2. Hospital

163 16 21
                                    

🏥🏥

"Senang bertemu denganmu." --Dirgantara.

When You're Gone
©2021.

**

Dirgantara, pria dengan surai gelap itu berjalan pelan dari dalam kamar rawatnya. Mata nya menelisik ke seluruh penjuru lorong, -Sepi.

Kamarnya berada di area VVIP, dimana tidak banyak yang menempati, orang-orang dengan uang lebih lah yang dapat menempati ruang-ruangan disana.

Hanya ada beberapa perawat dan petugas medis yang sesekali melewati lorong tersebut, selebihnya tempat itu selalu sepi. Lorong itu juga dekat dengan ruangan dokter, kantin dan pintu akses menuju taman Rumah Sakit.

Dirga menyibakkan surai nya kebelakang dan menyisakan beberapa helai rambut pada jemarinya, sedikit lagi kakinya sampai pada ujung pintu.

Terhitung sudah hari ketujuh pria itu tidak diperbolehkan keluar dari kamar, dia hanya ingin menghirup udara segar dan membuang semua rasa sesak akibat bau obat-obatan yang hampir setiap saat menyeruak di indera penciumannya.

Dirga sangat membenci itu.

"Bang Dirga!"

Belum sempat tangan Dirga meraih gagang pintu, suara panggilan menginterupsi gerakannya. Dirga berbalik, menatap malas pria bertubuh tegap di hadapannya itu yang juga tengah menatapnya tajam.

"Siapa yang suruh buat keluar dari kamar? I-itu siapa yang lepas selang infusnya?"

"Aku bosen terus-terusan di kamar. Aku mau cari udara segar, Jen."

Pria bernama Jeno itu berjalan kearah Dirga lalu memegang bahunya pelan. Tatapannya begitu sendu, terlihat jelas jika dia sangat mengkhawatirkannya.

"Setidaknya abang kasih tahu suster atau telepon dr. Johnny kalau aku lagi nggak tugas di Rumah Sakit."

"Jangan berlebihan, Jen. Aku bukan anak kecil yang harus ditemani kemana aja. Lagian, kenapa sih harus nginep se lama ini? Biasanya juga dua hari udah pulang."

Dirga menghela nafas berat, "Aku benci tempat ini, aku mau di rumah aja, Jen." lanjutnya.

Namun Jeno tak bergeming, pria itu lantas menuntun Dirga agar segera kembali ke dalam kamarnya. Namun Dirga enggan untuk sekedar menggerakkan kaki, membuat Jeno mengerutkan dahinya bingung.

"Aku pengen ke taman. Cuma duduk, aku janji nggak bakal kabur."

Jeno akhirnya menyerah, menghadapi kakak tirinya yang keras kepala itu memang harus ekstra sabar. Keras dilawan dengan keras tidak akan ada habisnya, maka dari itu salah satu memang harus mengalah agar semua berjalan sesuai dengan yang diharapakan.

Jeno tidak ingin kejadian beberapa bulan yang lalu terulang kembali, dimana pria bernama Dirga itu kabur dari rumah sakit tanpa seorangpun tahu kemana dia pergi. Kondisinya saat itu sedang dalam perawatan yang cukup serius, namun dia tidak mau mendengarkan omongan orang lain termasuk keluarganya meskipun untuk kebaikannya sendiri.

Hingga akhirnya, pria itu ditemukan oleh petugas kebersihan kota di depan Rumah Sakit dengan kondisi sudah terkulai lemas di atas trotoar. Untung saja tidak di tengah jalan, bagaimana jika ada mobil besar yang melintas? Bisa-bisa tubuh kurusnya itu hancur terlindas mobil.

"Kita pasang infusnya dulu, nanti Jeno antar sampe taman."

Dirga tidak menjawab, ia menuruti perkataan Jeno kali ini. Tidak, dia hanya sedang malas untuk berdebat bukan berarti dia menjadi penurut sekarang. Tidak, itu bukan sifat asli seorang Dirgantara.

When You're Gone || Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang