Rumah tampak sepi saat Saka menuruni tangga. Setelah pulang sekolah, Saka memilih mengurung diri di kamar untuk tidur.
Tampaknya Bell lagi-lagi mengekori Papa mereka ke lapangan golf. Jika Bell adalah ekor Papanya, maka Saka dan Sean adalah bodyguard mamanya. Untung saja Sean memilih sekolah di luar dan tinggal di asrama, sehingga Saka bisa menguasai Mamanya seorang diri.
Dengan pakaian basketnya, Saka berjalan menuju dapur. Disana ini mendapati Momo sedang makan di temani salah satu anak buahnya.
"Mama kemana Om?" Tanya Saka sopan.
"Ikut bapak sama Bell main golf tuan" ucap Momo sopan.
Saka hanya mengangguk mengerti. Lalu ia berjalan menuju mesin pendingin dan mengeluarkan botol air minumnya. "Aku mau lomba basket di sekolah sekarang Om" ucapnya menginformasikan.
Momo adalah ayah kedua untuknya. Karna entah mengapa, disaat ia membutuhkan seseorang, Momo selalu ada disitu. Momo tampaknya mengirimkan beberapa anak buahnya untuk mengintai mereka bertiga. Termasuk dirinya yang suka berbuat ulah di luaran sana.
"Mau saya temani tuan?" Tanya Momo menawarkan diri. Benar apa katanya, Momo juga tampaknya menganggap dirinya seperti anak. Jika kedua orangtuanya tidak bisa menghadiri suatu acara, maka Momo lah yang akan menggantikkannya. Dan mereka bertiga tidak pernah mengeluh akan hal itu, karna mereka juga menganggap Momo sebagai orangtua mereka.
Terkekeh hingga kedua matanya menyipit, Saka berucap, "enggak perlu. Bukan pertandingan besar kok. Cuma pertandingan sesama sekolah untuk kerja sama" jawabnya lalu berpamitan.
Biasanya, penyemangatnya sebelum bertanding seperti ini adalah Mama serta adiknya, Bell. Maka dari itu, sebelum berangkat ke sekolah, Saka meminta seseorang mengantarnya ke lapangan golf milik mereka yang berada di belakang bangunan rumah.
Lapangan golf itu memiliki jalan akses sendiri untuk tamu dari luar dan ada jalan akses khusus dari rumah mereka. Lapangan itu sebenarnya milik mereka, hanya saja, agar lapangan itu sedikit berguna, Mamanya juga membuka untuk orang umum di jam-jam tertentu. Seperti sekarang, lapangan itu cukup ramai padahal jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Saka turun setelah mereka sampai ke bangunan satu lantai tempat para pemain biasanya beristirahat sambil menikmati cafe serba ada yang mereka jadikan salah satu fasilitas. Ia berjalan menuju sudut ruangan tempat orangtuanya biasanya beristirahat. Dan benar saja, Mama serta Papanya saat ini sedang beristirahat sambil menikmati minuman dingin. Sedangkan Bell tertidur di sofa yang berada di belakang papanya, dengan salah satu tangannya memegang kaus bawah Papanya.
Saka hanya bisa menggeleng. Adiknya itu terlalu manja dan cerewet, hingga membuat Mama mereka bingung, sebenarnya adiknya keturunan siapa, karna Mama dan Papa mereka tidak seperti itu dulu.
"Eh Sakaku!" Sapa mamanya dengan genit saat melihat Saka berjalan ke arah mereka. "Mau kemana sih ganteng, kok udah macho gini" goda Angel terang-terangan.
Saka hanya tertawa geli mendengar ucapan Mamanya. Permasalahannya, mama mereka selalu dengan terang-terangan memanggil mereka sebagai si ganteng dan si tampan, dan hal itu membuat Papa mereka sedikit cemburu karna tidak ada panggilan sayang penuh pujian seperti mereka.
"Aku ada pertandingan basket di sekolah Ma. Mau pamit dulu sakalian ambil jimat penyemangat aku biar menang" katanya, lalu mencium seluruh wajah mamanya kecuali bibir, karna menurut papanya, bibir mamanya adalah miliknya sendiri.
Setelah puas dengan Mamanya yang kegelian, Saka berjalan ke arah adiknya yang masih tertidur. Ia bahkan dengan tidak manusiawi menjiumi adiknya itu dengan gemas, membuat Bell merengut kesal dan berakhir nangis lalu mengadu ke Papa mereka.
Saka hanya terkekeh kecil. Mengganggu adiknya adalah kepuasannya.
"Pamit ya Ma, Pah" pamitnya setelah membiarkan Papanya mengecup pucuk kepalanya.
"Harus menang ya abang!!" semangat Mamanya dengan ceria.
Saka mengedipkan matanya, membalas ucapan mamanya.
Inilah yang paling disukai olehnya. Papa dan mamanya selalu memperlihatkan rasa cinta dan sayang mereka dengan terang-terangan. Orangtuanya mengajari untuk selalu memperlihatkan rasa sayang dan cinta kita dimanapun. Hal itu membuat mereka berlima sangat saling terikat, saling mendamba dan memerlukan. Keluarga yang hangat di bangun oleh dua orang dengan sejarah keluarga yang berantakan.
^^^
Suasana sorakan kemanangan dari sebelah kirinya mendominasi lapangan. Teman-temannya dengan terang-terangan melakukan tarian kemanangan karna mereka berhasil menuju final.
Nafas Saka sedikit terengah-engah. Setelah menghasilkan dua point di akhir-akhir pertandingan, mata Saka entah mengapa tertuju ke arah itu.
Sebelumnya, ia tidak menyadari lawan mereka adalah sekolah SMA Negeri 06, sekolah yang berada tepat di depan sekolah Adiknya, Bell.
Perlahan bibir Saka menyunginggkan seringai. Ia sepertinya mendapatkan mangsanya kali ini. Dan Saka harus mencari tahu, apa yang menyebabkan perhatiannya bisa selalu terpusat ke gadis itu. Gadis dengan tubuh yang tidak ideal alias semok. Apa yang menyebankan gadis itu spesial hingga membuatnya selalu sadar saat gadis itu ada di dekatnya.
Disisi lain, Vodka merasakan kulitnya meremang, seperti ada makhluk halus yang sedang menatapnya. Ia menatap sekelilingnya, memperhatikan mewahnya gedung sekolah bertaraf internasional tempatnya berada sekarang.
Mana mungkin ada makhluk halus disini. Penghuni sekolahnya saja kebanyakan orang asing, dan Vodka yakin, server hantu di Indonesia dan negara lain itu berbeda.
"Vod, yuk pulang! Sia-sia kita datang kesini" ucap temannya, Sharla kesal.
Vodka hanya bisa meringis. Temannya yang cantik ini memang datang kesini hanya karna motivasi dari kapten basket sekolah mereka, yang dengan percaya diri bisa mengalahkan sekolah ini.
Mereka memang sedikit unggul di bagian akademis, tapi sepertinya tidak di bidang non akademis.
Mereka mulai berjalan menyusuri lorong sekolah menuju tempat mobil Sharla di parkirkan. Vodka mulai terbiasa saat mereka menjadi bahan pandangan dari orang lain. Hal wajar, mengingat Sharla ada most wanted di sekolahnya. Sharla cantik, tinggi dan ramping, tidak seperti dirinya yang tidak terlalu tinggu dan obesitas. Vodka sadar diri kok, bahwa dirinya memang cewek gemuk yang sangat tidak cocok berteman dengan Sharla.
Ia bahkan sering berakhir sakit hati, di saat laki-laki seumuran mereka mendekatinya hanya agar bisa terlihat di mata Sharla. Ia sudah sering menjadi tempat pelampiasan orang-orang yang di tolak oleh Sarla, dengan alasan karna tidak ingin menyakiti dirinya.
Ya walaupun begitu, Vodka tidak pernah merasakan kebencian ataupun iri hati ke temannya ini. Tepatnya ke sohibnya yang sudah berteman dengannya sejak dari orok.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Its You Babe!!! (END)
Genç KurguSaka memperhatikan adiknya, Bell, keluar dari mobilnya, setelah memberikan kecupan manis di pipinya. Ia memperhatikan dengan posesif saat adiknya memasuki gerbang sekolah. Saka mengakui bahwa darah posesif serta diktaktor dari kedua orangtuanya menu...