4

1.1K 135 21
                                    

Apakah hidup selalu seperti itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah hidup selalu seperti itu?

Aku tidak akan pernah lepas dari masa lalu.

Rayhan ingin meraung. Langkahnya sedikit limbung ketika keluar kantor sambil melonggarkan dasi. Ini adalah perusahaan kesekian yang didatanginya untuk melamar pekerjaan, tetapi lagi-lagi tidak berhasil.

Sesampainya di mobil, Rayhan langsung menyandarkan punggung, membuat tubuhnya rileks setelah beberapa lama di ruang wawancara. Kepalanya kembali diserang denyut-denyut yang membuat pening.

Perlahan Rayhan menjalankan mobilnya keluar dari area parkir kantor.

Mungkin benar, selama ini terlalu banyak waktu yang terbuang sia-sia, yang seharusnya dapat digunakan untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Amira. Hampir separuh hidupnya, ia tidak memahami mengapa perceraian itu terjadi. Baru setelah semua selesai ia mengerti, tetapi terlambat. Amira terlanjur pergi.

Di depan sebuah minimarket, Rayhan menghentikan mobilnya. Ia teringat harus membeli persediaan. Hanya sepersekian yang ia bisa lakukan untuk Kirana, namun ia mampu menukar hidupnya untuk melihat putrinya bahagia.

Dengan cepat Rayhan memasukkan beberapa mi instan, bubur instan, dan nugget. Waktu menjemput Kirana tidak lama lagi dan ia berharap jalan tidak padat. Otaknya terus mengingat-ingat apa yang dibutuhkannya di rumah, tapi memikirkan banyak hal, membuatnya tidak bisa mengingat optimal. Sialnya juga, kertas catatan kebutuhan tertinggal di rumah.

Setelah merasa cukup, dibawanya keranjang tersebut ke kasir. Hari itu minimarket terlihat sepi, hanya ada dua perempuan sedang berkeliling dan dirinya.

"Selamat siang, Pak," sapa perempuan di meja kasir.

Rayhan hanya tersenyum simpul sambil mengeluarkan barang belanjaannya dari keranjang. Sekilas dilihatnya jam dinding dan terkejut. Waktu menjemput Kirana sudah lewat! Buru-buru dikeluarkan dompetnya. "Jadi berapa?"

Perempuan di meja kasir itu menyebutkan nominal dan menerima uang dari pelanggannya yang tampak tergesa. "Terima kasih, Pak," ucapnya sambil memberikan uang kembalian.

Rayhan mengambil kantong belanjaannya dan melangkah cepat ke pintu kaca. Namun, belum sempat ia menarik pintu, perempuan penjaga kasir itu memanggilnya.

"Fotonya jatuh, Pak." Perempuan itu melambaikan sebuah foto kecil.

Foto? Foto siapa? Rayhan mengingat-ingat. Ia kembali ke kasir dan menerima foto itu. Ternyata foto Amira sedang tertawa. Foto koleksi Amira yang dulu diam-diam dipotongnya karena ia begitu menyukai ekspresinya.

"Itu istri Bapak?" Penjaga kasir menunjuk foto itu.

Istri? Rayhan melihat foto di tangannya, bingung harus menjawab apa.

"Istri Bapak cantik," ujar perempuan itu.

Rayhan tersenyum. "Terima kasih."

Dengan sisa tenaga Rayhan masuk ke mobil dan menyandarkan tubuhnya. Ditatapnya foto itu. Istrinya? Lucu! Kenapa ia merasa ingin terus menyimpannya?

Coming Home (CABACA.ID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang