3. Jadian

3 1 0
                                    

Sepanjang perjalanan menuju kantin mereka menjadi pusat perhatian.

Adit berjalan paling depan dengan gaya coolnya seperti biasa.
Di samping kanannya ada Daniel yang tersenyum membalas sapaan siswi-siswi.
Revan merecoki Bara yang sedang menggoda adik kelas.

"Woy, Bar, sudah napa jangan menggoda mulu," celetuk Daniel saat melihat Bara mengedipkan sebelah matanya.

"Tau tuh tobat Bar tobat," sambung Revan yang juga ikut kesal dengan tingkah bara.

"Wajah gue ganteng jadi gue manfaatin dong," jawab Bara sambil menyisir rambutnya.

"Hai adik cantik," goda bara yang membuat adik kelas tersipu malu.

"Cantik," sambung Bara dengan berkedip genit.

"Diem, Bar," ujar Adit dengan nada kelewat datar. Dirinya kesal mendengar jeritan siswi alay yang digoda oleh Bara.

Bara yang mendapat teguran dari Adit pun langsung kicep.

Bara menoleh saat merasakan tangannya di senggol.

Seketika Bara menyesal telah menoleh ke arah Revan yang sedang mengejeknya.

Sesampainya di kantin mereka disambut dengan teriakan alay.

"Huaa calon imam gue."

"Ayang Adit sini dong."

"Daniel manis banget deh."

"Gingsulnya bara astaga."

"Revan aku padamu."

Karena terlalu risih Adit dkk segera menuju ke meja.

"Pesannya kaya yang biasa ya?" tanya Revan sesaat mereka duduk.

"Iya," jawab Daniel.

"Eh itu kan murid baru yang tadi pagi ya?" tanya Bara saat tak sengaja melihat sosok Diva.

"Mana, Bar?" tanya Daniel yang celingukan mencari murid baru seperti kata Bara.

"Itu tuh yang di mejanya Nisa dkk," jawab Bara menunjuk meja Diva dkk dengan dagunya.

"Woah iya njir, cantik banget ya?" jawab dan tanya Daniel.

Dirinya terpesona dengan kecantikan Diva.

"Nih makanan kalian," celetuk Revan dengan membawa nampan.

"Makasih babu," jawab Bara tanpa dosa.

"Sialan lo, Bar," desis Revan.

Enak saja Bara menyamakan dirinya dengan babu. Dirinya ini tampan, mana ada babu yang setampan dirinya.

"Makan!" perintah sang ketua siapa lagi kalau bukan Adit.

Hanya butuh beberapa menit bagi mereka untuk menghabiskan makanannya.

"Geng heroz kok gak pernah muncul lagi ya?" tanya Revan penasaran.

"Mungkin lagi nyusun strategi," jawab Daniel tenang.

"Kita harus ngapain, Bos?" tanya Bara yang ikut penasaran.

"Kita harus tetap jaga-jaga aja, jangan sampai lengah," jawab Adit dengan nada seperti biasanya.

Saat sedang asik membahas geng Roger mereka menangkap suara tawa yang mengalun dengan indah.

Seketika kantin menjadi senyap.
Semua yang ada di kantin langsung menoleh ke asal suara, yang ternyata seorang murid baru sedang tertawa.
Mungkin Diva tidak sadar jika dirinya di perhatikan oleh semua orang.
Semua menatap Diva penuh kagum, begitupun inti geng Danger.

ADDIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang