1. Harimau dan Kancil

7 4 5
                                    

"Siapa yang makan bekal gue!?"

Suara nyaring gadis remaja berperawakan tinggi dan cantik itu menggema di ruangan kelas dengan ekspresi wajah kesal sambil berkacak pinggang.

Berhubung sekarang sedang jam istirahat pertama, syukurlah suasana kelas tak terlalu ramai hanya ada belasan siswa yang tetap memilih di dalam kelas sedangkan siswa lainnya memilih ke luar.

"Lo ya? Lo yang makan bekal gua?"

Rinai Hujan nama gadis itu. Tak seperti namanya yang kalem, pribadi sesungguhnya kebalikan dari namanya. Ia cantik, putih, bersih, tinggi, bergingsul tetapi kelebihan tersebut tertutupi oleh sisi lain dirinya yang tomboy nan sarkas pada siapapun yang berani bermain-main dengannya.

"Bu-bukan gua," ucap salah satu cowok teman sekelasnya yang ia tuduh. Tampak jelas ekspresi takut dari cowok tersebut mengingat betapa ganasnya gadis tersebut.

"Sialan!"

Pukk

Kemudian orang-orang di kelas tersebut tersentak kaget mendengar umpatan Rinai bersamaan dengan kotak bekalnya yang ia banting di meja.

Saat jam istirahat tadi, Rinai sengaja meninggalkan bekalnya di kolom meja. Dia ingin ke toilet sebentar. Namun tanpa dia sangka, saat dirinya kembali, makanan yang dia buat dengan susah payah hanya tinggal sesendok saja.

"Sabar Rin, tenang dulu. Kalo lo marah-marah gini nanti lo bisa kena serangan jantung," ucap Miranda—teman sekelas Rinai—dan langsung mendapat tatapan tajam dari Rinai.

"Gua gak akan kena serangan jantung, Nda, tapi bakalan mati kelaparan," balas Rinai yang membuat Miranda menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ah Rinai, jangan-jangan ... " Miranda menggantungkan kalimatnya membuat Rinai mengernyit tak paham. Kini Miranda membisikkan sesuatu pada Rinai sampai membuat Rinai makin kesal.

Rinai mengepalkan tangannya kuat, raut wajah geramnya mampu membius seisi kelas. Pernyataan yang Miranda bisikkan padanya ada benarnya. Setahunya, tak ada yang berani main-main dengannya kecuali seseorang yang aneh.

"Ternyata masih berani lo main-main sama gua ya." Rinai tersenyum licik lalu berjalan dengan cepat meninggalkan kelasnya.

"Rinai tunggu!"

Rinai tak menghiraukan panggilan Miranda. Dia berjalan melewati koridor kemudian menaiki tangga dengan terburu-buru. Tujuannya saat ini adalah rooftop, dia tahu betul bahwa pelakunya sekarang ada di rooftop.

Brukk.

Tiba-tiba tanpa sengaja, Rinai menubruk seorang siswi sampai siswi tersebut jatuh ke lantai dan barang-barang yang ia bawa berhamburan.

"Eh Senja, lo gapapa?" tanya Rinai kemudian membantu siswi yang ia sapa Senja tersebut. "Duh, maaf soalnya gua lagi buru-buru," lanjutnya.

"Aku gapapa," jawab Senja yang merupakan teman sekelas Rinai.

Rinai melanjutkan jalannya dengan terburu-buru tanpa menoleh lagi melihat Senja dan tanpa sadar meninggalkan sesuatu di sana.

Setibanya di rooftop, Rinai mengedarkan pandangannya ke seluruh arah untuk menemukan seseorang yang di carinya tetapi tak ada siapapun disana.

"Aneh, biasanya kalo jam istirahat dia disini," heran Rinai.

Karena tidak menemukan siapapun, Rinai berniat kembali saja ke kelas dan bisa membalasnya nanti. Tetapi saat Rinai berbalik badan tiba-tiba ...

"Ddoorr!!"

"Aahhh!"

Plak.

Rinai berteriak kaget dan refleks menampar wajah seseorang yang mengagetkannya barusan. Sedangkan orang yang ditampar lebih kaget lagi, niatnya hanya iseng tetapi malah sial.

TEMAN KOK GITU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang