“Sania.” Seorang lagi memanggilnya dari arah belakang membuat Sania berputar untuk menjawab sapaannya, namun setelah berputar Sania justru dibuat terpaku melihat sosok dari masa lalunya berdiri tersenyum manis.
“apa kabar?”
***
Dua insan yang pernah memadu kasih itu duduk saling berhadapan, dengan salah satunya yang terus tersenyum dan yang lainnya nampak sangat canggung.
Tentu sisi yang canggung adalah Sania, ia nampak sangat tak nyaman duduk berhadapan dengan orang didepannya itu. Entah sudah keberapa kalinya ia meneguk minuman miliknya untuk menghilangkah kegugupan dari dalam dadanya.
“udah lama gak ketemu, kamu gak kangen aku?” gadis lain dihadapannya tersenyum menggoda, ia justru nampak senang melihat Sania yang nampak canggung saat bertemu dengannya.
“bisa gak gausah pake basa basi lagi Nin?” tanya Sania dengan tegas, bagaimanapun juga gadis dihadapannya ini adalah orang terakhir yang ia ingin temui di muka bumi, atau bahkan tak ingin ia temui sama sekali?
“hanya beberapa tahun gak ketemu kamu mendadak jadi segalak ini ya?” gadis itu mencoba meraih tangan Sania yang berada diatas meja namun Sania telah menarik tangannya terlebih dahulu.
“kita emang udah bertahun-tahun gak ketemu Nin, tapi ingatan terakhir kita masih kerasa baru kemarin didalam kepalaku.” Jawab Sania terdengar tragis, yah ia dan mantan kekasihnya ini telah putus beberapa tahun lalu namun kenangan menyakitkannya terasa seolah baru terjadi kemarin.
“oh, bagus dong kalo begitu.” Sania menatap gadis didepannya dengan pandangan nanar, bagaimana bisa ia mengatakan hal yang sangat menyakitinya semudah itu? Apa ia lupa dengan apa yang ia lakukan dan katakana di akhir hubungan keduanya?
Ia ingin mengamuk namun mendadak ponselnya bordering, menampilkan nama kak Camelia di layar ponselnya dan tanpa berpikir panjang ia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
“halo, kenapa kak?”
‘kamu masih belum pulang kerja? Aku sama Lily sama Soka mau makan di luar.’
“ah iya aku masih ketemu sama temenku dulu kak, kalian makan malem duluan aja.”
‘yaudah kalo gitu kita makan duluan ya!’
‘gamau! Lily gamau makan kalo gak sama Sania!’ entah kenapa Sania secara otomatis tersenyum kala mendengar rengekan Lily saat itu, padahal sebelumnya ia merasa sangat amat kesal.
‘Lily jangan gitu ih!’ kali ini suara Soka yang terdengar.
‘bodo amat aku mau makan sama Sania!’
‘heh!? Siapa yang ngajarin kamu bahasa kayak gitu!?’ Sania terkekeh pelan mendengar omelan kak Soka.
“maaf kak, kayaknya aku yang ngajarin deh.” Sania mengaku membuat Camelia tertawa pelan dari seberang panggilan.
‘yaudah kalo gitu, Sania kamu sekarang lagi dimana?’
“Starbucks Pondok Indah Mall kak.”
‘loh? Kita juga lagi di PIM ini. Kita samperin kesana sekalian ya biar gak misah-misah lagi.’
‘kita bakal ketemu Sania!?’
‘iya ayo kita ke Sania.’
‘yeay!’ sungguh senyuman Sania nampak sangat lebar mendengar Lily yang terdengar begitu bahagia hanya karena mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI KOK GITU!?
Teen Fiction"Karna kamu udah berhasil nemuin selendangku yang hilang, kamu bisa menikahiku!" Gimana jadinya kalo penemu selendang bidadari itu adalah seorang perempuan?