3. Jealousy Jealousy

2 0 0
                                    

"Ngapain lo ke rumah gua malam-malam?" tanya Rinai yang kini sudah ada di depan rumahnya menemui Axel yang tiba-tiba datang.

"Masuk dulu," pinta Axel menyuruh Rinai masuk ke dalam mobil.

Dengan terpaksa Rinai masuk ke dalam mobil Axel. Jujur saja, moodnya sedang tidak baik dan lebih buruk lagi saat melihat wajah Axel yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Apa?" tanya Rinai sarkas.

"Woh, santai dong mbak," balas Axel sambil mengemudikan mobilnya.

"Eh apa-apaan nih. Kita mau kemana? Lo mau culik gua. Berhenti Ax!" Rinai panik, dirinya seperti di bawa kabur oleh Axel.

"Diem!" perintah Axel. "Ngapain juga nyulik lo, lagipula lo gak begitu berharga buat di culik," lanjutnya sambil terkekeh pelan.

"Sialan lo!" umpat Rinai kesal. "Turunin gua. Nanti bunda cariin gua, Ax. Bunda sendirian di rumah!" Rengek Rinai serius.

Axel hanya diam, tampak fokus menyetir. Lalu dia menyambar ponsel Rinai tampak mencari-cari sesuatu.

"Apaan sih? Balikin ponsel gua!" ucap Rinai berusaha mengambil kembali ponselnya namum tertahan oleh lengan kekar Axel.

"Halo bunda, ini Axel."

Rinai terkejut mendengar ucapan Axel. Nekat sekali bocah itu menelpon bundanya. Rinai mulai panik, takut bundanya akan marah.

"Ini Rinai lagi sama saya bun, saya mau pinjem dia bentar boleh kan? Soalnya saya mau minta di ajarin tugas sekolah sama Rinai, bun," ucap Axel serius.

Seteleh beberapa detik kemudian, panggilan sudah dimatikan. Lalu Axel mengembalikan ponsel Rinai dengan santai.

"Gua udah minta izin sama bunda lo. Katanya boleh asal gak sampai tengah malam," ucap Axel.

"Gila lo ya. Lo bohongin bunda gua?" Rinai semakin jengkel pasalnya Axel berbohong pada bundanya yang mengatakan bahwa mereka mau belajar kelompok padahal entah kemana Axel akan membawanya.

"Gua gak bohong ya. Orang ganteng gak tau bohong," ucap Axel.

"Kalo emang mau belajar, mana buku lo?" tanya Rinai melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya di rumah lah. Kita belajar di rumah gua."

"Kenapa harus jemput gua? Kenapa gak nyuruh gua ke sana sendiri? Apalagi gua cuma pake training sama kaos oblong gini. Kucel banget gua woi!" protes Rinai.

"Udahlah, gak perlu banyak omong. Emang lo setiap saat selalu kucel kok. Gak perlu pake baju sopan juga ke rumah gua, orang tua gua gak bakal nerima menantu kayak lo juga dan anggep ini sebagai hukuman pertama lo," jelas Axel panjang lebar.

Rinai menghela nafas berat. Axel memang sangat menyebalkan.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di kediaman Axel yang lumayan megah. Ini bukan pertama kalinya Rinai ke rumah Axel. Hampir setiap minggu dia mengunjungi rumah Axel jika dirinya bosan. Dia juga sudah sangat dekat dengan mama Axel.

"Halo tante Berli," sapa Rinai pada mama Axel di ruang keluarga.

"Eh halo Rinai, kamu apa kabar?" tanya Berli.

"Aku baik tante," jawab Rinai.

"Gak usah sok kalem, lo gak cocok," ucap Axel di sela-sela percakapan keduanya yang langsung di beri pukulan keras oleh Rinai.

"Aw, sakit goblok!" ringis Axel kesakitan.

"Aduh, mulutnya," tegur Berli.

"Hehe maaf ma. Rin, lo naik duluan ke kamar gua. Gua ambil cemilan dulu," perintah Axel langsung diberi anggukan oleh Rinai.

TEMAN KOK GITU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang