Dua

12.8K 815 661
                                    

"Baru pulang?" tanya sebuah suara berat dari arah belakang Tamara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baru pulang?" tanya sebuah suara berat dari arah belakang Tamara. Namun hal tersebut tidak membuat Tamara lantas menghentikan langkahnya.

"Ayah lagi bicara Capella!" ucap lelaki tua itu ketika Tamara terus melangkah dan setia mengabaikannya. Ya, pria paruh baya tersebut merupakan ayah Tamara yang juga merangkap sebagai sosok yang paling gadis itu benci.

"Maaf, saya tidak lagi mempunyai tenaga untuk bertengkar!" jawab Tamara segera menaiki anakan tangga dengan langkah lebih cepat.

Bertengkar besar sudah menjadi rutinitas Tamara jika sang ayah berada di rumah ketika malam hari.

"GA PUNYA SOPAN KAMU! CAPELA BERHENTI!!"

"KAMU MAU JADI KAYA MAMA KAMU ITU HAH?! IBU SAMA ANAK, SAMA-SAMA PEMBANGKANG!"

Tamara menghentikan langkahnya saat itu juga. Kata-kata yang keluar dari mulut sang ayah sukses membuat hatinya memberontak tidak terima.

"Ayah menyesal membiarkan Amara membawa kamu waktu itu! Apa yang kamu banggakan dari mama kamu itu, hah?!"

"Lihat sekarang! Sifat pembangangnya itu menurun ke kamu!" sentak Hamish membanting vas bunga di dekatnya.

"STOP! Anda nggak berhak sama sekali untuk mengomentari hidup mama saya!" sela Tamara saat merasa tidak sanggup lagi mendengar sang ibunda dijatuhkan terus menerus. "Anda itu terlalu kotor untuk mencela mama saya, Tuan Hamish. Terlebih lagi, Anda juga tidak akan pernah pantas sama sekali untuk melakukan hal itu!" lanjut Tamara dengan memberi penekanan pada setiap kata-katanya.

"Jaga bicara kamu, Capella. Ayah nggak pernah mengajari kamu berbuat tidak sopan terhadap orang yang lebih tua! Ayah yakin kamu model begini pasti ajaran mama kamu it-"

"STOP! SAYA BILANG BERHENTI!" Tamara kembali menyela dengan mata yang sudah basah. Sekuat tenaga gadis itu menyeka air matanya yang dengan lancang jatuh tanpa izin terlebih dahulu. "Bukankah sudah saya bilang bahwa Anda tidak boleh dan Anda juga tidak berhak sama sekali untuk menjelek-jelekkan mama saya?

Anda tidak lebih dari seorang pria brengsek dan bajingan yang sangat sukses membuat hidup mama saya hancur!"

Tamara mulai berkata sedikit keras seolah melampiaskan semua perasaan emosinya. Sungguh gadis itu benar-benar muak dengan semua tuduhan sang ayah yang tidak tau bermuara dari mana. Tamara sendiri sadar jika sikapnya sudah tidak sopan, akan tetapi ia juga tidak bisa membiarkan sang ibunda selalu menerima semua penghinaan dari sang ayah.

Satu hal pasti yang Tamara tahu. Ayahnya itu merupakan manusia yang sangat egois. Sang ayah juga merupakan sosok dari semua sumber luka yang ada di dalam hidupnya.

"CAPELLA!! JAGA BICARA KAMU!"

Hamish, ayah dari Tamara kembali membalas bentakan sang anak dengan suara yang lebih keras. Bahkan mata lelaki paruh baya itu sudah menggelap, seolah Tamara adalah pihak yang paling salah di antara mereka.

Karan's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang