Bab 3: Grebo yang menyebalkan

11 9 4
                                    


Pertemuan mereka kali ini berada di sebuah gudang tidak terpakai yang tempatnya jarang di datangi orang lain. Kenandra dan Vero sudah sampai di tempat yang di berikan oleh Bos gangster itu.

"Lo yakin ini tempatnya?" ucap Kenandra dengan ragu-ragu.

Vero mengecek ponselnya, "Bener, kok, di sini. Kalo gak percaya lo liat aja, nih," ucap Vero sembari memberikan ponselnya.

Kenandra memgambil ponsel Vero dan mengeceknya kembali. Ia melihat ke sekeliling gudang itu. "Perasaan gue mulai gak enak, nih."

"Perasaan gue juga sama," timpal Vero.

"Lo udah suruh anak buah lo untuk jaga di luar, kan?" tanya Kenandra kepada Vero.

"Sudah gue suruh. Mereka sudah mulai bekerja," jawab Vero. Kenandra menganggukkan kepalanya.

"Kita masuk sekarang," ucap Kenandra. Vero pun melangkahkan kakinya mengikuti Kenandra.

Kenandra yang berjalan lebih dulu membuka pintu yang tampak sudah berkarat itu. Tiba-tiba saat Kenandra memasuki gudang tua itu, ia di halangi oleh dua anak buah bos gangster itu yang berada di balik pintu hingga membuat Kenandra kaget.

Bukh!

Satu pukulan mendarat di wajah anak buah Bos Grebo hingga membuatnya pingsan.

"Njir! Kaget gue," ucap Kenandra lalu melanjutkan jalannya memasuki gudang itu.

"Pukulan lo mantap juga, Ken," ucap Vero sembari melangkah mendekati Kenandra.

Kenandra tidak mengubris perkataan Vero, ia terus saja berjalan masuk dan bertemu dengan Bos Grebo.

"Kalian sudah datang," sambut Bos Grebo kepada Kenandra dan Vero. "Duduk saja di mana yang kalian inginkan."

Kenandra dan Vero pun duduk di sofa yang sudah di sediakan oleh Bos Grebo.

"Apa barangnya sudah ada?" tanya Bos Grebo langsung.

"Barang yang anda inginkan sudah kami siapkan. Tapi ... apa uangnya sudah di siapkan juga?"ucap Kenandra dengan suara picik.

"Uangnya sudah aku siapkan. Tapi, keaslian barangnya itu yang lebih penting."

Kenandra mengeluarkan satu plastik kecil yang berisi obat bubuk yang berwarna putih itu dan memberikan kepada Bos Grebo.

"Anda boleh mencobanya. Produk yang kita buat 99% asli," ucap Kenandra.

Bos Grebo mengambil obat itu dari tangan Kenandra lalu memasukkan kesebuah tempat rokok. Satu hirupan pun masuk kedalam mulutnya, lalu ia mengeluarkan asap itu dari mulutnya.

"Memang produk yang berkualitas," ucap Bos Grebo.

"Harus dong. Mana berani kita jual barang dengan produk yang murahan," timpal Kenandra.

Bos Grebo itu tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Taruk barangnya di sini, dan kalian sudah boleh pergi," ucap Bos Grebo yang membuat Kenandra dan Vero kaget.

"Maksud anda itu, apa?" ucap Vero menahan amarah.

"Kalian boleh pergi sekarang. Jangan lupa tinggalkan barangnya di sini," ucap Bos Grebo dengan nada licik.

Kenandra memandang sinis kearah Bos Grebo sembari menampakkan senyum piciknya. "Oh, gak mau bayar pakai uang? Pakai nyawa lo juga boleh."

Bos Grebo merasa kesal dengan apa yang di ucapkan Kenandra, imembuang ludahnya kesembarang arah. "Besar juga nyali lo, ya."

Kenandra kembali tersenyum sinis. "Kalo gue gak punya nyali besar, gue gak akan pernah bisa masuk dalam pekerjaan berbahaya seperti ini." Kenandra mendekatkan mulutnya di dekat kuping Bos Grebo. "Terimakasih atas pujiannya. Kedepannya saya masih membutuhkan bimbingan anda," bisik Kenandra.

"Kurang ajar lo!" teriak Bos Grebo lalu hendak memukul Kenandra, untungnya lelaki itu dengan cepat menghidari pukulan Bos Grebo.

"Mau main tangan, ya. Jangan salahkan gue kalo akan gue main tangan juga," ucap Kenandra sembari serenggangkan otot di tangannya.

Bukh!

Satu pukulan mendarat di wajah Grebo hingga membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.

Melihat bosnya dipukuli, anak buah Bos Grebo berkumpul mengelilingi Kenandra dan Vero.

"Yoo ... beraninya main keroyokan," ledek Kenandra, "Gue suka hal menantang kayak gini. Heh, kalian maju sini kalo berani!" teriak Kenandra. Beberapa anak buah Grebo pun menyerang Kenandra.

Vero dan Kenandra melawan semua anak buah Grebo yang jumlahnya duapuluh orang.

Setelah bertarung cukup lama, Vero dan Kenandra mulai merasa capek. Bagaimanapun mereka kalah dalam jumlah orang. Dua orang melawan duapuluh orang, apakah itu sebanding?

"Eh, kapan anak buah lo datang, kalo kayak gini terus kita bakalan kalah, nih," bisik Kenandra kepada Vero saat keduanya berdiri bersama.

"Mana gue tau," ucap Vero lalu kembali menyerang anak buah Grebo.

Dibalik itu Bos Grebo yang dengan santainya duduk di pinggir kerumunan sembari meminum-minuman beralkoholnya yang sudah di pasang obat terlarang.

"Mendingan kalian berdua nyerah aja, deh," ucap Bos Grebo dengan santainya.

Kenandra yang mendengar itu langsung memberikan tatapan tajam kepada Bos Grebo.

"Di dalam mimpi pun, gue gak mau nyerah sama orang brengsek kayak lo!" teriak Kenandra. Lelaki itu masih melawan anak buah Grebo.

Satu demi satu anak buah Grebo mulai tumbang, Vero dan Kenandra juga sudah mulai kehabisan tenaga.

"Istirahat dulu, capek. Apa kalian tidak capek?" tanya Kenandra kepada salah satu anak buah Grebo.

"Capek lah, apalagi ngadepin musuh yang kayak lo," jawab salah satu anak buah Grebo.

"Eh, kalian di bayar berapa, sih, sama Grebo?"

"Gak seberapa, sih, cuman cukup buat makan seminggu. Bos Grebo lumayan pelit," bisik orang itu.

"Kalo dia pelit, kenapa gak cari pekerjaan lain aja,"

"Zaman sekarang, mah, susah cari kerjaan yang bener,"

"Kalian lagi membicarakan apaan, sih?" tanya Vero yang tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

"Lagi membicarakan pekerjaan mereka," jawab Kenandra.

Vero menyipitkan kedua matanya. "Kalian saling kenal?" tanya Veri penasaran.

"Kita baru saja kenal di sini," jawab Kenandra lagi.

Di tengah asiknya pembicaraan mereka, Bis Grebo terbangun dari tidurnya dan melihat semua anak buahnya tengah duduk santai di tanah.

"Heeeh, kalian gue suruh nyerang dia, bukan di suruh tahlilan! Malah enak-enakan duduk di lantai!" teriak Grebo kepada anak buahnya.

Karena teriakan Grebo itu, mereka mulai menyerang Vero dan Kenandra lagi.

Di saat suasana tengah genting seperti ini, tiba-tiba ada segerombolan orang yang membawa senjata masuk kedalam ruangan tersebut. Semua orang yag tengah bertarung pun berhenti seketika.

KENANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang