-tidak."

Dafda hanya diam, ia tidak mau makan sama sekali.

Dafda memutar bola matanya ke arah Azyla, Azyla yang sedang menatap mereka pun langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Haira dan Mike pamit setelah makan, Azyla langsung menghampiri Dafda.

"Tuan, aku punya kejutan untukmu."

"Tada....."

Azyla membawakan satu mangkuk yang berisi bubur, Dafda mengerutkan keningnya.

"Apa ini?" pertanyaan Dafda membuat Azyla heran.

"Bubur, apa tuan tidak tahu?" Dafda menggeleng.

"Apa itu?" tanya Dafda heran

Dengan ragu-ragu Dafda mencicipi pelan-pelan dan langsung membawa mangkuk itu kedalam kamarnya.

"A-aneh sekali."

Azyla dirumah sebesar ini hanya berdua dengan Dafda, Dafda yang enggan untuk keluar kamar jadi Azyla seperti sendirian disana.

Dafda dikamarnya sudah menghabiskan satu mangkuk bubur buatan Azyla, alasan ia memakan bubur itu dikamar karena buburnya terlalu enak. Ia tidak mau makannya dilihat oleh Azyla.

Dafda menekan tombol yang berada diatas kasur lalu berkata...

"Tolong ambil mangkuk ini pembantu," katanya, dan suara itu bisa terdengar didaerah dapur tempat Azyla. Azyla mendengarnya dan langsung naik untuk pergi ke kamar Dafda dan mengambil mangkuk.

Sebelum Azyla datang, dengan jahil Dafda menaburi bedak tabur diarea pintu. Dafda sembunyi dibalik pintu dan ada ruangan untuk tempat ganti baju.

"Tuan aku datang," kata Azyla tanpa ragu membuka pintu kamar Dafda dan...

"Aaaa..."

BRUK

Azyla tergelincir hebat akibat taburan bedak yang berada dibawah area pintu masuk.

Dafda keluar dari bilik pintu kamar mandi yang berada di sebelah bilik pintu kamarnya dengan cekikikan sendiri, langsung memberi mangkuk itu kepada Azyla dan menyuruh Azyla untuk membersihkannya.

"Tolong bersihkan ya, pembantu."

Sementara Dafda ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Azyla sendiri kini sedang meratapi nasib karena harus membersihkan bekas bedaknya.
________________
_____

Sebelumnya, 12 tahun lalu ketika dalam proses sembuh Dafda bermain bola basket sendirian, tanpa di awasi dan tanpa di ketahui Haira ataupun Mike. Kepalanya tanpa pengaman, ia jatuh dan kembali mengalami kejang-kejang. Dokter yang menangani disana itu tidak sanggup dan menyuruh Mike untuk membawanya ke rumah sakit yang ada di kota. Demi kesembuhan Dafda mereka pindah ke kota, Dafda tumbuh menjadi remaja yang egois sedangkan Haira menjadi super protektif terhadap Dafda. Dafda belum pernah mengalami hari-hari menyenangkan disekolah, karena ia harus diam dirumah. Hingga saat ini Dafda belum merasakan dunia luar karena harus terus dirumah, tidak terbiasa berbaur dengan orang lain.

Untuk Azyla, saat ini bahkan ia tak tahu kalau tuannya saat ini adalah temannya saat kecil. Karena berkenalan saja belum sempat namun Azyla tidak asing dengan nama Dafda karena dahulu Haira pernah menyebut namanya, ingatannya waktu kecil memudar begitu saja seiring berjalannya waktu.

Malam ini keluarga Erlangga sedang sibuk dengan garpu dan sendok mereka, menikmati makan malam dengan hidangan yang disajikan oleh tangan Azyla sendiri.

"Bagaimana hari ini Azyla, apakah ada yang membuatku tak nyaman?" tanya Mike, Azyla yang berdiri di belakang Dafda hanya tersenyum saja.

"Tidak ada tuan, hanya saja tuan Dafda sepertinya membutuhkan bedak lagi," ujar Azyla membuat mata Dafda membelak.

Keduanya sama-sama terdiam, lalu Haira bertanya...
"Hah bedak?"

Azyla hanya mengangkat bahunya acuh, lalu pergi begitu saja sambil tersenyum di hadapan Dafda.

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang