Daily Life

256 29 1
                                    

Riuh rendah tepuk tangan memenuhi ballroom, tempat di selenggarakannya pesta kelulusan salah satu anak pejabat. Suasana yang begitu meriah dengan dekorasi berlebihan menjadi ciri khas kenapa acara ini lebih pantas disebut sebagai ajang pamer daripada perayaan itu sendiri. Kebanyakan dari mereka tersenyum lebar dengan raut bahagia, walau sebenarnya Seokjin cukup yakin jika sebagian adalah sandiwara. Lantas Seokjin hanya ikut mengamati, tanpa memberikan respon yang berarti. Membosankan. Entah kenapa dulu dia mau-mau saja diajak ke acara semacam ini.

Pertama kali Seokjin ikut adalah beberapa hari setelah lulus kuliah, itu merupakan ide sang ayah yang selalu mendapatkan undangan untuk dua orang, dan memutuskan agar membawa putranya sebagai plus one. Maka semenjak hari itu, datang ke pesta para pejabat adalah kegiatan rutinnya selama beberapa bulan terakhir.

"Bosan?"

"Seperti yang Ayah lihat." Seokjin segera mengeluarkan ponselnya saat keduanya sudah duduk di mobil.

"Aku bahkan tidak terlalu mengerti kenapa Ayah masih bersikeras untuk membawaku."

"Kau setuju waktu itu, Nak."

"That was one time event, Dad. Kau jadi ketagihan minta ditemani setelahnya." cibir Seokjin dengan nada bercanda, sementara ayahnya hanya tertawa.

"Your old man still needs company, Kiddo. Apa salahnya menemani ayahmu sendiri huh?"

"Tapi ya jangan setiap minggu juga!" keluh Seokjin menggelengkan kepalanya heran.

"Acara itu bagus untukmu jika kau memang berniat menjadi Permaisuri selanjutnya. Anggap saja untuk berbaur diluar kepentingan negara."

Seokjin tersenyum kecut.

"Hasil tes patronus-mu sudah keluar kan, Nak?"

"Ya. Tapi aku belum mengambilnya." Seokjin menyenderkan kepalanya ke belakang, merasa jika perjalanan pulang begitu panjang.

"Kalau begitu, hubungi Yoongi. Aku yakin jika bocah itu pasti sudah mengomel jika kau tidak juga mengambilnya di laboratorium."

"Will do, Dad. Akan kuambil besok sepulang kerja." jawab Seokjin pasrah, enggan melawan.

Min Yoongi adalah salah satu peneliti muda di laboratorium pusat di Seoul. Berkat kegigihan dan juga dedikasi timnya dalam penelitian pengembangan aura ketiga beberapa tahun terakhir, jasanya berhasil diterapkan untuk mengetahui minat dan bakat orang-orang masa kini melalui patronus. Penemuan tersebut menjadi begitu ramai diperbincangkan. Tidak heran jika laboratorium tersebut nyaris selalu penuh dengan masyarakat yang ingin mengikuti tes untuk mengetahui deskripsi patronus mereka.

Termasuk Seokjin.

Lelaki itu berjalan memasuki laboratorium setelah mengetikkan beberapa kata balasan di kolom chat, mengabari Yoongi terlebih dahulu.

"Aku sungguh sangat sibuk, tapi berhubung kau adalah putra Sekretaris Jenderal yang terhormat, aku masih bisa memaafkanmu." omel Yoongi tanpa jeda.

"Sayangnya aku baru senggang sekarang, Hyung." ringis Seokjin tidak enak.

"Oh berarti kau benar-benar berniat untuk masuk istana, ya? Kudengar patronus menjadi syarat kelayakan tambahan baru-baru ini."

Sejujurnya Seokjin tidak terlalu tertarik, nyaris tidak berminat. Kalau saja bukan karena ayahnya, dia mungkin saja lebih memilih kesibukannya saat ini dibandingkan menjadi bagian dari birokrasi negara itu sendiri.

Seokjin mengamati lelaki yang sibuk mencari berkas di tumpukkan kertas yang tersusun rapi di rak. Setelah beberapa saat kemudian, dia kembali dengan membawa sebuah map bertuliskan namanya.

Arrange Marriage (Extended) ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang