bab 1

54 1 2
                                    

Shehila Halimah seorang gadis cantik berkerudung tampak sedang menunduk ketika ditatap oleh seorang pemuda. Bagaimana tidak, ia adalah seorang pemuda yang telah lama shehila kagumi. Sudah sejak dua tahun yang lalu bermula dari ia yang berkunjung ke rumah orang tua shehila sebagai bos ditempat ayahnya bekerja. Pada saat itu ayahnya sedang sakit Apendisitis yang memerlukan tindakan operasi untuk penyembuhan. Saat ini pemuda itu datang lagi ke rumah orang tua shehila untuk mengkhitbahnya. Alangkah senang hati shehila ketika lelaki pujaannya berniat mempersuntingnya menjadi pendamping hidup.

"Niat kami sekeluarga ingin bersilaturahmi sekaligus mengkhitbah shehila untuk menjadi pendamping putra kami Rizqul Mahendra" ujar Liam selaku papanya Rizqul mengutarakan maksud dari kedatangan keluarganya.

"Kami senang atas kunjungan bapak sekeluarga, untuk niat baik dari putra bapak saya serahkan kepada putri saya" sahut Hafizul ayahnya shehila.

"Bagaimana nak, apakah kamu bersedia menerima pinangan dari nak Rizqul" kata sufiyah bundanya shehila menimpali perkataan  suaminya.

Dengan tertunduk malu Shehila berkata kepada semua orang yang ada di dalam ruangan itu.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya bersedia menerima pinangan dari  mas Rizqul"

shehila berkata sambil menegakkan pandangannya untuk menatap semua orang dan tanpa sadar pandangannya beradu dengan mata tajam Rizqul. Seperkian detik shehila pun tersadar dan kembali menundukkan pandangannya.

"Alhamdulillah, karena shehila juga sudah menerimanya sekarang tinggal menentukan kapan acara terlaksana dan menyiapkan persiapan pernikahan" ujar Liam dengan wajah kelegaan yang kentara.

Rizqul yang dari tadi hanya diam akhirnya bersuara menetapkan  hari pernikahan

"Kami akan melangsungkan pernikahan seminggu dari sekarang"

Shehila sedikit tersentak mendengar waktu yang diutarakan oleh Rizqul terkesan sangat mendadak.

"Apakah tidak terlalu terburu-buru, kita perlu mempersiapkannya. Apakah waktu seminggu cukup?" Tanya sufiyah

"Semua persiapan pernikahan saya yang akan mengurusnya, shehila bisa memilih tema dan konsep sesuai keinginannya" ujar Rizqul berusaha untuk meyakinkan.

"Baiklah, pernikahan akan di selenggarakan seminggu dari sekarang" ujar Hafizul menyetujui.

Setelah selesai pembicaraan mengenai pernikahan Rizqul dan shehila, rombongan keluarga Liam berpamitan untuk kembali ke kediamannya. Setelah itu shehila ditanyai oleh kedua orangtuanya. Hafizul bertanya kepada shehila mengenai keputusannya.

"Apakah shehila sudah yakin dengan keputusan ini nak ?"

"Insyaallah, Ayah jangan khawatir shehila ikhlas menerima lamaran mas Rizqul"

"Walaupun perbedaan umur kalian yang terpaut 10 tahun ?"

"Umur bukankah masalah ayah"

"Tapi shehila masih muda sayang" sufiyah ikut bergabung kepercakapan anak dan ayah itu.

"Umur shehila sudah 19 tahun bunda, bukan anak-anak lagi"

"Berapapun usia shehila, tetapi kamu tetap anak ayah nak. Ayah tidak ingin kamu terluka atau menderita di kehidupan pernikahanmu" Hafizul berkata sambil menahan air matanya. Ia tidak menyangka gadis kecilnya secepat ini akan dimiliki oleh orang lain.

"Shehila sayang ayah dan bunda, do'a kan semoga pernikahan shehila kelak sakinah mawadah warahmah"

"Aamiin" jawab mereka bersamaan.

Hari semakin malam, mereka memutuskan masuk ke kamar masing-masing. Di dalam kamar shehila tidak henti-hentinya tersenyum sampai menutupi wajahnya dengan bantal dan berguling kesana-kemari di atas tempat tidur minimalis itu.

"Ya Allah, benarkah ini?, Aku akan menikah dengan mas Rizqul" suara shehila teredam oleh boneka berukuran besar yang didekapnya.

Setelah puas dengan tingkah absurdnya, shehila pun tertidur dengan hati yang berbahagia.

.............

Kicau burung terdengar dari pohon mangga yang berada di samping kamar shehila. Karena merasa terusik, putri tidur yang semalam baru dilamar itu terbangun.

"Hoam ......sudah pagi ternyata, hari ini aku ada jadwal kuliah nih" shehila berujar sambil menyibak selimut dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit mandi dan berdandan, shehila keluar kamar menuju ruang makan yang bersatu dengan dapur. Di dapur tampak sufiyah yang sedang berkutat dengan masakannya.

"Bunda masak apa ?" Tanya shehila

"Bunda masak nasi goreng telur mata sapi kesukaan kamu" jawab sufiyah

Terdengar langkah yang berjalan kearah mereka. Hafizul yang berjalan sambil memasang jam tangan di pergelangan tangannya.

"Lagi ngobrolin apa nih ?, Ayah kok gak di ajak?" Kata Hafizul.

"Bukan apa-apa kok yah, hanya saja kata bunda ayah makin ganteng hehehe...." jawab shehila.

"Ayahmu ini memang ganteng dari sejak lama nak hahaha....." Kata Hafizul di susul dengan tawanya.

"Iyalah, ayah memang ganteng. kan suaminya bunda yang cantik". Ujar sufiyah dengan bangganya.

Mereka tertawa bersama-sama. sangat kentara kebahagiaan keluarga ini. Di tengah-tengah momen itu, shehila berharap semoga rumah tangganya kelak  seperti kehidupan rumah tangga orang tuanya.

"Sudah, ayo kita sarapan" ujar sufiyah sambil berjalan ke meja makan mempersiapkan makanan.

Di meja makan Hafizul menawarkan agar shehila berangkat ke kampus bersamanya

"Shehila pergi ke kampus sama ayah aja ya"

"Gak perlu yah, nanti ayah terlambat masuk kerja"

"Ya gak masalah lah, kan bos nya calon mantu.hahahah....."

"Eh ayah gak boleh gitu, harus tetap profesional ya!" Tegur sufiyah kepada suaminya itu.

"Enggak kok bund, ayah becanda doang" sanggah ayah sambil cengengesan.

" Yaudah shehila berangkat ke kampus dulu yah bund, soalnya perlu ke perpustakaan dulu nih" pamit shehila sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Yang rajin belajarnya nak, nanti kalau sudah nikah harus pandai bagi waktu belajar dan mengurus rumah tangga" nasehat sufiyah kepada shehila.

"Insyaallah bunda" jawab shehila sambil tersenyum manis.

"Yaudah, cepat berangkat nanti telat masuk kelasnya" ujar Hafizul dengan nada mengusir.

"Ayah ngusir shehila?!"

Shehila menanggapi dengan wajah merajuk. Tidak tahan dengan drama suami dan anaknya, sufiyah pun melerai ayah dan anak itu.

"Kalian harus segera berangkat agar tidak terlambat"

Setelah drama yang dibuat oleh Hafizul dan shehila, akhirnya anak dan ayah itu pergi berangkat untuk mengerjakan kesibukan masing-masing.

harapan seorang ShehilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang