Bab 11: Semuanya pasti baik-baik saja

5 2 0
                                    

Semua yang kita rencanakan belum tentu sepenuhnya sempurna. Karena saat rencana itu di jalankan, pasti akan ada yang mengacaukannya walaupun hanya sedikit saja.

***

Ponsel Kenandra yang berada di atas kasurnya tidak henti-hentinya berdering. Dengan malas Kenandra mengambil ponselnya dan melihat kelayar ponsel miliknya.

"Iya, Ketua!" ucap Kenandra dengam sopan.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya lelaki yang menelfon Kenandra.

"Awalnya, semua dalam kendali yang sudah aku rencanakan. Tapi, Vero menembak Bang Jojo hingga tewas, dan itu benar-benar di luar kendaliku. Maaf, Ketua," balas Kenandra dengan sangat menyesal.

Orang di sebrang telfon menghela nafas panjang.

"Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Kita cari petunjuk lain saja," balas orang di sebrang.

"Baik, Ketua." Orang itu menutup telfonnya seketika.

Setelah telfon itu di matikan, Kenandra melempar ponselnya ke atas kasur miliknya.

Di pagi yang begitu cerah, tampak sorotan matahari yang menyinari bumi dengan manja nya. Seorang lelaki yang tengah menyeka keringatnya sembari berlari pagi di taman dekat apartemennya.

Kini kenandra tengah merilekskan pikirannya dan mencoba melupakan hal yang membuatnya kesal semalaman.

Sudah dari pagi-pagi sekali Kenandra keluar dari apartemennya bahkan tanpa memberi tahu Vero hingga membuat lelaki itu mencari ke seluruh apartement.

"Kemana ya, Kenandra. Pagi-pagi gini sudah ngilang aja," gumam Vero yang sudah hampir kelelahan mencari Kenandra.

Pikiran lelaki kembali ke tadi malam yang melihat Kenandra gemetaran saat Vero membunuh pria paruh baya itu.

"Walah. Apa jangan-jangan, dia ...," Vero memotong ucapannya seketika. "Bebebeh ... Kenandra gak akan melakukan hal bodoh kayak gitu. Gak mungkin!" tegas Vero pada dirinya sendiri.

Dengan cepat lelaki itu meraba sakunya mencari ponsel miliknya. Setelah menemukannya ia langsung saja menelfon Kenandra.

Lelaki itu menunggu telfon dari Kenandra, tapi Kenandra tidak kunjung mengangkatnya hingga membuat Vero semakin khawatir.

"Angkat dong, Ken," gumamnya yang semakin khawatir.

Vero terus saja menelfon Kenandra berulang kali, tetapi lelaki itu masih belum sempat mengangkatnya. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari Kenandra sembari menelfonnya.

"Sial! Kenapa gak di angkat-angkat, sih?" ucapnya lagi.

Kenandra berhenti di sebuah kursi panjang di pinggir taman, ia meminum air yang ada di dalam botol miliknya hingga tersisa setengah. Setelah itu, ia mengeluarkan ponselnya dan terdapat puluhan panggilan tidak terjawab dari Vero. Sebenarnya Kenandra cukup kesal dengan perbuatan Semena-mena Vero tadi malam, tapi lelaki itu tetap saja menelfon Vero balik.

"Ken, lo di mana sih? Gue udah nyari lo kemana-mana tau nggak? Kirain lo ngelakuin hal yang aneh-aneh. Lo buat gue khwatir aja, sih?" celote Vero di dalam telfon. Kenandra yang mendengarnya hingga menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Bisa pelan-pelan gak sih ngomongnya? Gak capek apa tuh mulut," ucap Kenandra kepada Vero.

Di sisi lain Vero yang tengah kebingungan mencari Kenandra, kini ia merasa lebih tenang saat mendapat telfon dari lelaki yang di carinya.

"Capek lah! Tapi gue lebih khawatir sama keadaan lo," ucapan Vero membuat Kenandra tertegun. Kenandra terdiam sejenak setalah mendengar ucapan Vero barusan..

"Hallo, Ken! Lo masih di sana kan?" ucap Vero, tetapi Kenandra tidak kunjung menjawabnya.

"Hallo, Kenandra!" ucap Vero dengan nada yang lebih keras.

"Hah, eh–hah! Gue masih di sini kok," jawab Kenandra sedikit terbata-bata.

"Lo gak pa-pa, kan?" tanya Vero lagi.

"Gue gak pa-pa kok. Gue matiin telfonnya ya, gue mau melanjutkan lari dulu," ucap Kenandra yang langsung mematikan ponselnya.

"Hallo, Ken!" ucap Vero tapi tidak ada jawaban dari Kenandra.

"Lah, kok di matiin sih?" keluh Vero saat melihat ponselnya yang terputus sambungannya dengan Kenandra.

Di sisi lain, Kenandra yang sudah lama berlari pagi di taman, kini memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

Kenandra baru saja sampai di depan apartemennya, ia membuka kunci dan masuk kedalam rumahnya.

Vero yang entah kapan berada di rumah Kenandra langsung menghampiri lelaki itu dengan menampak 'kan mimik wajah sedih.

"Kenandra, akhirnya lo kembali," ucapnya sembari memeluk tubuh kenandra yang hanya memakai kaos olahraga.

"Menjauh dari gue, Vero. Gue belum mandi!" tegas Kenandra yang masih berkeringat.

Mengetahui Kenandra yang tengah berkeringat, Vero pun melepaskan pelukannya.

"Ish, jijik banget, sih, lo. Habis olahraga itu langsung mandi," ucap Vero memeringati Kenandra.

Kenandra mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar ucaoan Vero barusan.
"Bukannya lo yang main peluk-peluk gue aja. Gue juga mau mandi, gak usah lo peringatan. Lain kali liat-liat dulu kalo mau peluk orang," ucap Kenandra yang langsung pergi ke rak sepatu untuk melepaskan sepatu dan kaus kakinya.

"Vero, tangkap!" ucap Kenandra sembari melemparkan kaus kakinya bekas kepada Vero.

Tanpa Vero sadari, lelaki itu menangkap apa yang di lempar Kenandra.

"Ih, jorok lo. Berapa tahun tuh kaus kaki nggak di cuci. Bau banget." Vero pun melempar kaus kaki itu kepada Kenandra.

"Baru juga dua tahun," jawab Kenandra berbohong. Lelaki itu melepaskan kaos olahraga nya yang ia kenakan karena gerah.

"Mandi sana lo! Sekalian cuci tuh kaus kaki," usir Vero kepada Kenandra.

Kenandra tidak menjawab omongan Vero, ia langsung saja ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Vero yang sendirian di ruang tamu rumah Kenandra memutuskan untuk menonton televisi di rumah lelaki itu sembari mengotak-atik ponselnya.

***

"Biarkan aku bertemu dengan pemuda itu sendiri," ucap seorang pria paruh baya itu.

"Baik, tuan!" jawab Pengawalnya dengan sopan.

Kenanda tengah asik bermain game bersama Vero di rumah Vero tiba-tiba di ganggu oleh suara deringan telfon milik Vero, hal itu sangat mengusik permainan mereka yang tengaj seru-serunya.

"Vero, cepat angkat telfon lo," ucap Kenandra yang masih fokus dengan gamenya.

"Lo jangan curang ya, gue mau angkat telfon dulu. Awas lo kalo curang," peringat Vero.

"Udah sana pergi," usir Kenandra.

Vero pun mengangkat telfonnya. "Iya, Presdir," ucap Vero dengan sopan.

"Kasih telfon nya kepada Kenandra!" ucap Lelaki di sebrang itu.

"Siap, Presdir."

KENANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang