I. Why Won't You Love Me?

760 92 18
                                    

Jauh sebelum menjadi istri Raja Orison, Vivianne telah memiliki seluruh hal yang dianggap sebagian orang sebagai keistimewaan. Ia punya status perempuan terhormat dengan gelar tinggi. Kekayaan dan kejayaan Maeve pun sanggup membuatnya tetap bergelimang harta sampai mati. Namun, saat menerima uluran tangan Arthur untuk pertama kali, ia sadar kehidupannya tidak akan berjalan setenang beberapa tahun lalu.

Vivianne bukan lagi perempuan bebas yang bisa meminta ratusan permata pada kakaknya, Alejandro. Dengan statusnya sebagai ratu, ia seolah mengerti posisi Arthur selama ini. Setiap kali mahkota emas penuh safir itu diletakkan di atas kepalanya, Vivianne turut menanggung penderitaan rakyat Orison yang hidup di seluruh penjuru kota. Tangisan bayi yang kedinginan setiap malam sering terdengar bersamaan dengan orkestra pesta yang dimainkan. Pun para wanita yang ditinggalkan suaminya karena perang, iris hazel Sang Ratu selalu berubah sendu tiap kali menatap guratan-guratan pilu di wajah mereka.

Mungkin, perasaan itu lah yang membuat Vivianne menaruh kesabaran lebih pada suaminya. Ia memilih untuk mengabaikan sisi kanan ranjangnya yang selalu dingin setiap kali ia terbangun di pagi hari. Arthur tidak pernah mengunjunginya, Vivianne tahu itu. Sejak tahun awal pernikahannya hingga kini, sang Raja hanya akan menemuinya satu bulan sekali, pun hanya untuk memastikan tugasnya sebagai ratu berjalan dengan baik.

Ia memang menyedihkan, Vivianne jauh lebih paham. Di saat ia dengan bersungguh-sungguh menyerahkan hati dan pikirannya untuk Arthur, laki-laki itu tidak pernah melakukan hal yang serupa. Sang Ratu sudah mencoba memahami tingkah suaminya itu selama berbulan-bulan, bahkan hingga sekarang ketika usia pernikahan mereka lebih dari dua tahun. Namun, ia masih saja tidak paham. Arthur tidak mencintainya, Vivianne terima akan fakta itu, tetapi dengan tidak menyentuhnya?

"Dia membuatku berpikir bahwa tubuhku ini menjijikkan," ujar Vivianne asal sembari menelusupkan wajahnya di antara kedua tangan yang bertumpu di atas meja. Ia rasa, tidak ada yang salah dalam dirinya, kecuali garis lurus yang tercetak samar di pahanya hingga mencapai lutut. Bekas luka itu ia dapatkan 5 tahun lalu, saat kecerobohan dan rasa ingin tahunya membuat belati milik calon penguasa Maeve menggores gaunnya hingga menembus kulit.

Vivianne diam beberapa saat sebelum terkesiap begitu merasakan usapan di lehernya. Ia menoleh cepat, membuat hidungnya yang tinggi bersentuhan dengan pipi Arthur yang entah sejak kapan sudah berada sangat dekat di belakangnya. Pria itu mengernyit, rahangnya kaku seolah sedang meredam kekesalan.

"Kau tidak menjijikkan, Eve. Tidak sama sekali." Arthur menaikkan jemarinya menuju ujung bibir Vivianne kemudian mengecupnya dalam, membawa indera pengecapnya itu menari, mengenalkan dirinya sendiri pada kelembutan yang selama ini selalu dibayangkannya setiap malam. Ia lalu berdiri, membawa tubuh ringan Vivianne dalam pelukannya yang ia buat semenyenangkan mungkin. Lidahnya masih mencecap, bibirnya masih melumat meski saat ini posisi mereka telah berganti di ranjang dengan Vivianne di atasnya.

Suara lenguhan Ratu Orison itu terdengar merdu, Arthur menggeram lirih. Ia harus berhenti, tetapi setiap syaraf dalam tubuh kekarnya menolak keras. Dengan gerakan yang terlihat mahir, Arthur meloloskan tangannya ke bawah, semakin membuat tubuh Vivianne meremang tatkala jarinya sengaja bermain di sekitar paha. Pria itu terhanyut dalam melodi yang ia ciptakan. Desah demi desah, lenguh demi lenguh. Arthur merasa isi kepalanya terlalu penuh. Hingga sedetik kemudian, pria itu berhenti tanpa aba-aba. "Eve?"

Arthur menemukan ulang kewarasannya yang sempat menghilang. Ia memindahkan Vivianne ke sisi kiri ranjang sebelum melemparkan tatapan tajam. Tanpa kata, sang Raja menyingkap gaun malam istrinya hingga ke atas.

"Yang Mulia!" Wajah Vivianne sudah memerah, tetapi begitu menyadari objek pandang Arthur, perempuan itu langsung merasakan tangannya bergetar. Ia mencoba menutup bekas luka di pahanya dengan merapatkan kaki meski gagal karena tangan Arthur yang terlatih berhasil menahan gerakannya lebih dahulu.

An Unwanted CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang