Lima

7.7K 684 564
                                    

Hari ini, Tamara lebih sering terlihat melamun dan lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, Tamara lebih sering terlihat melamun dan lesu. Seolah sedang mengalami sebuah masalah besar dan kehilangan seluruh semangat di dalam hidupnya.

"Ta, ngantin yuk!"

Ajakan yang biasanya sangat ia sambut dengan antusias bahkan kini ia tolak dengan menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak dulu deh Nar, lo pergi aja!" ucap gadis itu terlihat lesu.

Nara yang menyadari ada suatu hal yang tidak beres dari Tamara lantas menghela nafasnya pelan. Ia menepuk pundak sang sahabat sebelum duduk kembali setelah sempat berdiri. "Lo kenapa, hm? Dari pagi udah lemas gitu. Kalau ada masalah cerita sama gue, Ta! Jangan dipendem gitu!"

Tamara menyandarkan kepalanya di meja sebelum buka suara. "Gu-gue nggak bisa kerja di kafe Om Geri lagi, Nar."

"Kenapa bisa gitu?"

"Jadi .... " Tamara pun mulai menceritakan kronologi kejadiannya dari awal hingga akhir. Bagaimana ancaman Karan terhadapnya hingga berakhir dengan terbuktinya ancaman tersebut.

"What the hell?! Kok bisa sih dia suka sama lo? Logikanya ya, kalian tuh baru ketemu. Apa jangan-jangan lo pakai susuk kali?" tanya Nara sedikit bingung. Walau merasa terkejut, tetapi gadis itu tidak mau jika sang sahabat larut dalam kesedihannya. Alhasil ia jadi sedikit menyelipkan patahan agar gadis di sebelahnya mendapatkan pencerahan.

Tamara terlihat mencebikkan bibirnya kesal. Air mukanya sudah menampilkan semangat hidup kembali. "Ish Naraa! Gue kan memang udah cantik dari rahim. Tapi ini gue serius, jadi gue harus gimana?" Tamara memukul meja pelan melampiaskan emosi. "Apa gue bicarain ini sama dia aja? Kayanya memang harus gitu deh, Nar!" ucap Tamara bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya.

"Ta, lebih baik nggak usah deh! Karan itu orangnya keras kepala!" ucap Nara menggelengkan kepalanya kuat agar Tamara tidak berbuat macam-macam.

"Tapi gue juga bukan boneka yang bisanya cuman diam, Nar! Enak aja dia ngelakuin segala hal dengan sesuka hati dia!" erang Tamara sedikit ngegas lantaran terbawa emosi.

"Gue tau kondisi lo, Ta! Tapi Karan itu punya power yang kuat, susah buat ngelawan dia!"

Tamara hanya tersenyum miris. Dia sendiri juga tidak yakin, apakah dirinya bisa melawan Karan atau tidak. Apalagi katanya keluarga Karan punya kekuasaan yang besar. Sedangkan Tamara? Ia tidak punya apa-apa. Bahkan keluarganya saja hancur berantakan. Lantas, apa yang bisa ia lakukan?

"Lo nggak akan cari masalah lagi kan, Ta?" tanya Nara merasa cemas. Takut-takut jika Tamara nekat melakukan hal di luar akal manusia. Salahkan Tamara dengan kelakuan ajaibnya sehingga membuat Nara selalu waspada selama berteman dengannya

Tamara terlihat menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. "Nggak, percaya sama gue, Nar. Kayanya gue memang harus lupain hal ini!"

Lain di mulut lain pula di hati. Tentu saja Tamara berbohong. Mendengar ucapan Nara membuat Tamara jadi kepikiran sebuab ide cemerlang. Gadis itu melupakan niatnya yang hendak berputus asa. Lagian, mana mungkin Tamara akan berdamai begitu saja. Terlebih lagi menurut Tamara, Karan itu harus diberi pelajaran sesekali.

Karan's Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang