Bab 7 - Penolong

6 1 1
                                    

🍁🍁🍁

15 tahun kemudian.

Gadis cantik memakai gamis berwarna biru dipadukan dengan jilbab yang menutupi dada. Gadis itu mengendarai motornya, berboncengan dengan sahabatnya menuju kampus.

Tidak seperti hari biasanya, hari ini mereka berangkat ke kampus agak siang di tambah harus melewati jalanan perkotaan yang mengalami kemacetan cukup panjang.

“Han, gimana kalau terlambat?” tanya gadis berkacamata yang duduk di belakang. Gadis yang selama ini menjadi sahabat dekat Jihan itu bernama Nana Nadhifah.

“Tenang, insyaallah sampai tepat waktu,” sahut Jihan sedikit mengeraskan suaranya, karena suara deru mobil dan motor di dekatnya.

Jihan langsung mentancap gas motornya, melewati beberapa motor, mobil bahkan truk yang ada di depannya. Karena ketakutan, Nana pun menutup mata dan mepererat pegangannya pada pundak Jihan.

Lima belas menit, motor berhasil memasuki pelataran parkir kampus.

“Alhamdulillah.” Jihan merasa cukup lega karena tiba di kampus tepat waktu, tak lupa ia juga membaca doa.

Alhamdu lillaahil-ladzii sallamanii wal-ladzii aawaanii wal-ladzii jama’asy-syamla bii

“Segala puji milik Alloh yang telah menyelamatkan aku dan yang telah melindungiku dan yang mengumpulkan aku dengan keluargaku.”

“Na, kamu gak tidur, 'kan?” tanya Jihan karena sahabatnya itu bergeming sedari tadi.

Nana pun yang menyadari panggilan Jihan, membuka matanya perlahan, “Huh, alhamdulillah, masih hidup." Nana menarik napas dalam, wajah gadis itu berubah pucat pasi

“Apanya masih hidup, Na?” tanya Jihan tanpa rasa berdosa.

“Ish, kalau mau ngebut, ngira-ngira dong, Han.” Nana menepuk pundak Jihan, gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Jihan pun menoleh ke belakang, ia dapati wajah Nana pucat pasi. “Hahaha.” Jihan malah tertawa melihat ekspresi Nana-sahabat karibnya.

“Macam tidak tahu aku saja, kamu, Na.” Jihan membuka helmnya lantas pergi meninggalkan Nana yang termangu di atas motor.

Jihan berjalan menuju kelasnya, tetapi ia tidak mendapati Nana menyusul di belakangnya. Lalu ia berbalik menoleh ke belakang.

“Na, dosen bentar lagi masuk. Sampai kapan kamu mau duduk di situ," panggil Jihan terkekeh melihat wajah Nana yang pucat. Mungkin ini pengalaman pertama bagi Nana menaiki motor layaknya dibonceng seorang pembalap.

Nana terbuyar dari lamunannya, ia pun segera membuka helmnya dan mengokor di belakang Jihan.

Jihan Elshanum Winata, gadis cantik berusia 21 tahun pemilik mata hitam, kulit putih, hidung mancung, bibir ranum tipis, senyumnya pun manis. Ia adalah mahasiswi semester enam jurusan Farmasi. Punya target tiga tahun lulus kuliah. Jihan adalah salah satu mahasiswi aktif di kampus dan peraih beasiswa terbaik. 

Gadis itu berjalan menuju ruang kelas karena sebentar lagi dosen masuk. Jangan lupakan tatapan para kaum adam yang menatapnya kagum hingga membuat para wanita tidak rela bila cowok mereka memandang wajah cantik Jihan.

Ikhlas Bersamamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang