Bab 11

16 1 0
                                    


(Dendam Berdarah)

Hampir sebulan, semenjak kematian Maya, kampung yang lengang tiba-tiba heboh dengan cerita seram dan horor. Beberapa anak kecil mengaku melihat sosok perempuan yang mirip Maya.

Maya telah menjelma menjadi sosok kuntilanak.

Sosok yang baik kini berbalik menjadi mengerikan.

Doni, orang yang pernah dekat dengannya, sangat terguncang dengan kabar yang menghebohkan itu. Dia sangat sedih orang sekampung membicarakan aibnya.
Ia bermaksud menghubungi Wa Ampi. Sahabat mereka yang tersisa.

"Entah apa yang terjadi sehingga kabar mengerikan itu harus menimpa Maya"
Doni di seberang telepon mengutarakan perasaannya kepada Wa Ampi untuk segera mencari jalan keluar.
"Menurut nenek buyutku dulu, jika mahluk itu berasal dari keadaannya yang meninggal dalam keadaan sedang mengandung. Lalu ada syarat yang dilupakan sebelum mengubur mayatnya."
Doni dan Wa Ampi asyik membahas kematian sahabat mereka tanpa Doni sadari, ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan mereka.

Malam ini Doni sedang berada di rumah iparnya, karena salah seorang keponakannya sedang sakit.

Malam yang dingin mengharuskan Doni segera pulang dari rumah kakak iparnya. Entah mengapa rasa ngantuk tak bisa ia tahan malam ini. Mungkin karena tadi siang ia tidak sempat tidur.

Jalanan yang lengang menggelitik rasa takut Doni berjalan cepat untuk sampai ke dalam rumah.

Tiba-tiba, kepalanya terasa membesar. Bulu kuduknya merinding kala melihat pohon ketapang yang ada di depannya berguncang.

Tak ada angin, tapi pohon tetap saja berguncang. Doni terpaku menatap daun daun yang terus bergerak.

Telinganya samar-samar mendengar suara tangis yang tertahan. Di balik pohon Doni melihat sosok yang membuatnya ngeri sekaligus sedih.
"Maya?"

Suara Doni bergetar.
Di sana, ia melihat sosok perempuan yang sangat ia kenali. Dengan rambut tergerai menutupi sebagian wajahnya, dan tubuhnya tanpa sehelai benang.

Suara tangis semakin pilu terdengar. Di gendongannya seorang bayi yang membiru nampak terdiam kaku.

"Maya... Pulanglah Maya... " suara Doni menjadi parau karena ikut menangis melihat wanita yang dicintainya hingga saat ini menjadi sosok yang mengerikan.

Suara tangis makin melengking dari arah pohon ketapang.

"Doni?"

Bintangnya dong....😊😊😊

Dendam BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang