🖤🖤🖤
Josa meneguk tetesan terakhir Cappucino nya, menyisakan bongkahan batu es berbentuk kotak di dalam gelas. Sudah sepuluh menit sejak Rendi berpamitan pergi ke toilet tapi sampai sekarang pria itu belum juga kembali.
"Rendi kemana sih, lama banget." gumam Josa sembari meremas gelas kosong di tangannya.
Josa hanya diam menikmati setiap alunan lagu lawas yang berputar. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam dan menunggu Rendi datang.
“Josa?”
Josa mengerjap pelan saat seorang pria menyerukan namanya. Detak jantungnya memburu, suara itu sangat familiar di telinganya.
“That’s Right! It’s you! Long time no see... ”
Josa masih diam, suara kursi yang digeser membuat Josa tahu jika pria itu tengah duduk di hadapannya.
“Josa, aku bener-bener nggak nyangka bisa ketemu kamu disini—”
“Jeff—” potong Josa saat pria itu kembali bersuara. Josa memejamkan matanya singkat saat aroma parfum dari pria itu menguar dan menusuk indera penciumannya.
Tiba-tiba kepalanya terasa pening. Suara itu, aroma itu dan orang itu, “Seharusnya kita nggak pernah ketemu lagi.” jawab Josa dengan ekspresi yang sulit diartikan. Pria itupun tertunduk lesu, ada perasaan bersalah yang tersorot dari manik matanya.
“Aku tahu aku brengsek, aku minta maaf.. ” ucap pria itu yang sontak membuat Josa tertawa sinis.
Apa katanya? Maaf?
Josa tidak menjawab ucapan pria itu yang tak lain adalah Jeffery, mantan pacarnya yang dulu tiba-tiba menghilang tanpa kabar saat dia tengah berjuang melawan semua rasa sakit. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi, tidak ada ucapan selamat tinggal ataupun yang lain dan kini mereka bertemu kembali dengan keadaan yang sudah sangat berbeda.
Kecewa? tentu saja Josa sangat kecewa. Saat itu ia pikir jika Jeff adalah sumber kekuatannya setelah Mama Yuna. Namun ternyata dia salah, pria itu malah pergi dan hari ini adalah pertama kali mereka bertemu lagi setelah hampir satu setengah tahun yang lalu mereka hilang komunikasi.
Lagi-lagi airmata Josa jatuh, walaupun sudah sekuat tenaga dia menahan agar air matanya tidak keluar tapi nyatanya rasa sakit di dadanya begitu hebat. Hingga buliran kristal itu meluncur bebas dari pelupuk mata membuat pertahanannya runtuh begitu saja.
“Josa... I’m so sorry.. ”
“Kamu kemana aja selama ini? aku butuh kamu Jeff, tapi kamu malah ninggalin aku tanpa kabar sedikitpun!” ucap Josa dengan suara bergetar, tangisannya pun pecah begitu saja membuat Jeffery bergerak meraih tangan Josa namun langsung ditepis mentah-mentah oleh gadis itu.
Jeffrey menghela nafas berat, pria itu menoleh ke arah sekelilingnya saat tangisan Josa menyita atensi beberapa pengunjung disana. “Hey, jangan nangis. Orang-orang pada liatin aku! mereka pasti ngira aku ngapa-ngapain kamu.” bisik Jeff pada Josa saat orang-orang menatapnya tajam. Bahkan ada yang terang-terangan tengah berbisik sambil melirik ke arah mereka
“Pergi, aku harap kita nggak akan ketemu lagi. Setidaknya aku bersyukur aku buta jadi aku nggak perlu liat wajah kamu lagi!” ucap Josa pelan namun terdengar ketus. Lagi-lagi Jeffrey mendengus pelan.
“Se-benci itukah kamu sama aku?”
“Pergi!”
“Aku tahu aku salah, aku pergi ninggalin kamu tanpa kabar. Mama suruh aku buat lanjut kuliah di Australia..” ucap Jeffery dengan nada penuh penyesalan. Pria itu menggenggam tangan Josa dengan kuat saat gadis itu berusaha menepis tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone || Kim Doyoung
Fiksi Penggemar"Jangan gunakan mataku untuk menangis, aku tidak suka." -Dirgantara. [Revisi 2024] Story by ™Risc Marisska ©2021