pusat pelatihan

4 6 4
                                    

"Huh?" Khen masih menyerap keadaan sekarang.

Khen mencoba meresap, memahami keadaan. Apa ghost itu sama dengan yang tadi, bukankah ghost yang tadi mirip seperti gembel lusuh, yang khen liat sekarang adalah wanita cantik dengan tubuh spiritual.

"Tuan terima kasih karna membebaskan saya dari kutukan yang  membuat saya tidak bisa tenang."

"Ah... Ya... Sama-sama" Melihat ke kanan dan ke kiri, yang khen pikirkan wanita ini terkena kutukan yang membuat nya tak bisa tenang.

Setelah mengatakan itu, hantu wanita yang di depannya akhirnya menghilang, ini membuat khen kelelahan ia beristirahat sebentar. Setelah memuliakan keadaan nya khen pun ke luar rumah, dengan dali yang menunggu khen mengajak nya untuk memburu jiwa yang lain.

Melawan ghost ini tidak lah sulit saat sudah tau pola serangannya, pola serangan ghost hanya menghilang lalu menyergap musuhnya dengan serangan spirit. Alasan desa ini terlihat terawat itu dikarenakan ada beberapa ghost yang mempunyai skil ilusi, sehingga bisa membuat ilusi seakan akan desa ini seperti masih di tinggali.

Setelah menyerap semua jiwa ghost, khen dan dali memulai kembali perjalanan ke desa terdekat. Dalam perjalanan tak ada musuh yang kuat, bahkan saat bertemu fungus infernus knight khen dengan mudah membunuh nya, serangnya sangat lambat dengan mudah dapat menyatat bagian tubuh monster itu, akan tetapi monster ini tak bisa di makan jamur tersebut memiliki warna cerah artinya itu beracun.

"Ah...Khen liat itu, desa yang akan kita singgahi ada di sana" Dali menunjuk ke sebuah tembok dengan gerbang dan dua penjaga.

"Desa? Itu lebih besar dari yang aku kira, terlihat seperti kota." Khen menaikan alisnya saat melihat desa.
"Karena desa itu adalah desa khusus untuk para pemula dari guild dan yang ingin menjadi petualang."
Tak lupa khen mengubah bentuk barong ke menjadi sebuah gelang di tangannya agar tidak terlihat mencolok, dali bilang Barong adalah makhluk spirit langka jadi harus di sembunyikan secara hati - hati.
Saat di depan gebang khen membayar 2 koin perak untuk biaya masuk, desa ini bernama redwood. Desa untuk orang yang ingin menjadi  petualang atau masuk ke sebuah guild. Guild adalah sebuah organisasi para petualan, saat bergabung ke sebuah guild, keuntungan nya akan sangat bagus mulai dari gaji bulanan, persediaan perlengkapan, dan lebih mudah membentuk party. Party itu sendiri adalah kelompok kecil untuk memasuki dungeon atau menaikan level dengan membunuh monster.

Desa yang khen tempati begitu besar dan ramai hampir sebuah kota, ada banyak orang, pedagang, bahkan petualang yang merekrut. Saat ini khen dan dali sedang berjalan ke sebuah bangunan yang sedikit tua, tetapi begitu banyak suara di dalam nya,

Dengan membuka gerbang, yang khen liat adalah sekumpulan orang sedang memukul boneka kayu dan bahkan ada yang sedang latihan sparing. Sekarang khen dengan dali sedang berada di  pusat pelatih pedang. Di sini khen akan membayar  3 silver lalu akan melakukan latihan selama seminggu, penginapan, dan hadiah satu pedang pendek.

Khen dan dali sekarang berpisah saat khen memasuki gerbang, dali akan pergi ke pusat pelatihan penyihir.

"Aku juga akan melakukan latihan, ini hanya untuk mengisi waktu ku agar aku tidak bosan saja." Dali berkata sambil pergi.

Khen kemudian ke tempat pendaftaran, membayar 3 silver. Khen di beri pedang kayu  oleh seorang ahli pedang yang memimpin pelatihan ini, ahli pedang tersebut memiliki postur badan tinggi, tak lupa dengan badan nya yang atletis, kelapanya yang mengilap saat terkena sinar matahari, terakhir memiliki banyak luka di tubuhnya.

Begitu banyak orang di basic training ini, kebanyakan adalah untuk menjadi petualang. Di hadapan khen sekarang ada sebuah boneka kayu,  terlihat lebih besar dari saat khen berlatih di build teritori. Khen lalu memasang kuda - kuda lalu mengayunkan pedangnya ke arah target, pedang ini lebih berat dari yang terlihat, dengan ini mengayunkan pedang menjadi lebih sulit.

Dengan terus mengayunkan pedang kayu ini, khen paham ini dibuat secara sengaja untuk para calon petualang terbiasa menggunakan pedang. Awalnya khen terlihat kesulitan saat mengayunkan pedang ini, tetapi lama kelamaan menjadi lebih mudah.

Khen memulai pelatihan dari siang tetapi saat melihat matahari, itu sudah di arah barat menandakan hari sudah sore. Di tempat pelatih ini sekarang hanya tinggal khen dan seorang wanita, dan seorang lelaki, ahli pedang yang memimpin pelatihan menyuruh berhenti lalu istirahat.

Khen di beritahu untuk pergi ke penginapan kamar paling pojok di lantai satu, wanita dan lelaki yang bersama nya entah kenapa terus mengikuti nya, hanya keheningan di perjalanan khen, terasa canggung. Khen mulai tak peduli, dan fokus akan jalannya.

Khen berhenti di depan tembok, melihat ke samping dan ada sebuah pintu, pintu dengan ukuran aneh. Khen dapat merasakan perasaan saat bertemu ghost, ada suara fear yang di rasakannya akan tetapi ini lebih tipis seakan tak terasa.

"Permisi, kenapa kalian berdua mengikuti ku? Apa aku membuat masalah?" Khen berbaik lalu bertanya kepada dua orang di depannya.

"Aku di beritahu bahwa kamar ku berada di pojok lantai satu." Pria tersebut menjawab dengan santai.

"Aku pun begitu" Jawab wanita tersebut lalu tersenyum ke arah khen.

Khen akhirnya lega, khen kira ia melakukan kesalahan lalu dia akan di rundung, ternyata mereka sekarang dengannya. Sebelum khen memasukan kunci, pintu ini terlihat lebih menyeramkan. Ada noda darah di bagian lantai, bahan pintu ini seperti terbuat dari tulang yang di cat.

Khen memilih tak peduli, mungkin ini hanyalah rasa lelah saat berlatih, kemudian khen memasukan kunci ke dalam pintu lalu membukanya. Di dalam ruangan ini terlihat menyedihkan, seperti tak terawat dan banyak sekali debu.
"Aku membayar mahal tetapi mendapatkan pelayanan seperti ini, cih menyesal aku ke sini!" Dengan berdecak pra yang tadi tak terima akan hal ini.

"Haaah... Bukannya ini terlalu buruk, apa asaat kita tidur ranjangnya aka hancur?" Wanita ini memasang wajah sedih saat melihat keadaan kamar ini.

"Mungkin sebaiknya kita coba terlebih dahulu." Khen menjadi penengah, walau ia sedikit kecewa tetapi apa boleh buat.

Di dalam kamar ada tiga ranjang, dua lemari, dan ada sebuah sebuah pakaian menggantung di tembok dekat lemari. Saat mereka membaringkan tubuh mereka ranjangnya lumayan nyaman di tempati.

"Eum hei apakah kita bisa berkenalan? Lebih baik saling mengakrabkan diri kan, namaku Khenzo dan kalian?" Khen bangun dan memulai pembicaraan.

" Setuju lebih baik kita saling mengenal kan. Aku Aina snow Albert dari dataran snow winter."  Aina pun ikut bangun.

"Panggil saja aku George." Jawab George dengan masih berbaring.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spirit WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang