04. ʟᴀᴛɪʜ ᴛᴀɴᴅɪɴɢ

72 8 0
                                    


Setelah aku mengisi botol minum dengan air hingga penuh, aku langsung membagikannya pada semua orang. Aku merasa tidak enak pada Shimizu jika hanya berdiam diri saja.

"Himeko-san, Maaf merepotkanmu" ucap Shimizu.

"Tidak apa-apa, aku senang melakukannya" ucapku.

Aku menghampiri Yamaguchi yang sedang melakukan pemanasan. laki-laki berambut hijau tua dengan bintik-bintik diwajahnya.

"Apakah ini punyamu?" Tanyaku.

Yamaguchi tersentak saat menyadari kehadiranku. Sepertinya aku akan terbiasa dengan ini.

"B-bukan, punyaku warna biru" ucap Yamaguchi dengan mengalihkan pandanganya dariku.

"Ah, ini dia" aku memberikan botol miliknya sambil tersenyum.

"T-terima kasih"

Aku melirik Yamaguchi melalui ekor mataku. Dia terlihat bernafas lega saat aku pergi menjauhinya.

"Himeko-chan, botol itu punyaku!"

Aku rifleks menutup mulutku dengan rapat. Hinata shoyo, mau sampai kapan kau akan membuatku seperti ini?

"I-ini" ucapku dengan wajah memerah.

Aku menyerahkannya pada Hinata dengan tangan gemetar. Apakah efeknya sekuat itu? Kalau begitu, aku tidak boleh terlalu sering berada didekatnya.

"Masih kurang dua orang, ya? Mestinya masih ada pemain lain, kan?"

Aku mendengar percakapan pelatih ukai dengan Takeda sensei dengan jelas. Dari sini aku bisa melihat raut wajah Nishinoya yang terlihat murung.

"Tadi pagi aku dan Kageyama pergi menemui Asahi-san" ucap Hinata dengan menundukkan kepalanya.

Aku terdiam. Kalau tidak salah, beberapa bulan yang lalu tim karasuno Kalah dari tim yang mempunyai julukan dinding besi.

Dan karena itulah Asahi tidak mempunyai keberanian lagi dalam bermain voli. Sampai Nishinoya bertengkar hebat dengannya.

"Kami berusaha membujuknya untuk bermain kembali tapi gagal"

Senyumku mengembang, aku mengacak-acak rambut Hinata pelan.

"Tenang saja, dia pasti akan kembali jika masih menyukai voli" ucapku menenangkannya.

"Benarkah?"

Hinata mendongakkan kepalanya dan menatapku dengan wajah polosnya itu. Aku menggigit bibirku dengan gemas.

"Ini terlalu bahaya!" Batinku menjerit.

"Anu... Himeko-chan, bisakah kau melepaskan tanganmu?"

Tubuhku tersentak, aku langsung tersadar dan menarik tanganku dari rambutnya. Rasa menggelitik masih terasa ditelapak tanganku

"M-maafkan aku!" Ucapku dengan wajah memerah.

Akhirnya aku bisa menyentuh rambutnya. Tapi, bagaimana jika dia menganggapku aneh atau semacamnya? Ini membuat perasaanku tidak enak.

"Hmm?" Aku melihat keluar jendela, terlihat seorang pria berjenggot tengah mengendap-endap mendekati gym.

"Apa kemarin aku terlihat seperti itu?" Pikirku sambil terkekeh pelan.

"Hinata, lihatlah siapa yang datang" ucapku dengan tersenyum.

Hinata mengikuti arah pandangku. Matanya terlihat melebar saat melihat pria berjenggot diluar.

"Itu Asahi-san!" Teriak hinata sambil memanjat pagar jendela.

𝐊𝐀𝐑𝐀𝐒𝐔𝐍𝐎 𝐇𝐈𝐆𝐇 𝐒𝐂𝐇𝐎𝐎𝐋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang