Bab 1: Transaksi

34 10 1
                                    


Di tengah malam yang sunyi dengan taburan bintang yang disinari cahaya bulan di langit yang gelap. Seorang lelaki menerobos masuk di tengah gelapnya malam.

Sebuah mobil berhenti di salah satu pelabuhan tempat berbagai kapal-kapal besar berada. Segerombolan orang dari dalam mobil hitam itu keluar secara bersamaan lalu masuk kedalam sebuah kapal yang di luarnya di sinari oleh lampu kelap-kelip.

Kenandra memegang sebuah tas yang berisikan obat-obatan terlarang untuk melakukan transaksi dengan orang-orang Inggris.

"Lo udah siap?" tanya Vero kepada kenandra.

"Siap dong," jawab Kenandra dengan senyuman sinisnya.

Sebelum kejadian itu, Kenandra adalah seorang polisi bermasalah yang tengah duduk di salah satu bar malam. Dengan keadaan tenang ia meminum-minuman alkoholnya seteguk demi seteguk. Tapi, ketenangan itu hanya bertahan sebentar, tiba-tiba ada seorang lelaki yang tengah bertengkar di dalam bar yang membuat Kenandra kesal. Ia pun menghampiri orang yang sedang bertarung itu dan memukulnya tanpa ampun seakan melampiaskan kekesalannya.

Dari kejauhan ada seseorang yang melihat kejadian itu dengan menampakkan senyum sinis, orang itu menikmatinya dengan segelas minuman beralkohol.

Kenandra berhenti memukul kedua orang itu, ia beralih menatapnya dengan sinis. "Jika kalian berani gangguin ketenangan gue lagi, gue buat kalian mampus sekarang juga," ancam Kenandra.

"Keluar kalian dari tempat ini!" lanjut Kenandra

Kenandra kembali ketempat duduknya dan menikmati kembali minumannya dengan santai. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan duduk di dekatnya.

"Gue liat, tadi lo sangat pintar bertarung saat melawan dua orang itu," ucap lelaki di depannya itu seakan membuka percakapan.

Kenandra tidak mengubris perkataan orang tersebut, ia hanya menikmati minuman yang ada di tangannya, sesekali ia menggoyangkan gelasnya, membuat air di dalam minuman itu berputr mengikuti gelas.

Orang itu tidak menyerah, ia berpindah tempat dan duduk di dekat Kenandra.

"Sekarang lo bekerja di mana?" tanya Vero kepada Kenandra.

"Gue gak kerja, bisa di bilang gue hanya pengangguran," jawab Kenandra santai.

Vero mengebrak meja hingga membuat Kenandra kaget.
"Bangsat! Bisa pelan-pelan gak, sih, lo! Ngagetin gue aja,"

"Maaf-maaf. Kayaknya gue kelewatan," ucap Vero.

Vero mendekatkan tubuhnya kepada Kenandra, "Lo mau kerja sama gue, gak?" tawar Vero.

Kenandra menyipitkan kedua matanya, "Kerja apaan?"

"Sebagai pengedar narkoba. Lo tertarik?" bisik Vero kepada Kenandra.

"Bayarannya besar nggak?" tanya Kenandra menampakkan wajah tertarik.

"Tidak usah khawatir, uang bisa di bicarakan nanti," jawab Vero.

Kenandra tersenyum sinis lalu menyulurkan tangannya, "Selamat bekerja sama."

Vero membalas uluran tangan Kenandra, "Senang bekerja sama dengan lo."

"Kapan kita akan mulai bekerja sama?" tanya Kenandra tidak sabaran.

"Besok gue akan melakukan transaksi dengan orang Inggris. Lo datang aja ke kantor gue."

Kenandra menganggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang di maksud Vero. Setelah membicarakan itu, Vero langsung saja ke luar dari tempat itu meninggalkan Kenandra yang masih menikmati minumannya.

***

Kenandra dan Vero memasuki sebuah ruangan di dalam kapal dan menemui orang yang ingin membeli obat mereka.

Andreson berdiri dari duduknya dan menyambut kedatangan mereka. Andreson pun mengulurkan tangannya saat Vero dan Kenandra sampai di hadapannya, "Hallo, Bos Vero."

Vero membalas uluran tangan Andreson, "Hallo, Mr. Adreson."

"She is my friends," ucap Vero memperkenalkan Kenandra.

Kenandra mengulurkan tangannya kepada Andreson, "Hallo, Mr. Andreson. Nice to met you."

"Hallo, Mr. Kenandra. Me too," balas Andreson.

Setelah berkenalan dengan Kenandra, Andreson langsung beralih kepada Vero untu kelanjutkan pembicaraan mereka.

"What about the items I ordered?" tanya Andrerson kepada Veri.

"You take it aesy, are your orders are here," ucap Vero sembari menunjuk kearah tas yang ada di tangan Kenandra.

Andreson menganggukkan kepalanya mengerti, ia langsung menyuruh anak buahnya untuk mengeluarkan uang yang ada di dalam tas, lalu ia menunjukkan kearah Vero.

Vero menyuruh anak buahnya untuk menghitung jumlah uang milik Andreson. Lelaki itu menganggukkan kepalanya seakan memberi tahu Vero kalau uang itu pas dengan perjanjian sebelumnya.

Vero menyerahkan tas yang berisikan obat terlarang itu kepada Andreson bersamaan dengan uang yang Anderson berikan.

Andreson pun mengechek isi tas tersebut untuk memastikan barang itu tidak salah di kirim, atau menyerahkan barang palsu.

"Nice to work with you," ucap Vero sembari mengulurkan tangannya.

Adreson membalas uluran tangan Vero, "Me, too."

Setelah melakukan transaksi dengan lancar, tanpa berlama-lama merekapun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Kenandra tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia terus saja menampakkan senyum di bibirnya.

"Seneng banget lo kayaknya," ucap Vero kepada Kenandra.

"Gue gak nyangka aja, pekerjaan pertama gue berjalan dengan semulus ini."

"Gimana menurut lo pekerjaan ini? Bagus, kan?" tanya Vero.

"Bagus banget. Dengan gampangnya kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu."

"Ini masih belum ada apa-apanya. Karena kedepannya kita masih akan mendapatkan yang lebih banyak dari ini."

"Gue gak sabar menunggu hal itu," ucap Kenandra dengan senang.

Mereka pun berjalan keluar dari tempat itu.

"Apa kita harus merayakan keberhasilan kita?" usul Vero kepada Kenandra.

"Harus dong. Kita harus bersenang-senang malam ini," jawab Kenandra menyetujui usulan Vero.

Mereka pun masuk kedalam mobil, dan menyuruh sopir untuk membawa mereka kesebuah tempat karaoke untuk merayakan keberhasilan mereka.

KENANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang