O5. Samar

70 9 1
                                    

"You are the person I always hoped for, regardless of the many wounds you gave."

-r-

***

Dari banyaknya orang yang menjadi korban kecelakaan kenapa harus cowok itu yang harus mengalami amnesia. Apa hal ini boleh disebut takdir yang kejam, sedangkan diluar sana masih ada yang lebih menyakitkan.

Sejak satu tahun tragedi itu terjadi, satu tahun pula hubungannya dengan cewek itu berakhir. Rasanya tidak ada penyesalan karena hatinya sudah memilih seseorang yang menyelamatkan-nya.

Tapi kenapa sejak saat itu rasa gelisah ini selalu hadir sampai sekarang?

"Jim, ada kelas malam gak? Kalo gak ada kita nongki bareng anak sebelah." tanya Taehyung yang baru saja selesai dengan kelasnya.

"Ada, tapi gua skip." jawab Jimin.

"Kelas siapa?"

"Kak Una."

Taehyung mengangguk paham, "Yaudah gue ke kantin nyamperin anak-anak dulu."

Sebelum benar-benar pergi Taehyung sempat melihat tangan Jimin yang memegang cincin perak miliknya. Sepertinya belum lama ini Taehyung melihat laki-laki itu sesekali memakainya.

Taehyung tidak tau cerita dibalik cincin peraknya, tapi ia yakin pasti ada hubungannya dengan cewek itu.

"Jim,"

Jimin tidak menoleh, cowok itu memilih menjepit batang narkotika dengan bibirnya.

"Masih ada waktu buat lo berusaha pastiin semuanya," Taehyung menggantung ucapannya. Sampai diambang pintu rooftop, cowok itu kembali bersuara, "Sebelum penyesalan benar-benar nyata buat lo."

Jimin terkekeh pelan sebagai respon. Sambil menikmati angin sore yang menerpa wajahnya, pikirannya kembali terlempar ke satu tahun yang lalu. Ketika ia membuat keputusan.

Benar

Seperti kata Taehyung, ia harus berusaha memastikan kembali. Karena––

"Penyesalan yang lo maksud bahkan udah terasa samar sejak hari itu––"

dan tinggal menunggu waktu untuk benar-benar menjadi nyata.

***

"Nongkrong gak?"

"Gak, lo miskin."

Jihoon mendengus kesal mendengar jawaban spontan Mingyu tanpa mengalihkan matanya dari laptop.

"Kalo gue udah jaya kita gak bakal bisa main kaya gini. Gue pasti sibuk kencan sama para Jihoonatic," ujar Jihoon angkuh.

"Halah, gaya lo sebaskom, ya!" Nancy memasukkan paksa cireng yang ia beli ke mulut Jihoon.

"Uhuk...uhuk... anjir cabe setannya gede banget kaya yang ngasih."

"HIH! MATI AJA LO MATI!!"

"Kiming, temen lo, nih! Pawangnya kemana, dah?" tanya Jihoon. Ia menahan tangan Nancy yang berusaha menjewer telinganya.

HYËRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang