Dafda menuruni anak tangga untuk menuju ke dalam ruangan yang berada dibawah rooftop dekat kamar mandi, baru saja ingin membuka pintu ruangannya pak supir memangilnya.
"Tuan, Pak Tori ingin bicara denganmu,"
Dafda membelakan matanya, "Mana."
Pak supir menyerahkan handphone nya pada Dafda, Dafda tidak diberi handphone melainkan kumputer dan laptop. Dafda sangat rindu dengan Pak Tori karena Ibunya melarang keras Dafda untuk menghubungi Pak Tori.
"Halo paman, aku rindu padamu sungguh."
"Ya ampun Dafda kau sudah besar ya, bagaimana dengan pengganti istriku apa kau sudah akrab dengannya?" kata Pak Tori disebrang sana.
"Tidak, dia sungguh menyebalkan, cerewet, berisik,"
"Usia dia berapa?" tanya Pak Tori dengan cengengesan.
"Se usia ku, menyebalkan." yang di maksud Dafda siapa lagi kalau bukan Azyla.
"Yasudah, takut kalau Ibumu itu memarahimu lagi, kami baik-baik saja disini, jaga dirimu baik-baik ya."
"Iya paman terimakasih."
Dafda mematikan telfon itu, lalu masuk kedalam ruangan, didepan sana sudah ada tv besar dan seorang laki-laki yaitu pelatih basket Dafda.
Tidak menggunakan bola, Dafda hanya membayangkan saja kalau ada bola dihadapannya, Dafda seperti sedang bermain angin saja.
Azyla datang dari arah kamar mandi dengan membawa krancang berisi baju-baju milik Dafda, setelah di cuci ia berniat untuk mengembalikannya ke kamar Dafda lewat belakang.
Ketika sedang melewati ruangan itu, kebetulan pintunya tidak terlalu tertutup, Azyla penasaran Dafda sedang main apa disana.
Azyla mengintip lewat celah-celah kecil, ia terkejut sungguh. Jadi, selama ini Dafda tidak memainkan bola sungguhan, melainkan hanya pura-pura ada bola.
"Apa tuan tidak bisa bermain bola sungguhan?"
"Hey!"
Azyla terkejut, ia berbalik dan seorang supir itu menegurnya.
"Kenapa kau ada disini,"
"Aku penasaran dengan tuan, jadi aku hanya melihatnya sebentar tadi, yasudah ya, aku buru-buru dahh..."
__________________
_______Azyla masuk kedalam kamar Dafda, seolah-olah baru pertama ia masuk lagi. Azyla berjalan ke arah rak buku yang berukuran besar-besar.
"Ehem, sepertinya tuan suka membaca ya,"
Kemudian ia kembali dan berjalan menuju kamar mandi, Azyla masuk langsung melihat peralatan mandi Dafda ada sabun, shampo, dan banyak lagi.
Tak lama ia keluar, membawa sapu sekalian bersih-bersih sebelum tuannya itu datang lagi.
Azyla meraba-raba bagian bawah ranjang Dafda, ia mengintip dan ada satu kotak kardus kecil ia meraih kotak tersebut, dibuka dan isinya dua boneka ken yang berbaju basket dengan satu bola basket kecil.
Kemudian ada satu benda yang membuat mata Azyla membelak, satu botol kaca yang bersi kerlip yang sama dengan yang ia berikan kepada Dafda saat kecil, sungguh! Ini membuat jantung Azyla berdetak tak menentu.
Ia segera meraih botol itu, menggenggam dengan tangannya yang gemetar.
"Ini untukmu, ambil lah."
Kenangan itu tiba-tiba menjelma di otak Azyla.
"A-apa tuan itu adalah anak kecil yang menyebalkan itu, ku mohon jangan membuat hatiku seperti dicambuk seperti ini."
sorry, part-nya sedikit...
agak pusing ya, sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen FictionPersahabatan saat kecil yang terpisahkan, Dafda anak yang ceria yang tumbuh menjadi pemuda yang keras kepala. Sementara Azyla gadis periang yang sejak kecil berada dilingkungan karnaval. Akankah cinta dan takdir akan menyatukannya kembali? _______...