(8)

36 5 0
                                    

Keesokan harinya setelah hari dimana Mark mencium Jaebeom, Mark mengajaknya bertemu dan Jaebeom ragu untuk mengiyakan ajakan tersebut. Karena dia masih malu jika berhadapan dengan sabahat sekaligus cintanya itu. Walaupun Jaebeom merasa bahagia melebihi apapun tapi tetap saja, bertemu lagi setelah Mark menciumnya pasti akan sangat canggung.

Pada akhirnya mau tak mau ia harus bertemu dengan Mark.

Dengan gugup Jaebeom membuka pintu rumah Mark dan langsung masuk tanpa menoleh kearah Mark yang sedang berada di dapur. Jaebeom melangkahkan kakinya ke sofa yang terletak di depan TV melepaskan jaketnya sambil menunggu Mark.

Mark yang sudah menunggu Jaebeom daritadi langsung menghampirinya, menatap lelaki yang memiliki tahi lalat kembar dimatanya itu dengan serius.

Tahu dirinya sedang diperhatikan, Jaebeom langsung membuka percakapan
"Kenapa?"

"Soal kemarin, gue-" belum sempat Mark menyelesaikan kalimatnya Jaebeom sudah memotong dengan cepat

"Gapapa Mark gue ga marah kok, lo ga perlu jelasin gimana-gimana."

Mark tersenyum, "Beom gue belum selesai ngomong, jadi dengerin dulu."

Jaebeom terdiam dan Mark mengambil napas dalam.

"Butuh waktu lama buat gue ngeyakinin diri sendiri kalo gue pantes buat lo, walaupun kita sahabatan udah lama banget. Apalagi selama ini lo selalu ngejagain gue, ngerawat gue, nolongin gue, selalu ada kapanpun gue butuh sandaran. Akhir-akhir ini gue selalu mikir, gimana jadinya kalo lo ninggalin gue, dan gue sadar kalo gue ga bisa hidup tanpa lo Beom. Lo itu separuh hidup gue yang berarti banget. Gue ga bakal siap buat kehilangan lo, sekarang, besok atau kapanpun ga akan siap dan gamau. Dari dulu sampe sekarang kita ga bakal berubah, lo tetep jadi rumah gue, tempat gue pulang, tempat pertama yang gua datengin susah maupun seneng. You're my home, my angel, my world, my brother, and my bestfriend. Jaebeom, gue pengen nambahin lagi dari semua yang udah gue sebut tadi. Gue pengen lo jadi pacar gue Beom, my boyfriend, my miracle. Maaf butuh waktu lama buat gue sadar, tapi lebih baik terlambat daripada engga sama sekali kan. Jadi Jaebeom would you be mine forever?"

Jaebeom menangis mendengarkan semua perkataan Mark. Mulutnya seolah terkunci tak ada satupun kata yang bisa keluar. Dia lalu menatap Mark, berdiri dan merentangkan kedua tangannya.

Mark paham pasti apa maksut Jaebeom, dirinya langsung menghampiri dan memeluknya erat. Mereka berdua larut dalam kebahagiaan, berpelukan seakan tiada hari esok, tersenyum dan mengucapkan rasa syukur dalam hati.

Drive You Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang