**
Sejak sepulang dari kafe yang Josa lakukan hanya berguling kesana kemari diatas kasur. Mamanya belum juga kembali dari bekerja dan kondisi di luar tengah hujan deras.
Josa sesekali mendengus, masih memikirkan kejadian di kafe tadi. Sosok Jeffrey kembali melintas dipikirannya. "Aishh.. Kenapa jadi kepikiran dia sih!" gumamnya sembari merubah posisi menjadi tengkurap.
Kini wajahnya tenggelam diatas bantal untuk beberapa saat hingga dia mulai kesulitan bernafas. Josa membalik posisi badannya menjadi terlentang lalu menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
Kalau saja Rendi tidak pergi mungkin dia tidak akan bertemu dengan Jeffrey hari ini. Tapi ngomong-ngomong soal Rendi, sejak pria itu izin pergi ke toilet sampai Jeno menghantarnya pulang, diaqa belum menghubunginya sama sekali.
Tidak biasanya Rendi seperti itu, pergi tanpa kabar dan tadi jika tidak ada Jeno disana mungkin ia tidak bisa pulang ke rumah dan masih menunggu Rendi di kafe itu sendirian.
Josa berdesis pelan, "Mungkin dia lupa ninggalin orang buta di tempat keramaian. Dia pasti ingatnyaq aku bisa pulang sendiri." gumamnya dengan nada kesal kemudian menghela nafas berat guna menetralkan nafasnya yang terasa sesak di dada.
Sejenak suasana kembali hening menyisakan gemercik air hujan dari balik jendela yang mengembun. Hingga suara ketukan pintu membuat Josa bergeming dari posisinya.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
Gadis itu langsung terduduk, mungkin mama Yuna sudah pulang pikirnya. Kemudian dia berjalan menuju pintu utama dengan langkai gontai.
Tokk.. Tokk..
"Iya sebentar."
Tanpa ragu Josa pun membuka pintu rumahnya. Semilir angin langsung menerbangkan beberapa anak rambutnya saat pintu terbuka. "Mama udah pulang?" ucapnya ragu pada seseorang yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Namun setelah sekian detik tidak ada jawaban dari lawan bicara hingga dia memastikan untuk kedua kalinya. "Ma—"
"Josa... "
**
"Jadi kapan kalian akan menikah?"
Satu kalimat dari mamanya membuat Rendi menghentikan suapan pada mulutnya, nafsu makannya tiba-tiba menghilang.
"Kalau aku sih terserah Rendi aja tante, kapanpun aku siap kok." Alea yang duduk di samping Rendi menimpali dengan senyuman lebar.
Sedangkan Rendi memilih tidak mendengarkan ocehan tidak penting tersebut, karena kupingnya terasa ingin meledak. Rendi meletakan sendok ke atas piring yang masih penuh dengan makanan. Dia pun hendak berdiri namun segera ditahan oleh Alea.
"Ren, kamu mau kemana? makanan kamu belum habis."
"Aku udah kenyang."
"Apa mama pernah ngajarin kamu buat bersikap nggak sopan kaya gitu? Alea baru dateng jauh-jauh buat ketemu sama kamu. Bahkan dia belum sempat istirahat dan nyempetin buat ketemu kamu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone || Kim Doyoung
Fanfic"Jangan gunakan mataku untuk menangis, aku tidak suka." -Dirgantara. [Revisi 2024] Story by ™Risc Marisska ©2021