"Mark pulang kerja gue jemput ya, chat aja nanti keluar jam berapa," ucap Jaebeom di telepon
Jaebeom menelepon Mark tadi. Mereka ingin makan malam bersama, setelah hari yang membahagiakan kemarin.
"Gausah Jaebeom, kasian lo capek. Langsung ketemu di restaurant aja." Mark mencoba membujuk Jaebeom agar tidak menjemputnya karena jarak tempatnya dan Jaebeom bekerja itu cukup jauh, ia tak mau kalau kekasihnya harus jauh-jauh menyetir demi untuk menjemputnya.
"Ihh gamau tau pokoknya gue jemput," ucap Jaebeom, lalu teleponnya dimatikan begitu saja. Mark mendengus lalu terkekeh, sahabat yang kini menjadi kekasihnya itu memang keras kepala.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 saatnya Mark pulang. Dia tadi sudah mengirim pesan pada Jaebeom dan sekarang Jaebeom sedang dalam perjalanan.
Saat Mark sedang merapikan mejanya, matanya tak sengaja melirik figura yang memang dia letakkan disana lalu tersenyum. Itu adalah fotonya dan Jaebeom saat mereka lulus kuliah, waktu memang cepat sekali berlalu batin Mark.
Mark kini berjalan menuju lobby kantornya, menunggu Jaebeom. Entah kenapa setelah meninggalkan mejanya tadi, perasaan Mark menjadi tidak enak. Pasti akan ada sesuatu yang terjadi pikirnya. Tapi Mark cepat-cepat menepis pikiran itu setelah melihat pesan Jaebeom yang akan sampai sebentar lagi.
Sambil menunggu Jaebeom sampai, Mark berinisiatif untuk membelikan kekasihnya susu strawberry di toko seberang kantornya. Lelaki sipit itu sangat menyukai susu strawberry, padahal menurut Mark lebih enak susu coklat.
Jaebeom sudah sampai tepat saat Mark keluar toko. Mark terkekeh melihat Jaebeom yang tengah kebingungan mencarinya lalu ia membuka ponselnya dan menelepon Jaebeom.
"Mark dimana? gue udah sampe nih," tanya Jaebeom.
"Liat seberang jalan deh." Jaebeom yang mendengar perkataan Mark langsung menoleh ke seberang jalan dan matanya langsung bertemu dengan Mark yang sedang tersenyum menatapnya.
"Tunggu disana ya!!" lalu Mark memutus sambungan telepon.
Mark menoleh kekanan dan kekiri sebelum menyeberang, memastikan tidak ada mobil atau motor yang lewat. Lalu menyebrang menghampiri Jaebeom yang sudah menunggunya.
Tanpa dia tau, ada satu mobil dengan kecepatan yang tinggi melaju kearahnya. Jaebeom yang melihat itu langsung berlari kearah Mark. Berlari sangat kencang sampai Mark tidak menyadari Jaebeom sudah berada didepannya, mendorongnya kuat hingga ia terjatuh. Dan disaat yang bersamaan mobil yang tadinya melaju menuju Mark kini sudah mengenai tubuh Jaebeom.
Menghantam dengan hebat sampai Jaebeom terpental jauh. Kejadian itu berlalu cepat sekali. Mark melihat semua terjadi didepan matanya. Bagaimana Jaebeom lagi-lagi melindunginya.
"JAEBEOMMMM!!!!" Mark berlari tak memperdulikan sekitar karena yang terpenting sekarang adalah kekasihnya.
Mark memeluk tubuh Jaebeom yang sudah berlumuran darah, "Jaebeom bangun!!! ayo kita kerumah sakit sekarang!!!"
Tangannya yang menepuk-nepuk pipi Jaebeom kini ikut memerah. Ia menangis, meminta pertolongan.
"M-mark jangan nangis..." ucap Jaebeom lemah, tangannya mengusap wajah Mark perlahan dan lembut.
"Jangan n-nangisin gue m-mark, g-gue gapapa.." namun air mata Mark terus mengalir, seakan tak bisa berhenti.
"Jaebeom jangan banyak omong, tunggu sebentar lagi ambulance datang. Lo pasti kuat Beom!!" Mark semakin terisak dan terus mendekap Jaebeom.
Tangan Jaebeom bergerak mengusap air mata Mark, "ber-henti nangis d-dong, g-gue ga suk-a liat l-lo nangis." ucapan Jaebeom semakin terbata-bata dan melemah.
"L-lo harus jan-janji sama gue.. j-jangan n-nangis lagi h-habis ini yaa.. jang-an sampe luk-a soalnya g-gue gabisa ja-gain lo lag-i.. senyum M-mark.. lo je-lek kalo nang-is.." Jaebeom berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan perkataannya, ia kesakitan.
"Ngomong apa sih?! lo pasti kuat Beom, gue tau itu. Kita bakal sama-sama terus. Bertahan sebentar lagi ya please gue mohon..." Air mata Mark terus berjatuhan, sambil memeluk Jaebeom erat dia berdoa dalam hati untuk keselamatan kekasihnya.
"M-mark g-gue ga ta-han" Napas Jaebeom semakin berat, dia kesusahan untuk berbicara. Kepalanya pusing dan dadanya terasa berat.
"M-mark b-bahagiaa ter-terus ya... i-" Jaebeom mengambil napas dalam mencoba untuk melanjutkan, "l-love y-you Ma-rk."
Mata Jaebeom terpejam, napasnya berhenti. Tangan yang tadinya berada disisi wajah Mark kini terkulai lemas.
Tangis Mark semakin keras, "Jaebeom bangun.. jangan tinggalin gue Beom!!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive You Home
FanfictionKarena bagi Mark, Jaebeom adalah dunianya. Hanya Jaebeom yang Mark punya. Dan bagi Jaebeom, Mark adalah satu-satunya orang yang dia mau. Tidak ada yang lain.