"Aku pulang"
Aku melepaskan sepatu yang aku kenakan lalu menaruhnya di rak sepatu yang ada di dekat pintu.
Rumah ini terlihat sangat sepi dan sunyi. Ah, sepertinya ibu tidak pulang hari ini. Dia selalu bekerja keras tanpa mengenal waktu. Bahkan sejak kecil aku selalu dititipkan pada orang lain.
"Huh, menyedihkan" gumamku pelan.
Aku berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua. Alisku mengeryit saat pintu kamarku terbuka. Padahal tadi pagi aku sudah mengunci kamarnya dengan benar.
Senyumku terangkat. sepertinya aku tahu siapa yang masuk kedalam kamarku.
"Jadi, ibu sudah pulang ya?"
Saat aku masuk kedalam kamar, terlihat wanita paruh baya sedang duduk diatas kasurku. Ia menatapku dengan tajam seperti ingin memakanku hidup-hidup.
"Kau pulang terlambat" ucapnya.
"Ada sesuatu yang harus ku lakukan" ucapku dengan malas.
"Mana hasil ujianmu?"
Deg
Jantungku berdegup kencang. Keringat dingin muncul didahiku. Aku lupa kalau ibu tahu semua kegiatan belajarku karena guru wali kelas merupakan teman ibuku.
"Berikan pada ibu, Himeko!" Ucap ibu dengan nada membentak.
Aku membuka tas dengan pasrah. Secarik kertas berwarna putih dengan angka 89 membuat tanganku sedikit bergetar saat mengambilnya.
"Ya tuhan, tolong bantulah aku!" Batinku menjerit.
Wajah ibuku sedikit masam saat melihat kertas hasil ujianku. Hanya nilai sempurna yang bisa memuaskannya.
"Hanya ini?"
Aku meremas jariku dengan kuat "aku akan berusaha lagi"
"Ck, ini karena kau membuang-buang waktumu menonton kartun" ucap ibu dengan pedas.
"Itu tidak benar, aku selalu membagi jam belajarku dengan baik"
Ibu menatapku dengan tajam "lalu, ini hasil dari belajarmu? Aku harus membuang semua mainan ini dari kamarmu"
"Tidak, jangan!"
Sraat
Mataku bergetar saat ibu menyobek semua poster anime yang aku tempel di dinding. Apa dia tidak tahu betapa berharganya itu bagiku?"
"Ibu akan membuang ini semua dan juga komputermu akan ibu sita"
Aku dengan cepat menahan tangan ibu saat ingin membanting action figure yang susah payah aku dapatkan.
"Ibu, hentikan!"
Plak
Panas dan perih, itulah yang pipi kiriku rasakan saat ini. Ini pertama kalinya ibu menamparku. Biasanya ibu hanya memarahiku atau mengurangi uang jajanku.
"Diamlah atau pipimu yang lain akan merasakannya" ancam ibu.
Aku menunduk dan meremas dengan kuat rok sekolahku. Ingin rasanya aku menangis dengan kencang tapi aku tidak mau melakukannya didepan ibuku.
"Jika kau membeli sampah-sampah ini lagi, ibu akan mengusirmu dari rumah!"
Kalimat yang cukup pedas. Tapi aku tahu jika ibu serius mengatakannya. Dia benar-benar akan mengusirku jika aku melakukannya lagi.
"Anak teman ibu mendapatkan beasiswa penuh disekolah paling unggul di negeri ini. Jika dia anakku, ibu pasti akan membanggakannya pada seluruh orang"
Mataku meredup. Kalimat yang tidak ingin aku dengar akhirnya keluar juga. Sudah ribuan kali ibu selalu membandingkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐀𝐑𝐀𝐒𝐔𝐍𝐎 𝐇𝐈𝐆𝐇 𝐒𝐂𝐇𝐎𝐎𝐋
Fiksi Penggemar"aku tidak akan pulang kerumah!" Himeko tidak mengira kata-kata yang ia ucapkan dalam hatinya menjadi kenyataan. Terbangun ditempat asing, orang-orang asing, dan gaya rambut mereka juga asing. Sebenarnya apa yang terjadi? Setelah memproses apa yang...