Bab 6: Pemimpin GH

4 5 0
                                    


Siapa yang tidak penasaran dengan sosok di balik perusahaan yang besar ini? Banyak orang bilang, organisasi yang memgancam banyak nyawa ini tidak memiliki pemimpin. Ia hanya sebuah ilusi. Tapi mereka tidak tau, kalo pemimpin dari organisasi ini ada, dia akan keluar dan menampakkan dirinya di waktu yang tepat dan akan mengagetkan semua orang. Sebenarnya siapakah sosok misterius di balik ini semua? Dan seperti apakah tampangnya?

Kenandra dan Vero bersiap untuk pergi menemui pemimpin mereka. Stelan baju, rambut, dan dasi, semuanya tampak baru dan berkarisma.

"Ken, gimana penampilan gue? Udah bagua belum? Udah keliatan rapi belum? Dan yang paling penting, gue udah ganteng belum?" tanya Vero dengan menunjukkan karismanya.

Dengan Malas kenandra menanggapi omongan Vero. "Iya-iya," jawabnya malas.

"Lah, yang bener dong jawabnya," keluh Vero.

"Iya, udah ganteng banget, udah bergaya, dan udah rapi. Puas lo?" ucap Kenandra dengan malas.

Vero tertawa puas saat mendengar pujian dari Kenandra.

"Puas banget. Pujian itu terasa asing buat gue. Kenapa?" Vero mendekatkan tubuhnya kepada Kenandra, "Karena pujian itu keluar dari mulut lo."

Mendengar itu, Kenandra seakan ingin memuntahkan isi perutnya pada muka dan baju Vero.

"Kalo udah beres semua, mending kita berangkat, deh," ajak Kenandra kepada Vero yang terus saja berdiri di depan cermin.

"Sebentar lagi, kayak nya ada yang kurang, nih," ucap Vero sembari berfikir.

"Kurang apalagi, sih?" tanya Kenandra, lelaki itu tampak kesal dengan Vero.

Vero mengambil sebuah botol parfum dan menyemprotnya di sekujur tubuhnya.

"Bukannya tadi lo udah masang parfum. Kenapa sekarang masang lagi?" keluh Kenandra, ia sudah merasa muak dengn tingkah Vero.

"Oh, gue udah masang ya. Kirain belum," ucap Vero dengan tampang bodohnya.

"Udah, ayok cepetan!" ucap Kenandra.

"Ayok, kita berangkat," balas Vero, ia mengikuti kenandra yang berjalan lebih dulu di depnnya.

***
"Akhirnya hari itu tiba, jika benar kali ini aku bisa menemuinya, maka aku akan bebas dari permainan ini."

Vero menepuk pundak Kenandra, hal itu membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya. Kemudian, Vero mengajak lelaki itu masuk kedalam rumah yang cukup besar.

Kenandra pun memasuki sebuah rumah besar bak istana, ia melihat sekeliling tempat itu yang di jaga ketat oleh puluhan pengawal.
Sebenarnya siapakah orang di balik organisasi yang membahayakan banyak orang ini? Siapakah dia?

Kenandra melihat sekeliling ruangan yang cukup luas itu, ada banyak benda-benda berharga yang terletak di setiap sudut rumah itu.

"Udah lama sekali gue gak ketempat ini, ada sedikit rasa rindu, sih," gumam Vero, Kenandra masih mendengar gumaman itu, tetapi Kenandra tidak mengeluarkan tanggapan apapun.

Vero menduduki sebuah sofa empuk yang ada di depannya, dengan santai ia mengangkat kedua kakinya di atas meja itu seperti pemilik rumah ini.

"Ken! Kenapa nggak duduk?" tanya Vero. Kenandra kaget saat mendengar ucapan Vero.

"Hah, oh, ini gue juga mau duduk," ucap Kenandra terbata-bata.

Kenandra pun duduk di sofa dekat Vero. Pandangannya masih saja melihat kesekeliling tempat itu, di setiap sudutnya pasti ada dua penjaga yang menjaga rumah itu.

Seseorang menghampiri Vero dan Kenandra, ia memakai stelan jas dan memakai sebuah kacamata. Di lihat dari penampilannya saja bisa tau jika pangkat orang itu tidaklah kecil.

Vero menurunkn kakinya, dan berdiri dari duduknya, Kenandra juga ikut berdiri di samping Vero.

"Om, Didi! Apakabar? Udah lama tidak bertemu," sapa Vero sembari memeluk orang di depannya itu.

"Vero, kamu sudah datang? Aku akan memberi tahu tuan dulu," ucap lelaki itu lalu meninggalkan tempat itu dan menaiki tangga menuju ke lantai dua.

Di sisi lain seorang pria paruh baya tengah duduk di atas sofa ruang kerjanya sembari membaca koran. Di atas mejanya sudah ada satu cangkir kopi yang telah ia minum.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar ruangannya.

"Masuk!" ucap pria pruh baya itu kepada orang yang mengetuk pintu.

Orang itu masuk dengan sopan, pandangannya masih tertuju ke bawah, tidak berani menatap pria di depannya itu.

"Presdir!" ucap Didi denagan sopan.

Pria itu menurunkan koran yang menutupi wajahnya. Kemudian, ia memandang lelaki di depannya itu.

"Ada apa?" tanya pria itu.

"Di luar, ada Vero dan Kenandra yang tengah menghampiri anda," ucap Didi kepada tuannya itu.

"Suruh Vero masuk!" perintahnya.

"Baik, Presdir," jawab Didi lalu keluar dari ruangan itu.

***
Vero dan Kenandra yang telah menunggu Didi di ruang tamu, akhirnya lelaki itu menampakkan tubuhnya di balik tangga rumah itu.

"Om, gimana?" ucap Vero sembari berdiri dari duduknya. Kenandra pun juga ikut berdiri.

"Vero, tuan menyuruh kamu naik keatas," ucap Didi kepada Vero.

Vero nampak bingung, kenapa hanya dia saja yang di panggil? Kenapa Kenandra tidak ikutan di panggil.

"Hanya aku saja, Om? Kenandra tidak di panggil?" tanya Vero yang tampak bingung.

"Iya, hanya kamu saja. Mungkin tuan belum siap bertemu dengan orang baru," ucap Didi dengan nada sopan, tapi di balik itu ia tidak benar-benar menyukai dua pria di depannya itu.

Vero menatap Kenandra dengan perasaan tidak enak. Vero berjanji akan menemui Kenandra dengan Presdir tapi sekarang, Presdir hanya ingin menemuinya seorang.

Kenandra mengerti dengan tatapan Vero, lelaki itu tersenyum kearah Vero. "Pergilah, gue tunggu lo disini," ucap Kenandra mencoba meyakinkan Vero.

"Gue mendingan gak usah pergi juga, deh, kita pergi aja dari sini," ucap Vero kepada Kenandra. Kemudian, ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah besar itu, tapi Kenandra menghentikan langkah vero.

"Vero, pergilah!" pinta Kenandra, "Yang di bilang Om Didi ada benarnya juga, mungkin Presdir belum siap menemui orang baru. Jangan hawatirkan, gue gak pa-pa, kok," ucap Kenandra mencoba meyakinkan Vero.

"Lo bener gak pa-pa? Kalo lo merasa gak nyaman, lo bilang aja sama gue. Gue gak akan temuin Presdir. Kita temuin dia saat lo juga akan menemui dia," ucap Vero kepada Kenandra.

Kenandra tersenyum kearah Vero, kemudian mencoba meyakinkan vero untuk yang terakhir kalinya. "Gue tau, lo merasa gak enak 'kan sama gue, tapi gue benar-benar tidak pa-pa. Suatu saat nanti, saat Presdir ingin menemui gue, hal pertama yang akan gue kasih kabar, itu pasti lo. Lo tenang aja," ucap Kenandra. Vero pun akhirnya menuruti apa yang di bilang Kenandra.

"Gue pegang janji lo," ucap Vero. Kenandra menganggukkan kepalanya, menyakinkan Vero.

"Gue ke atas dulu ya," pamit Vero lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan Presdir. Kenandra menanggapi ucapan Vero dengan anggukan.






KENANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang