Dingin. Sudah hampir dua jam Vivianne duduk seorang diri di depan pintu balkon kamar barunya yang dibiarkan terbuka. Hari ini adalah hari pernikahan, dan sudah menjadi tradisi bagi para pasangan baru untuk menghabiskan malam pertamanya bersama setelah melangsungkan prosesi sumpah. Terlebih Vivianne menikahi seorang raja, selain pemberkatan di kuil, ia juga harus menyelesaikan protokol kerajaan dalam rangka pengangkatannya sebagai Ratu Orison. Karena itu, bukan hanya ia dan suaminya, tetapi seluruh istana pasti akan membuat malam ini menjadi topik utama selama beberapa waktu ke depan.
Vivianne telah membersihkan tubuhnya dengan baik, bahkan lebih lama dari hari-hari sebelumnya. Ia ingin memberikan kesan sempurna pada suaminya sembari membayangkan kehidupan pernikahan yang indah. Namun, setelah pelayan mematikan lilin pun, Arthur tidak mengunjungi kamar mereka. Laki-laki itu membiarkannya kacau sedirian, di saat-saat yang seharusnya menjadi awal baru bagi mereka berdua.
"Dewi Nyx ...." Vivianne membuang napas kasar lalu meraup wajahnya frustasi. Tidak, ia tidak boleh berpikiran buruk. Arthur, suaminya itu adalah pemimpin sebuah kerajaan besar. Mungkin, ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan daripada menghabiskan waktu bersamanya.
Perempuan beriris cokelat itu menjatuhkan pandangannya pada gaun satin yang melekat di tubuhnya bersamaan dengan adanya sentuhan asing di bahunya yang telanjang. Vivianne terkesiap hingga hampir terjatuh. Beruntung, pemilik sentuhan itu menangkap pinggangnya dengan cepat sebelum ia membentur lantai.
"Seorang ratu tidak boleh ceroboh, Vianne."
"Maaf, aku tidak sengaja," balas Vivianne tanpa mengangkat kepala. Sungguh, suara dalam suaminya itu selalu berhasil membuat kakinya melemas sampai ia terpaksa menggenggam lengan Arthur sebagai tumpuan.
"Mengapa belum tidur?" Arthur kembali membuka suara. Ia sengaja membiarkan Vivianne bergantung padanya untuk memastikan rona merah di pipi Vivianne bertahan lebih lama.
Vivianne diam-diam mencuri pandang pada wajah Arthur. Ia reflek tersenyum. "Aku menunggumu."
"Kau tidak perlu menungguku," ujar Arthur terus terang.
"Maksudmu?" Alis Vivianne terangkat tinggi, nada suaranya pun seolah menuntut penjelasan dari perkataan Arthur sebelumnya.
"Pernikahan kita ada karena kepentingan politik. Sejak awal kau tahu itu. Aku tidak akan memaksamu untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, termasuk dengan melakukan kegiatan seperti ini."
Arthur memang mengucapkan kalimatnya dengan wajah datar. Caranya berbicara pun cenderung santai tanpa beban. Namun, ketenangan sang Raja tidak berlaku untuk Vivianne. Apa arti pernikahan mereka hanya sekecil itu?
"Lalu apa gunanya aku?" Vivianne kembali memberanikan diri untuk bertanya walaupun kedua matanya memanas.
"Kau cukup menjadi seorang ratu yang baik. Itu lebih dari cukup bagiku."
Gelak tawa Vivianne terdengar nyaring memenuhi seisi ruangan. Getir, ia terpaksa menipu dirinya sendiri hanya agar Arthur tidak menyadari kesedihan di matanya. "Menjadi ratu, ya?"
"Ya. Jika kau merasa keberatan untuk berbagi kamar denganku pun kau berhak untuk mengusirku. Aku tahu kau pasti merasa terpaksa masuk ke dalam lingkaran politik kerajaan seperti ini." Arthur melepas genggaman di pinggang Vivianne lalu melangkah mundur. "Aku akan memastikan kenyamananmu di istana selama kau melakukan apa yang aku sebutkan. Jadilah ratu yang tanpa cela, Vianne. Buktikan kemampuanmu itu."
Vivianne diam mendengarkan. Tanpa diperintah pun ia akan berusaha menjadi ratu yang sempurna bagi Orison. Tetapi demi Sang Dewi, ia tidak pernah merasa terpaksa menerima pinangan dari sang Raja. Ia mencintai Arthur dengan tulus. Meski suaminya itu bukan seorang raja sekalipun.
"Tidurlah dengan nyenyak. Aku akan berada di ruang kerjaku," ucap Arthur lagi sembari mengelus lembut kepala Vivianne.
Ditinggalkan begitu saja. Rupanya malam pertama itu akan berakhir dengan suara derit pintu yang ditutup dari luar oleh Arthur. Vivianne jatuh meluruh. Ia memang mencintai Arthur, tetapi sepertinya, laki-laki itu hanya akan menganggapnya sebagai ratu, bukan istri ataupun pasangan hidup.
25 Mei 2022
Prolog dulu hahahaha
Maaf ya, Arthur cowok kul, bukan bulol kaya Lucius🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unwanted Crown
Fantasy[17+] Fantasy-romance Vivianne menginginkan Arthur Leander, bukan takhta ratu Orison. Ia mencintai sang laki-laki, bahkan sebelum janji di hadapan Dewi diucapkan, tidak juga saat mahkota emas diletakkan di atas kepalanya. Vivianne hanya membutuhkan...