BAB 3

16 3 0
                                    

AKU MASIH DI JALAN, HUJAN MACET JUGA. KAMU TUNGUH SEBENTAR LAGI YA SAYANG..

MAS AKU TAKUU

hapus...

Ga jadi deh, aku ga mau Mas Farhat kepikiran, tapi aku benar-benar takut sendirian. Belum lagi Ryan ga berhenti nangis dari tadi.

"Duh Ryan, tenang dikit dong nak, mama jadi bingung, kamu nangis terus dikasih susu ga mau." Hujan juga deras di luar sana. Di hiasi petir aku menutup gorden jendela. Dilihat-lihat pohon itu lebih menyeramkan di saat seperti ini.

JDEERREE!!!

"Ahhh.." kilatan petir membuatku berteriak kaget.samar-samar kulihat juga putih-putih di dahan pohon. Pasti kain ku yang tertiup angin kencang tadi, apa boleh buat esok saja kuambil.

Aku menidurkan Ryan saat ia sudah tenang. Tak lupa kuputar ayat-ayat agar dia tak ketakutan. Kucium keningnya.

TOK TOK TOK TOK!

"Ryan di sini dulu, Mama mau bukain Pintu buat Papa." Aku bergegas membuka pintu. Dan melihat Mas Rahmat basah kuyup.

"Ya ampun Mas."

"Ini apa Mas."

"Oh itu kain milik kita tersankut di pohon pasti karena anginkan? Ini juga ada manga kebetulan teman Mas kasih buat kamu, katanya dia mau kasih tapi ga tau kalo kamu udah lahirin, dia sampai kaget pas udah tau anak kita lahiran."

"Bentar aku ambilkan handuk dulu."

"Kamu keringkan badan kamu dulu ya, abis itu mandi makanan udah aku siapin, aku nunguh kamu pulang dari tadi supaya kita bisa makan berdua."

"Yaudah Mas mandi dulu ya." Mas Farhat memegang pipiku. Gelap.

Lampu tiba-tiba mati. Ryan juga tiba-tiba menangis. Aku menghidupkan lilin untuk menerangi jalanku ke kamar satunya lagi untuk mas Ryan.

"Yaudah Mas aku ke kamar dulu."

"Owekkkk.. owekkk."

Tangis Ryan makin kencang.

"Cup cup tenang Nak, Mama ada di sini ya sayang, Ryan ga perlu takut lagi ada lilin nih."

TING.

MAS MASIH TERJEBAK DI MACET NIH, OH IYA DEK KAMU MINTA DI BELIIN OLEH-OLEH APA MAS PULANG NANTI?

TAK KLOTAK!..

aku menutup mulutku, mataku berkaca-kaca.. nggak-nggak ini ga mungkin.

Aku baru aja ngeliat Mas Farhat barusan. Ini gak mungkin.

MAS GA LUCU YA PRANK NYA! INI LAGI MATI LAMPU LOH

Teng.

LOH MAKSUDNYA APA DEK?

BARUSAN TADI KITA KAN NGOBROL, MAS BASAH KUYUP TERUS BUAH-BUAHAN NYA GA USAH BECANDA DEH PLSS DEH MAS

Teng.

KAPAN MAS PULANG, INI SAJA MAS MASIH DI KEMACETAN

FOTO

Aku semakin tak percaya degan kegilaan ini, Mas tolong dong aduhh.. mataku berkaca-kaca terus yg tadi..

Suara piring pecah.

Aku megidupkan senter hp dan pelan-pelan ke ruang tamu. Suasana yg gelap dan hening terasa mencekam semakin aku melangkah. Kulihat asal suara. Ternyata piring yg sama degan lilin yg kuberikan ke Mas Farhat barusan. Bakan lilin tersebut masih menyala walau tergeletak terbaring di lantai.

Ddrrrrrrrr...

"H-hallo."

"Ahhhh ahhhhrrr... Ahhhhhhh....." Nafas berat.

"Haloo degan siapa ya?"

"Ahhh ahhhkkkkkk argghhhhhh...AHHHRGGGGGGG.." ahh langsung saja kulemparkan hp tersebut. Aku memegangi dadaku. Suara tangis Ryan terdengar kencang.

Langsung saja kuambil lilin tergeletak di lantai, tapi. Baru saja bangkit aku baru sadar sesuatu berdiri di depanku. Bewarna putih, suara gamelan jawa terdengar merdu. Hati ku terasa mati rasa melihat lidah terjulur dari wajah terbungkus kain kafan kotor yg baru saja dikuburkan...

Begitu dekat...

Saling menatap....

Ini nyata......

Semua gelap......

KISAH NYATA TINGAL DI SARANG BUNIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang